Sukses

Obama: Trump Tidak Populis tapi Sinis

Menurut Obama, adalah hak prerogatif presiden untuk berkata kasar.

Liputan6.com, Ottawa - Presiden Barack Obama 'gerah' dengan pendapat yang menyebutkan bahwa capres Amerika Serikat (AS) asal Partai Republik Donald Trump adalah seorang yang populis. Orang nomor satu di AS itu pun menegaskan ketidaksukaannya terhadap retorika taipan properti itu.

Pernyataan tersebut disampaikan Obama dalam penutupan pertemuan trilateral tahunan antara dirinya dengan Perdana Menteri Kanada dan Presiden Meksiko -- dikenal juga dengan Three Amigos Summit -- yang berlangsung di Ottawa, Kanada. Dalam kesempatan itu, ia memberi penjelasan panjang tentang ciri-ciri pemimpin yang populis dan Trump sama sekali tidak masuk kriteria.

"Seseorang yang tidak pernah menunjukkan penghormatan kepada pekerja, tidak pernah berjuang atas nama isu-isu keadilan sosial atau memastikan bahwa anak-anak miskin mendapatkan kelayakan hidup atau perlindungan kesehatan tidak memenuhi definisi pemimpin populis."

"Pemimpin tidak secara tiba-tiba menjadi populis karena mengatakan sesuatu yang kontroversial sebagai upaya untuk memenangkan suara. Itu bukan ukuran populisme melainkan nativisme atau xenophobia --takut dengan warga negara lain-- bahkan yang lebih buruk lagi itu sinisme," tegas Obama tanpa menyinggung nama Trump seperti dikutip Reuters, Kamis (30/6/2016).

Pernyataan terkait populis ini disampaikan Obama selama enam menit. Ia didampingi oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto.

"Maaf. Ini merupakan hak prerogatif presiden untuk sesekali berkata kasar," imbuhnya menutup konferensi tersebut.

Taipan properti itu hampir dipastikan akan maju melawan Hillary Clinton dalam pemilu presiden pada November mendatang. Ia dikenal kontroversial lewat pernyataan-pernyataannya termasuk di antaranya jika terpilih menduduki Gedung Putih ia akan melarang muslim untuk masuk ke AS dan membangun dinding perbatasan antara Meksiko - AS.

Obama sendiri telah mengkritik pernyataan Trump yang menyebar kebencian itu. Ia justru menyebut Senator Bernie Sanders yang menjadi lawan politik Hillary dalam nominasi presiden di Partai Demokrat sebagai seorang yang populis -- belakangan Sanders mundur dari pencalonannya dan mendukung Hillary.

Di sisi lain, Obama sudah menegaskan dukungannya terhadap Hillary Clinton yang pernah ditunjuknya sebagai menteri luar negeri di pemerintahannya era 2009 - 2013. Pekan depan, mereka dijadwalkan akan berkampanye bersama. Kritik orang nomor satu di AS itu terhadap Trump boleh jadi merupakan strateginya untuk membantu memenangkan Hillary.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.