Sukses

Pemimpin hingga Militan...Dunia Islam Bersatu Kutuk Bom Madinah

Insiden bom di Madinah diawali dengan peristiwa ledakan bunuh diri serupa di Jeddah dan Qatif di Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Lantunan azan magrib baru saja usai dikumandangkan di Masjid Nabawi, Madinah, Senin 4 Juli 2016. Para jemaah membatalkan puasa dengan menyantap kurma. Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras.

Awanya, Qari Ziyaad Patel mengira itu suara meriam tanda berbuka puasa. Namun, ia curiga karena lantai yang dipijak bergetar hebat.

"Getarannya sungguh kuat," kata dia. "Bunyinya seperti ada bangunan yang runtuh. Perkiraannya salah. Itu adalah suara bom.

Sejumlah serangan bom bunuh diri sebelumnya beberapa kali terjadi di Arab Saudi. Namun, tak ada yang mengira teroris tega melakukannya di Masjid Nabawi, situs kedua paling suci bagi umat Islam sekaligus makam Nabi Muhammad.

Pelaku bahkan diduga berniat memasuki masjid. Namun, niatnya dicegat aparat yang curiga. Bomber bunuh diri itu kemudian meledakkan sabuk penuh material peledak yang menempel di tubuhnya.

"Yang menyebabkan kematiannya dan empat personel keamanan," demikian keterangan dari Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi.

Insiden di Madinah diawali peristiwa bom bunuh diri serupa di Jeddah dan Qatif di Arab Saudi.

Peristiwa itu mengagetkan masyarakat internasional. Umat muslim di seluruh dunia mengutuk keras aksi bom bunuh diri tersebut.

Kepala negara, para politikus, kelompok dan aktivis, bahkan kaum militan mengekspresikan kemarahannya.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan, tiga serangan bom yang terjadi dalam waktu 24 jam di negaranya sebagai tindakan tercela yang tidak menghormati kesucian tempat, waktu Ramadan, dan nyawa orang-orang yang tidak bersalah".

Sementara, itu Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengutuk aksi teror tersebut dan meminta semua umat Muslim bersatu.

"Tak ada lagi garis merah yang tersisa untuk diseberangi para teroris. Sunni, Syiah, keduanya akan terus jadi korban kecuali kita bersatu.#Medina," tulis dia dalam Twitternya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (6/7/2016).

Tak ketinggalan Presiden Indonesia Jokowi. "Aksi teror, di manapun, atas nama apapun, tidak dapat dibenarkan. Masyarakat harap tenang tapi tetap waspada-Jkw," tulis Joko Widodo dalam akun Twitternya.

Serangan teror juga terjadi di Indonesia. Pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di halaman Polresta Surakarta atau Solo.

Akibat bom tersebut, Brigadir Bambang terluka. Pelaku yang menggunakan sepeda motor ikut tewas bersama bom yang diledakkannya.

Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak -- yang juga menjadi target teror ISIS baru-baru ini, juga mengutuk keras teror di Madinah.

"Kami mengutuk tindakan keji itu, yang khususnya terjadi di sekitar Masjid Nabawi di Kota Suci Madinah. Dan itu sama sekali bukan Islam."

Kementerian Luar Negeri Pakistan juga mengutuk keras bom bunuh diri tersebut. Sementara, panglima militernya menelepon langsung Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman untuk menyatakan dukungannya.

"Kami berdiri berdampingan bersama saudara-saudara kami di Saudi untuk melawan ancaman terorisme," kata Jenera Raheel.

Secara terpisah, Menlu Turki Melvut Cavusoglu mengutuk keras tindakan para pelaku dan menyatakan dukacita pada para korban.  

Taliban dan Hizbullah

Militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon juga menyatakan, bom di Madinah adalah pertanda, "penghinaan teroris pada semua hal yang dianggap suci oleh muslim."

Bahkan Taliban pun mengutuk serangan tersebut. "Kami mengutuk keras insiden tersebut dan menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk permusuhan dan kebencian terhadap ritual Islam."

Sementara itu, Kepala Badan PBB Urusan HAM Zeid Raad Al Hussein juga mengutuk serangan bom di Madinah.

"Itu adalah salah satu tempat paling suci untuk umat Islam. Serangan yang terjadi di sana, di tengah Ramadan, bisa dianggap sebagai serangan secara langsung terhadap muslim di dunia," kata dia seperti dikutip dari Reuters.

"Ini adalah serangan terhadap agama itu sendiri."

Umat Islam di Silicon Valley di San Jose, California pun mengaku kaget dengan serangan di dekat Masjid Nabawi. Padahal, "Madinah adalah tempat yang damai," kata Rali Abdullah yang mengaku terpukul dengan kabar tersebut.

Sejumlah pihak berpendapat, bom di Madinah adalah bukti, teroris bisa mengancam siapa pun.

Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, kecurigaan mengarah pada ISIS.

Sebab, sebelumnya muncul sebuah rekaman yang dirilis via online dan diyakini berasal dari Juru Bicara ISIS Abu Mohammed al-Adnani yang menyerukan serangan lanjutan ke Negara Barat. Serangan itu diserukan untuk dilakukan pada bulan Ramadan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini