Sukses

India dalam Status 'Darurat Tomat'

Kekeringan yang berkepanjangan membuat India dihadapkan pada situasi darurat tomat, sejumlah restoran pun terkena imbasnya.

Liputan6.com, New Delhi - Tak ada awan di langit Pimpalgaon Basant, sebuah desa di India bagian barat. Terakhir kalinya, hujan turun beberapa hari lalu, itu pun hanya satu jam.

Kondisi kekeringan itu telah menyebabkan pasokan tomat di pasar Pimpalgaon nyaris kosong. Padahal wilayah itu yang dikenal sebagai pasar tomat terbesar di Asia.

"Saat ini harga tomat naik 75 persen dibanding harga normal. Biasanya, Anda bisa membeli tomat grosir sekilo seharga 10 rupee, namun sekarang dengan harga tersebut Anda hanya mendapat 150 gram," ujar salah seorang penjual di pasar Pimpalgaon, Sheik Tanveer seperti dilansir The Guardian, Kamis (30/6/2016).

Kemarau yang panjang, diikuti dengan monsun yang datang lebih awal telah mengganggu siklus panen, dan menaikkan harga rata-rata tomat di India menjadi dua kali lipat sejak April lalu. Hal ini menimbulkan 'kepanikan' di negeri pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Tak hanya tomat, namun sejumlah harga sayuran dan kacang-kacangan juga dilaporkan menjadi lebih mahal pada 2016 ini.

"Panas sekali. Tak seorang pun petani memiliki tomat untuk dijual," jelas Popat Khaire, seorang petani di Pimpalgaon yang mengaku tak pernah melihat kondisi panen yang begitu buruk seperti kali ini.

Menurut Khaire, ia biasanya mendapat harga memuaskan untuk tomat-tomat yang dipanennya, namun tahun ini ia menderita kerugian besar. "Lahan sudah siap, bibit juga, saya hanya menunggu hujan turun," kata Khaire.

Seorang petani lainnya, Santosh Zute juga mengeluhkan kemarau berkepanjangan.

"Tomat yang ditanam hasilnya berukuran kecil dan hitam. Tidak bisa dimakan. Jadi, sekarang yang bisa kami lakukan adalah duduk di rumah dengan bibit tomat. Saya merugi 5.000 rupee karena peristiwa ini," tutur Zute.

Tomat adalah bahan baku utama dalam masakan India. Tumbuhan dari keluarga Solanaceae itu banyak digunakan dalam memasak sayuran, kari, atau dal.

Krisis tomat telah menyebabkan beberapa restoran di India 'menghilangkan' sejumlah sajian berbahan dasar tomat dari menu mereka. Sementara itu di sisi lain asosiasi perdagangan nasional, Assocham, mencatat terjadinya peningkatan penjualan saus tomat dan kecap sebesar 40 persen.

Pemerintah di India Bisa Lengser Karena Sayuran?

Di India, naik turunnya pemerintahan yang berkuasa dipengaruhi oleh isu harga sayur mayur. Misalnya, tingginya harga bawang merah telah menjadi faktor penentu dalam pemilu di negara bagian Delhi dan Rajastan pada 1998.

Menteri Keuangan India, Arun Jaitley telah memimpin rapat untuk mencari solusi soal tingginya harga tomat. Sementara itu menanggapi situasi ini, Menteri Utama Bengal Barat, Mamata Banerjee telah mendirikan satuan tugas khusus untuk menghadapi kondisi darurat tomat ini.

Ketika kekeringan melanda bagian barat India, hujan lebat justru mengguyur bagian selatan negara itu dan menyebabkan rusaknya sejumlah tanaman, termasuk tomat. Krisis tomat ini membuat Kementerian Makanan dan Urusan Konsumen India angkat bicara.

"Harga telah jatuh di Delhi pekan ini karena tomat dari Himachal (Pradesh). Namun menurut Anda apa yang harus saya lakukan tentang hal itu? Apakah pemerintah harus intervensi? Tidak ada yang bisa kita lakukan soal curah hujan."

"Jika hujan, maka panen tomat gagal. Semuanya tergantung musim, cuaca. Ini di luar kuasa kami," ujar Juru bicara Kementerian Makanan dan Urusan Konsumen India.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.