Sukses

Pasca-Brexit, Inggris 'Dihantui' Mencuatnya Isu Rasisme

Sejumlah selebaran bernada kebencian terhadap migran tersebar di beberapa tempat di Inggris.

Liputan6.com, London - Kejahatan dengan latar belakang rasisme atau hate crime meningkat setelah Inggris memutuskan hengkang dari Uni Eropa (UE).

Dikutip dari CNN, Selasa (28/6/2016), seorang anggota parlemen dari Partai Konservatif mengonfirmasi, saat ini polisi sedang mengidentifikasi dua tindak kejahatan dengan motif rasisme.

Selebaran anti-imigran bertuliskan "Leave the EU - no more Polish vermin" atau "Tinggalkan Uni Eropa - tak ada lagi imigran Polandia" dipasang di mobil di dekat sekolah setelah Inggris memilih untuk "bercerai" dari UE, demikian menurut keterangan polisi setempat.

Pada Minggu, 26 Juni 2016, Polish Social and Cultural Association di Hammersmith, London Barat, diduga dirusak dengan slogan rasis.

Politikus dari Partai Konservatif dan pengacara Baroness Sayeeda Waris mengatakan kepada Sky News bahwa laporan tindak kekerasan dari organisasi yang menangani korban kejahatan bermotif ras meningkat sejak Brexit.

"Saya telah menghabiskan sebagian besar akhir pekan berbicara dengan organisasi, individu, dan aktivis yang bekerja di bidang kebencian terhadap perbedaan ras, yang memantau kejahatan berlatar belakang kebencian," ujar Waris.

"Hasil awal sangat mengecewakan, karena sejumlah orang berhenti di jalan dan berkata, 'kami memilih untuk pergi (dari UE), kini saatnya kamu untuk pergi (dari Inggris)',"

"Mereka mengatakan hal tersebut kepada individu dan keluarga yang telah berada di sini selama tiga, empat, dan lima generasi. Atmosfer di jalan tidak menyenangkan," katanya.

Penyelidikan Polisi atas Hate Crime

Beberapa kertas bertuliskan hinaan terhadap migran dari Polandia dalam bahasa Inggris maupun Polandia ditemukan di sejumlah mobil dan rumah di wilayah Huntingdon, Cambridgeshire, demikian menurut keterangan polisi setempat.

Salah satu warga, Kathleen Gayor, mengatakan ia menemukan kertas tersebut di bawah pintu rumah ibunya.

"Kami sangat kecewa dan marah. Ia memiliki beberapa tetangga Polandia yang sangat baik," ujar Gayor kepada CNN.

"Terdapat kertas lain di sekolah, komunitas yang ditinggali orang Polandia, dan di pinggir sungai di Huntingdon. Mereka menaruh kertas itu di semua tempat," ucapnya.

Sejumlah selebaran bernada kebencian terhadap migran tersebar di beberapa tempat di Inggris (Kathlen Gaynor)

Dalam sebuah pernyataan, detektif pengawas Cambridgeshire Martin Brunning mengatakan, polisi sedang bekerja sama dengan komunitas Polandia dan memperingatkan siapa saja yang ketahuan menyebarkan selebaran bernada rasisme harus menghadapi hukuman 7 tahun penjara.

Berdasarkan True Vision, telah terjadi peningkatan laporan akan adanya tindak kejahatan bermotif kebencian. Polisi Inggris juga membuat website yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai kejahatan tersebut kepada masyarakat, demikian menurut National Police Chiefs' Council (NPCC) pada Senin, 27 Juni 2016.

Menurut NPCC, sebanyak 85 kejahatan bermotif kebencian tercatat sejak Kamis hingga Minggu. Namun badan tersebut mengatakan bahwa hal itu tak boleh dianggap sebagai peningkatan hate crime.

"Seluruh laporan hate crimes di wilayah ini akan diselidiki secara penuh dan sangat penting untuk semua orang yang menerima selebaran atau mengalami penghinaan serupa untuk melaporkannya," ujar NPCC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Reaksi di Media Sosial

Reaksi di Media Sosial

Dengan menggunakan tagar #postrefracism--rasisme pascareferendum, media sosial menyoroti dugaan insiden penghinaan migran di Inggris yang dilakukan secara verbal semenjak hasil referendum diumumkan.

Puluhan pengguna media sosial di Inggris, dengan menggunakan Twitter dan Facebook, melaporkan adanya insiden penghinaan ras, baik verbal maupun fisik, di seluruh Inggris semenjak referendum Uni Eropa.

"Kami sangat terganggu dan kecewa pagi ini ketika menemukan grafiti dengan tulisan tak menyenangkan di depan gedung ketika pegawai kami datang," ujar Ketua Polish and Social Cultural Association dalam video yang diunggah di Twitter.

"Polisi sedang menyelidiki kejahatan bermotif ras. Kami sangat tersentuh dan bersyukur kepada konselor setempat dan anggota parlemen, serta tetangga kami yang telah memberikan dukungannya,"

Polisi meninggalkan Polish and Social Cultural Association di Hammersmith (Reuters)

Kedutaan Polandia di Inggris juga menanggapi insiden hate crime tersebut di akun Twitter @PolishEmbassyUK.

"Terima kasih atas solidaritas #PolesinUK terkait dengan insiden di Hammersmith pagi ini. Kami telah bekerja sama dengan @posklondon dan polisi setempat," tulisnya.

Selain itu, banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan rasa muaknya terhadap insiden tersebut. Beberapa dari mereka menawarkan dukungan terhadap kelangsungan hidup migran di Inggris.

"Baru saja membaca tweet bahwa seorang gadis Polandia menangis di sekolah Inggris karena takut akan dideportasi. Ini sangat membuatku kecewa," tulis David Matthews @Britabroad90 dalam Twitter.

Pengguna Twitter lain @MyNameIsImi mencuit, "Yang terkasih warga Polandia, Rumania, Latvia, Pakistan, dan Iran yang tinggal di negara ini... Aku meminta maaf. Sangat meminta maaf."

Sementara itu pengguna media sosial lain khawatir bahwa tren hate crime akan tersebar di seluruh Eropa, di mana partai sayap kanan di beberapa negara menyerukan adanya referendum serupa setelah Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.