Sukses

Dilema Ahli Antariksa Yahudi Pengagum Sosok Anggota Nazi

Ahli sejarah luar angkasa Amy Shira Teitel kesulitan menyelesaikan buku pertamanya lantaran berhubungan dengan Nazi.

Liputan6.com, Washington D.C- Seorang sejarawan penerbangan antariksa AS ini menjadi sensasi dunia maya. Semua itu bermula saat Amy Shira Teitel bercerita soal tantangan yang ia hadapi, untuk menyelesaikan pembuatan buku pertamanya yang diberi judul Breaking the Chains of Gravity.

Wanita berusia 29 tahun yang dibekali ilmu pengetahuan terkait teknologi roket dan perjalanan luar angkasa ini, mengaku bahwa tantangan yang dihadapinya cukup personal.

Seperti dilansir dari sejumlah sumber, buku Breaking Chains of Gravity dibuat Teitel untuk memaparkan sejarah penerbangan luar angkasa hingga pembentukan NASA.

Untuk memastikan informasi yang diberikan akurat, maka Teitel berusaha semaksimal mungkin mencari referensi dan bahan yang relevan.

Ini berarti dirinya harus juga mengulik sejarah sosok perancang roket Amerika paling pertama dan yang dianggap tersukses sejauh ini, Wernher von Braun. Kendati tokoh ini merupakan pahlawan pujaan Teitel semasa kecil, namun informasi tentangnya cukup minim.

Selain itu, Wenher von Braun merupakan seorang Nazi dan anggota pasukan ‘pencabut nyawa’ Einsatzgruppen (SS) di Jerman pada masa kejayaan Reich ketiga itu.

"Nama tengah saya 'Shira', ini tentunya sudah menjelaskan bahwa saya adalah orang Yahudi. Seperti yang semua orang ketahui, Nazi dan orang Yahudi tidaklah akur antar satu sama lain."

"Buku saya ini dibuat untuk meluruskan sejarah, namun saya tetap harus berhati-hati, jangan sampai apapun yang saya tulis tidak berkenan di hati keluarga saya," kata Teitel.

Teitel juga menjelaskan bahwa dirinya berasal dari Kanada, negara di mana jumlah orang yang membicarakan hal yang berhubungan dengan Nazi sangat sedikit lantaran begitu sensitif.

"Memang masa kecil saya diwarnai sosok Wernher von Braun, pria perancang roket Saturnus V. Namun, bukan berarti saya juga dibekali ilmu banyak soal Nazi dan kelompok SS. Saya tidak tahu pengetahuan tentang mereka sepenting ini, untuk pembuatan buku saya sampai sekarang situasi mendesak seperti ini," lanjutnya.

Teitel juga mengaku dirinya baru-baru ini mengetahui, bahwa sebelum Wernher membelot ke AS dari Jerman, roket bom V2 rancangannya adalah alasan di balik tewasnya ribuan orang saat Perang Dunia II, terutama mereka yang pada saat itu ada di Ibu Kota Inggris, London.

Sedari dulu, instrumen perang roket dijadikan simbol kekuatan yang kemudian menjadi kebijakan luar negeri dan ideologi AS dan Rusia. Ini dibuktikan dengan jelas pada akhir tahun 1940-an di Jerman.

"Jadi, untuk buku ini, saya harus mencari cara agar tulisan saya itu netral. Apapun yang saya tulis tidak boleh sampai berkesan memihak, atau menunjukan seakan meminta maaf atau mengakui kejahatan yang telah diperbuat oleh pihak-pihak yang bersangkutan," tambahnya.

Setelah menyisihkan waktu untuk melakukan penelitian, ia akhirnya menyimpulkan bahwa pahlawan semasa kecilnya itu sama seperti dirinya yaitu, dalam posisi mendesak.

Bedanya adalah, Teitel terpaksa mempelajari sejarah Von braun lewat Nazi. Terlepas dari ketidaksukaan rasnya pada kelompok itu; dan untuk Von Braun, ia hanya punya dua pilihan: menjual roket yang dirancangnya secanggih mungkin atau dipaksa melakukan hal tersebut oleh pihak-pihak tertentu.

Sulit baginya untuk membuat keputusan seperti itu, apalagi dirinya adalah penggemar roket dan sangat ahli dalam menyalurkan hobinya itu.

"Von Braun terjebak dalam dua masa peperangan yaitu, Perang Dunia II dan Perang Dingin. Keduanya memposisikan Von braun di posisi sulit," tuturnya.

Teitel akan menjadi tamu di ajang National Science Week pada tanggal 17 bulan Agustus nanti, untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait bukunya yang sangat menarik itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini