Sukses

Presiden Kunjungi Reruntuhan Tembok Berlin

Di sela kesibukannya melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara, Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani menyempatkan diri mengunjungi sisa-sisa tembok Berlin. Bangunan ini menjadi salah satu monumen sejarah kelam akibat perang yang kejam pada tahun 1940-an.

Liputan6.com, Berlin: Di tengah-tengah kesibukannya menyelenggarakan berbagai pertemuan di Berlin, Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono dan Ibu Ani Rabu (16/12) pagi atau sore waktu Indonesia, menyempatkan diri melihat dua tempat bersejarah di Kota Berlin.

Wartawan SCTV, Don Bosco Selamun dari Berlin melaporkan, tempat pertama yang dikunjungi Presiden adalah Hostbahnhoff. Bangunan bersejarah ini merupakan sisa-sisa tembok Berlin  yang pernah memisahkan Jerman Timur dan Jerman Barat dan juga membelah kota Berlin. Bagian timur milik Jerman Timur dan bagian barat milik Jerman Barat.

Hostbahnhoff melintasi sebuah sungai. Bagian dari tembok ini dekat dengan kantor pusat intelijen Jerman Timur pada era perang dingin.

Tempat lain yang dikunjungi Presiden Yudhyono dan Ibu Ani Yudhoyono adalah Hauz Am Checkpoint Charlie. Hauz Am Checkpoint Charlie merupakan satu-satunya tempat perlintasan warga Jerman Barat ke Jerman Timur atau sebaliknya.

Ketika itu, Checkpoint ini dijaga tentara tiga negara masing-masing Jerman Barat, Jerman Timur dan Amerika Serikat. Hingga saat ini, penjagaan masih tetap dilakukan, sekadar mengingatkan kembali sejarah pemisahan Jerman oleh Tembok Berlin. Bendera Amerika Serikat juga selalu berkibar di tempat ini. 

Penjagaan ini menjadi salah satu obyek turis di Berlin. Banyak wisatawan yg ingin dipotret bersama tiga petugas jaga di tempat Chekpoint ini. Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono juga menyempatkan diri berfoto bersama petugas jaga Chekpoint.

Usai berfoto dengan petugas jaga, Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani kemudian mengunjungi Muzeum Haus Am Checkpoint Charlie yang terletak sekitar 4 meter di samping pintu penjagaan perlintasan.

Bagi bangsa Jerman, Tembok Berlin menjadi salah satu monumen sejarah kelam akibat perang yang kejam pada tahun 1940-an. Setelah dirobohkan pada tahun 1989, masyarakat Jerman sangat bangga karena mereka memenangkan demokrasi tanpa pertumpahan darah.

Robohnya Tembok Berlin menjadi  salah satu kisah paling heroik tentang kemenangan demokrasi Jerman di penghujung abad yang lalu. Setahun setelah Tembok Berlin roboh, Jerman Barat dan Jerman Timur kembali bersatu.(MLA)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.