Sukses

6 Tahun Horor Mavi Marmara, Turki Akhirnya Kirim Bantuan ke Gaza

Kapal berbendera Panama yang membawa 11 ribu ton bantuan Turki telah tiba di Pelabuhan Ashdod, Israel.

Liputan6.com, Ankara - Kapal berbendera Panama yang membawa 11 ribu ton bantuan Turki telah tiba di Pelabuhan Ashdod, Israel. Paket makanan, tepung, beras, gula, dan mainan itu kemudian akan dikirimkan ke Jalur Gaza.

Bantuan tersebut diangkut kapal Lady Leyla dan diharapkan bisa sampai di Jalur Gaza tepat pada Hari Idul Fitri, yang menandai akhir Ramadan. Pengiriman ke wilayah Palestina itu akan dilakukan lewat jalur darat.

Itu adalah kapal bantuan pertama yang dikirimkan Turki ke wilayah Palestina yang terkurung blokade Israel sejak 2010 lalu setelah insiden serangan Israel ke Kapal Mavi Marmara yang terjadi di tengah konvoi bantuan untuk Gaza pada 2010 lalu.

Sebanyak 10 aktivis Turki tewas kala itu. Insiden tersebut membuat hubungan Ankara dengan Israel diwarnai ketegangan. Baru belakangan ini, keduanya memulihkan hubungan yang terputus.

"Itu adalah wujud pelaksanaan perjanjian antara Israel dan Turki yang baru ditandantangani," kata juru bicara negeri zionis Oren Rosenblatt, seperti dikutip dari BBC, Senin (4/7/2016).

"Akan  ada upaya khusus dari Pemerintah Israel untuk mempercepat proses pengiriman sehingga barang-barang tersebut bisa dikirimkan besok sebelum Idul Fitri."

Kesepakatan dua negara pada 27 Juni lalu salah satunya menyebut, Israel mengizinkan Turki mengirimkan bantuan dan mengerjakan sejumlah proyek infrastruktur di Gaza.

Permintaan Ankara agar Israel membuka blokade atas Gaza ditepis negeri zionis.

Israel berdalih, blokade diperlukan untuk mencegah Hamas menerima material yang dapat digunakan untuk tujuan militer. Namun, PBB telah lama mengkritisi hal tersebut.

Pekan lalu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebut, "hukuman kolektif"  yang diberlakukan di Gaza harus dipertanggungjawabkan.

Laporan PBB menyebut, Jalur Gaza akan menjadi kawasan yang "tak layak huni" pada 2020, kecuali ada tindakan untuk meningkatkan layanan dasar masyarakat di sana.

Laporan tersebut juga menyebut, infrastruktur dasar seperti air, kesehatan, pendidikan, dan sanitasi, "terus berjuang untuk mengimbangi pertumbuhan populasi." Diperkirakan populasi Gaza akan meningkat dari 1,6 juta jiwa menjadi 2,1 juta pada tahun 2020.

"Horor" Mavi Marmara

Jalur Gaza tak ubahnya sebuah penjara terbuka yang terbesar di muka Bumi. Kebutuhan masyarakat di sana bergantung pada bantuan internasional atau penyelundupan melalui terowongan-terowongan.

Namun, mendatangkan bantuan ke wilayah yang diblokade Israel itu tak semudah membalik telapak tangan.

Tentara Israel mendekati salah satu kapal Flotia pada Mei 2010. (Reuters/Uriel Sinai)

Sebanyak 16 orang tewas dan lebih dari 30 orang terluka ketika tentara Israel menyerbu konvoi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Senin 31 Mei 2010 pagi.

Misi kemanusiaan tersebut diserbu di wilayah perairan internasional, 65 kilometer dari perairan Gaza.

Rekaman di kapal Mavi Marmara yang memimpin iring-iringan kapal menunjukkan, tentara Israel memasuki kapal sementara helikopter militer terbang rendah di atasnya. Tentara Israel melepas tembakan peluru tajam selama operasi dilakukan.

Serangan dilancarkan pasca-Israel mencoba menghalangi kapal agar tak sampai ke Gaza. Konvoi ini membawa bantuan kemanusiaan untuk masyarakat di sana. Juga membawa ratusan politikus, aktivis, relawan, dan jurnalis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini