Sukses

Diplomat AS Tuduh Intel Rusia Diam-diam Masuk ke Rumahnya

Rumah Atase Pertahanan AS di Moskow dibobol dan anjingnya dibunuh.

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat mengajukan keberatan terhadap Rusia setelah salah satu diplomat AS mengadu telah mendapat perlakuan tidak mengenakkan di Moskow.

Menurut diplomat itu, ia dan keluarganya mendapat kekerasan, intimidasi dari mata-mata Rusia yang menyamar sebagai polisi, pembantu hingga petugas keamanan pribadi.

Keluhan itu diajukan oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin pada pertemuan Maret lalu.

Keberatan AS itu dibocorkan oleh juru bicara kemenlu AS, Elizabeth Trudeau.

"Selama 2 tahun, kekerasan dan pengintaian personel diplomat kami terjadi di Moskow dilakukan oleh petugas keamanan pribadi dan polisi lalu lintas," kata Trudeau seperti dilansir dari Reuters, Selasa (28/6/2016).

Pernyataan itu dilontarkan setelah laporan dari Washington Post yang mengatakan tentang rangkaian kekerasan oleh petugas keamanan Rusia dan mata-matanya, termasuk datang tiba-tiba di acara pribadi dan memberikan berita negatif tentang para diplomat AS di Moskow.

Beberapa diplomat AS bahkan mengatakan ada orang asing merusak rumah mereka saat terlelap dan mengubah tatanan dekorasi, menyalakan lamu bahkan merusak karpet ruang keluarga. Bahkan rumah atase pertahanan AS pernah dibobol dan mata-mata Rusia membunuh anjingnya.

"Kami kini jelas meningkatkan keamanan dan mengambil langkah serius atas laporan itu," lanjut Trudeau.

Washington menarik mandat 5 dari 6 konsul kehormatan Rusia pada Januari lalu menyusul kekerasan yang menimpa diplomat Negeri Paman Sam di Moskow. Namun, Rusia menuduh justru AS yang memprovokasi diplomatnya yang bertugas di AS.

"Kami mengalami peningkatan tekanan secara signifikan di beberapa kedutaan Rusia di AS," kata juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova.

Diplomat Rusia, menurut Zakharova, kerap menjadi sasaran provokatif petugas Secret Service AS, mengalami kesulitan mengontak pihak berwajib dan larangan lainnya.

Namun, AS menolak pernyataan itu.

Kemlu AS mengatakan peningkatan kekerasan terhadap diplomatnya di Rusia meningkat setelah Negeri Beruang Merah itu melakukan invasi ke Ukraina 2014.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.