Sukses

Brexit Akhiri 'Kesaktian' Paspor Inggris?

Warga Irlandia Utara yang masih ingin menikmati keuntungan menjadi bagian dari UE berbondong-bondong membuat paspor Irlandia.

Liputan6.com, Dublin - Sebuah studi pada awal 2016 menunjukkan paspor Inggris adalah satu dari tiga paspor yang 'paling sakti' di dunia. Sebab, pemilik paspor Britania Raya dapat mengunjungi 175 negara tanpa perlu mengajukan visa.

Namun kondisi berubah setelah Brexit--referendum yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE). Belum diketahui bagaimana nasib pemilik paspor Inggris, masih mungkinkah mereka bepergian dengan bebas ke-27 negara UE atau sebaliknya.

Sebagian yang khawatir dengan isu tersebut mencari alternatif, sehingga memungkinkan mereka masih dapat menikmati "pergerakan bebas" ke sejumlah negara UE. Demikian seperti dilansir USA Today, Rabu (29/6/2016).

Mengajukan pembuatan paspor ke negara UE lainnya nyaris terdengar mustahil. Sebab, UE sendiri menginginkan agar secara resmi proses Brexit dapat segera dimulai.

Namun, kenyataan akan sedikit berbeda bagi mereka yang lahir di Irlandia atau memiliki orangtua dan kakek nenek yang berasal dari negara itu. Karena mereka berhak mengajukan paspor Republik Irlandia yang tidak memiliki rencana untuk hengkang dari UE.

Berbeda dengan Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Britania Raya, Irlandia telah lebih dulu merdeka dari negeri pimpinan Ratu Elizabeth itu setelah Perang Dunia I. Sejak hasil referendum diumumkan pada Jumat 24 Juni pagi, ribuan warga Irlandia Utara dilaporkan telah mengajukan pembuatan paspor Republik Irlandia.

"Selama akhir pekan di Belfast, kantor pos kehabisan formulir aplikasi untuk pembuatan paspor. Menteri Luar Negeri Irlandia telah meminta warga untuk tenang. Ia khawatir pihak imigrasi kewalahan dengan tingginya jumlah pelamar," ujar koresponden BBC Irlandia, Chris Page.

Ditambahkan Page, lonjakan aplikasi paspor Irlandia menunjukkan fenomena di mana sebagian warga "mempertimbangkan kembali identitas mereka dalam beberapa cara". Singkatnya, orang-orang hanya memikirkan kemudahan yang akan mereka dapatkan jika ingin berlibur ke negara-negara Eropa.

Hal lain yang juga banyak diperbincangkan pasca-Brexit adalah apakah di antara perbatasan Irlandia dan Irlandia Utara akan dibangun tembok pembatas. Hingga kini belum ada konfirmasi terkait hal itu.

Perceraian Britania Raya dari organisasi yang telah menaunginya selama 43 tahun itu akan memakan waktu dua tahun. Setelah disahkan nantinya, di antara Irlandia dan Irlandia Utara akan menjadi satu-satunya perbatasan darat yang menghubungkan Inggris dengan UE.

Belum diketahui pasti bagaimana aturan terkait hal tersebut ke depannya. Terlebih jika kedua negara mengadopsi kebijakan imigrasi yang berbeda.

"Masih terlalu awal membicarakannya. Namun yang pasti itu adalah salah satu hal kunci yang sedang dibahas," kata Page.

Isu perbatasan ini nantinya dikhawatirkan memiliki implikasi ekonomi terhadap sejumlah kota-kota kecil di area perbatasan, termasuk lalu lintas warga.

"Diperkirakan setidaknya terdapat 15.000 orang yang menyeberangi perbatasan setiap harinya untuk bekerja. Terdapat kekhawatiran di kawasan perbatasan tentang hal itu," katanya.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.