Sukses

Ditemukan Kuburan Kuno, Bukti Orang 'Goliat' Tak Sekadar Mitos?

Tim juga menemukan DNA pada beberapa bagian kerangka-kerangka dan berharap dapat menentukan asal usul bangsa Filistin kuno.

Liputan6.com, Ashkelon - Sebuah temuan arkeologi di Israel mungkin menjadi jawaban bagi misteri yang sudah berlangsung lama, yaitu asal usul bangsa Filistin kuno.

Sebelum temuan di Kota Ashkelon, Israel, hanya yang sedikit diketahui tentang bangsa Filistin. Bangsa yang menjadi musuh bebuyutan bangsa Israel kuno berkembang di kawasan Laut Tengah ini sejak Abad ke-12 SM, tapi cara hidup dan asal muasalnya masih menjadi misteri.

Dikutip dari Daily Mail pada Senin (11/7/2016), keadaan dapat berubah setelah para peneliti mengaku telah menemukan pemakaman Filistin untuk kali pertamanya.

Di kompleks pemakaman itu ada sekitar 150 kerangka dalam beberapa ruang makam. Beberapa di ruang itu bahkan berisi benda-benda yang terbilang canggih.

Tim juga menemukan DNA pada beberapa bagian kerangka-kerangka dan berharap dapat menentukan asal usul bangsa Filistin setelah melakukan rangkaian uji lanjutan.

Mungkin sekarang saat untuk mengganti cara pandang tentang budaya dan kesenian mereka. "Bangsa Filistin telah lama mendapat sangkaan yang buruk, semoga hal ini membantah mitos-mitos yang ada," kata Lawrence Stager, ahli arkeologi yang telah memimpin Leon Levy Expedition sejak 1985.

Tim Stager menggali sedalam kira-kira 3 meter hingga menemukan pemakaman tadi. Ternyata beberapa abad sesudahnya, pemakaman itu sempat dijadikan kebun anggur Romawi kuno.

"Setelah mempelajari selama beberapa dekade, kita akhirnya berhadapan langsung dengan orang-orang itu," kata Daniel M. Master, seorang profesor arkeologi Wheaton College dan salah satu pemimpin ekskavasi.

"Dengan temuan ini, kita semakin dekat dengan pengungkapan rahasia asal usul mereka," imbuhnya.

Tim juga menemukan DNA pada beberapa bagian kerangka-kerangka dan berharap dapat menentukan asal usul bangsa Filistin kuno. (Sumber AFP)

Ada beberapa kerangka manusia di beberapa situs Filistin yang telah ditemukan dalam beberapa tahun belakangan, tapi sampelnya masih terlalu sedikit untuk bisa dipakai mengambil kesimpulan.

Para ahli arkeologi harus tutup mulut selama 3 tahun terakhir hingga penggalian telah selesai supaya tidak menarik perhatian para pengunjuk rasa Yahudi ultra-Orthodoks. "Bisa dibilang, kami sampai harus menggigit lidah sampai cukup lama," kata Master.

Sambil berbungkuk, para pekerja sibuk membersihkan lapisan-lapisan tanah hingga menyingkapkan tulang belulang putih nan getas untuk kemudian disusun seperti kondisinya pada 3 milenium lalu.

Ada beberapa kendi berhias yang pernah menyimpan minyak wangi ditemukan dalam kuburan-kuburan itu. Beberapa jasad masih mengenakan gelang dan anting. Sejumlah lainnya dikubur bersama dengan senjata-senjata.

Para ahli arkeologi juga menemukan beberapa sisa kremasi, yang oleh tim disebut sebagai sesuatu yang jarang dan mahal pada masa itu. Ada lagi beberapa kendi yang lebih besar dan berisi tulang-belulang sejumlah bayi.

"Kehidupan kosmopolitan di sini jauh lebih anggun dan mendunia serta terhubung dengan bagian-bagian lain sisi timur Laut Tengah," kata Stager. Hal itu kontras sekali dengan gaya hidup pedesaan bangsa Israel yang hidup lebih ke timur, di pegunungan.

Tulang belulang, keramik, dan sejumlah peninggalan lain dipindahkan ke kawasan bertenda untuk penelitian lanjutan dan beberapa artefak mulai disusun bagian demi bagian.

Profesor Lawrence E. Stager. Tim juga menemukan DNA pada beberapa bagian kerangka-kerangka dan berharap dapat menentukan asal usul bangsa Filistin kuno. (Sumber Reuters)

Tim juga telah memetakan posisi setiap tulang yang dipindahkan untuk menciptakan rekaan 3 dimensi kawasan pemakaman itu.

Bangsa Filistin menguburkan sesama yang meninggal dunia bersama dengan botol-botol parfum yang ditempatkan dengan bagian wajah. Di dekat kaki-kaki, ada kendi-kendi yang diduga berisi minyak, arak, atau makanan.

Dalam beberap kasus, para ahli arkeologi mendapati jasad-jasad itu dikuburkan menggunakan kalung, gelang, anting, bahkan cincin pergelangan kaki. Beberapa di antaranya dikubur bersama dengan senjata-senjata.

Ahli arkeologi bernama Adam Aja mengatakan, "Beginilah bangsa Filistin memperlakukan sesamanya yang meninggal dan ini seperti buku sandi untuk menungkap semuanya."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siapakah Bangsa Filistin Kuno?

Sebutan Filistin juga dipakai untuk menyebut bangsa Funisia di masanya. Asal-usul 'orang laut' ini masih menjadi misteri hingga sekarang.

Karya-karya gerabah mereka berwarna merah dan hitam, sehingga mereka diduga berasal dari peradaban Mycena di kawasan samudra Aegea. "Yang jelas, mereka adalah orang asing di kawasan Semit ini," kata Master.

Terdapat bukti-bukti keberadaan mereka antara 1.200 SM hingga kira-kira 600 SM di selapis kawasan pantai yang sekarang membentang dari Gaza hingga Tel Aviv, demikian menurut Master.

Bangsa Filistin kuno merupakan pedagang dan penjelajah samudra dengan bahasa yang berakar dari Indo-Eropa. Mereka tidak mempraktikan sunat dan juga menyantap babi dan anjing, sebagaimana terbukti dari ulang-belulang yang ditemukan di reruntuhan empat kota Filistin, yaitu Gaza, Gath, Ashdod, dan Ekron.

Selain catatan arkeologi yang sangat sedikit, keberadaan bangsa Filistin kuno diketahui terutama dari catatan Perjanjian Lama dalam Alkitab sebagaimana dikisahkan oleh tetangga sekaligus musuh bebuyutan mereka, yaitu bangsa Israel kuno.

Dalam kitab Samuel dijelaskan tentang pencurian Tabut Perjanjian oleh pasukan Filistin dan duel antara raksasa Goliat yang tewas terkena lentingan batu oleh Daud.

Berdasarkan penjelasan tentang sifat yang ganas tentang bangsa itu, kata ‘filistin’ dalam jaman modern mengacu kepada seseorang yang tak beradab atau tak kenal tata krama.

Beberapa ratus meter dari penggalian, ahli antropologi dan patologi bernama Sherry Fox berkisah tentang tengkorak-tengkorak itu.

"Pada gigi-gigi mereka, kita bisa menduga bahwa hidup mereka tidaklah gampang. Kita bisa melihat garis-garis yang menjadi tanda beberapa kali terhentinya pertumbuhan ketika gigi sedang bertumbuh. Ada sejumlah masalah saat masih kanak-kanak, entah demam atau kekurangan gizi."

"Kita juga dapat melihat dari tulang belulang mereka bahwa mereka adalah pekerja keras, mereka menikahi sesama kerabat dan menggunakan gigi sebagai perkakas, mungkin untuk menyamak," katanya sambil memegang sebuah tengkorak.

Fox melanjutkan bahwa bangsa itu memiliki ukuran normal, dan tidak ada bukti ukuran raksasa seperti Goliat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini