Sukses

Australia Mengutuk Keras Serangan terhadap Masjid di Perth

Serangan ditujukan ke masjid yang terletak di Thornlie, Perth, Australia Barat, pada Selasa malam, 28 Juni 2016.

Liputan6.com, Perth - Serangan ditujukan ke masjid yang terletak di Thornlie, Perth, Australia Barat, pada Selasa malam, 28 Juni 2016. Empat mobil yang terparkir di depan rumah ibadah dibakar menggunakan bom molotov. Salah satunya bahkan hangus. Tak hanya itu, pelaku meninggalkan coretan kata-kata kasar di dinding.

Serangan tersebut terjadi ketika ratusan umat muslim sedang beribadah di malam Ramadan, termasuk anak-anak. Untungnya, tak ada satu pun yang terluka.

Imam Masjid Thornlie, Yahya Adel Ibrahim, mengatakan para jemaah sempat berhamburan keluar setelah mendengar suara ledakan mobil.

"Kebanyakan orang merasa cemas dan bertanya-tanya, 'Mengapa kita jadi sasaran? Apakah mereka tak tahu ada anak-anak di dalam?' Ini adalah tempat ibadah," kata Yahya Ibrahim, seperti dikutip dari CNN, Rabu (29/6/2016).

Ia menambahkan, warga sekitar juga merasa khawatir dan trauma. Apalagi masjid berdiri di kawasan perumahan.

Menuliskan soal serangan tersebut di laman Facebooknya, Ibrahim menegaskan pelakunya adalah oknum sejumlah orang, bukan keseluruhan masyarakat.

"Ini, tak diragukan lagi, adalah aksi kriminal yang dilandasi kebencian," tulis dia dalam Facebooknya -- yang dibagikan ratusan kali.

Sejumlah orang menanggapi dengan simpati. "Sungguh menyesal menyaksikan hal tersebut, sungguh perbuatan tercela. Kebencian tak akan pernah menang," kata Ryan Northover, pemilik akun Twitter @RyanNorthover.

Secara terpisah, juru bicara Kepolisian Australia barat mengatakan, tiga orang terlihat berlari menyusuri gang yang terletak di sebelah Australian Islamic College--yang dekat dengan masjid.

Dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu, 29 Juni 2016, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengutuk keras kejadian tersebut.

"Tak ada kata yang mewakili betapa kami mengutuk serangan semacam itu," kata PM Australia. Negeri Kanguru akan menggelar pemilu pada Sabtu, 2 Juli 2016.

Simpati dari Warga Australia

Ibrahim menambahkan, pihaknya menerima dukungan dari masyarakat Perth. Simpati berdatangan dari semua umat dan semua kalangan.

Warga Australia bahkan berdiri bersama melawam Islamfobia dengan tagar #illridewithyou

"Setelah serangan, iman melanjutkan memimpin salat," kata Ibrahim.

Menurut Ibrahim, mereka tetap melanjutkan ibadah meski menjadi korban serangan. Tak hanya menjadi simbol perlawanan, melainkan terapi dan upaya mengobati diri sendiri. "Saya yakin, kejadian tersebut justru akan membawa lebih banyak orang ke masjid ini."

Ratusan warga Australia mengecam serangan tersebut lewat sosial media. Mereka menyebut aksi itu sebagai tindakan "menjijikkan dan pengecut".

"Hati kami ikut hancur dan marah menyaksikan Anda menjadi target serangan semacam itu," kata pastor Australia Barat, Jarrod McKenna, di laman Facebooknya. "Rumah ibadah adalah tempat suci, yang seharusnya aman. Sebuah tempat di mana manusia mengakui kerentanannya, tempat untuk bersembahyang, dan--bersama orang lain--mengekspresikan apa yang paling berharga dalam hati kita."

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.