Sukses

'Perceraian' Petinggi Republik dan Donald Trump Makin Nyata?

Polling menunjukkan, 64 persen warga AS setuju bahwa Donald Trump sangat tidak berkualitas untuk jadi presiden AS.

Liputan6.com, Washington, DC - Perpecahan 'pernikahan' antara Donald Trump dan para petinggi Partai Republik makin nyata. Hal itu terlihat nyata setelah polling terbaru pebisnis asal New York itu terjun bebas setelah beberapa petinggi konservatif di senat menarik dukungannya.

Aksi 'mundur'nya dukungan terhadap Trump terlihat dari ketua mayoritas di Senat, Mitch McConell, yang berkali-kali menolak untuk mengatakan apakah Trump pantas jadi presiden AS.

"Dengar ya, saya serahkan hal itu kepada orang Amerika untuk memutuskan (apakah Trump pantas jadi presiden)," ujar McConell kepada ABC's This Week seperti dilansir dari The Guardian, Minggu 26 Juni 2016.

"Ini waktu yang panjang hingga November, dan penghalang, jelas, datang dari dia sendiri, apakah ia mampu meyakinkan orang-orang kalau ia bisa menangani pekerjaan itu," lanjutnya.

McConell mengakui kalau kampanye Donald Trump menunjukkan ketidakberesan pada satu bulan setelah dia justru bisa jadi nominasi. Hal itu terlihat dari pemecatan ketua kampanye, di mana uang kampanye yang tersisa hanya $ 1,3 juta. Sementara itu ratusan ribu dolar dana kampanye justru dihabiskan hanya untuk resor Trump di Florida dan topi.

Sementara, calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dapat mengumpulkan uang sebesar $ 42,5 juta.

McConell, sang arsitek kemenangan Partai Republik di Senat, menggambarkan 3 kata penting dalam politik AS, yaitu 'cash on hand' alias uang tunai. Dan secara gamblang, McConell mengatakan Trump tak bisa menang dengan penggalangan dana yang minim.

"Ia perlu mengejar, mengejar ketinggalan dengan cepat. Mau dari mana uang itu datang, apakah dari uang pribadi atau lainnya. Tapi ia harus dan wajib punya uang lebih dari sekarang yang dia punya kalau ia mau menang," ungkap McConell.

Selain itu, McConell adalah sosok yang menjembatani antara Trump dan para pesohor Republik. Namun, mereka takut akan fakta dan pendukung Trump dari kelompok rasis.

Dalam minggu ini, dua penasihat George W. Bush secara nyata mendukung Hillary Clinton, sementara penulis konservatif George Will mundur dari partai berlambang gajah itu. Tak hanya mereka, senator Republik dari Illinois Mark Kirk talah membuat gerakan anti-Trump.

Polling terbaru dari Wall Street Journal menunjukkan Hillary memimpin 46 persen dan Trump 41 persen. Sementara survei Washington Post menunjukkan, mantan first lady memperoleh 51 persen, dan Trump 39.

Survei juga menunjukkan, 64 persen warga AS setuju bahwa Donald Trump sangat tidak berkualitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.