Sukses

Reaksi Pemimpin Dunia Sikapi Perceraian Inggris - UE

Para pemimpin dunia menyesalkan pilihan mayoritas rakyat Inggris keluar dari organisasi itu, namun mereka menghormati keputusan itu.

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 46,5 juta rakyat Inggris telah menentukan sikapnya dalam referendum yang berlangsung pada 23 Juni kemarin. Mereka memutuskan untuk berpisah dengan Uni Eropa (UE), organisasi yang telah menaungi Britania Raya selama 43 tahun.

Dikutip dari itv, Jumat (24/6/2016) menanggapi pilihan Inggris itu perwakilan senior UE menantang Inggris untuk 'secepatnya memulai Brexit, tak peduli seberapa menyakitkan proses itu bisa terjadi'.

Sebelumnya, pemimpin kampanye Brexit, Boris Johnson dan Michael Gove sempat mengatakan 'tidak ada kebutuhan untuk terburu-buru' dalam menerapkan Klausul 50 Treaty on European Unity yang akan meresmikan 'perceraian' selama dua tahun ke depan.

Dalam pernyataan bersama, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengingatkan "setiap penundaan akan memperpanjang ketidakpastian".

"Kami memiliki aturan untuk menangani ini secara tertib. Pasal 50 Treaty on European Union menetapkan aturan yang harus diikuti jika terdapat negara anggota memutuskan untuk keluar dari UE.

"Kami siap memulai negosiasi cepat dengan Inggris mengenai syarat dan ketentuan pengunduran diri mereka dari UE," sebut keduanya.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim turut bereaksi terkait Brexit. Ia meminta UE untuk mempertimbangkan kembali visi organisasi itu.

Yildirim mengatakan seharusnya para pemimpin Eropa membaca suara Brexit dengan jelas. Di sisi lain ia juga menekan UE terkait dengan proses masuknya Turki ke organisasi itu.

Isu masuknya Turki ke UE disebut-sebut turut mempengaruhi perdebatan Brexit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Paus Francis Hingga Menkeu Rusia

Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Francis menanggapi Brexit dengan mengatakan bahwa referendum merupakan 'keinginan yang ditunjukan rakyat', namun harus diikuti dengan 'jaminan' bahwa pilihan itu baik bagi Inggris dan juga negara-negara di UE. Komentar juga datang dari Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma.

Menurut Zuma, negaranya dapat menahan guncangan keuangan yang disebabkan Brexit. "Kas negara dan bank sentral telah berdiskusi dengan institusi keuangan terkait implikasi terhadap sektor industri," ujarnya.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengaku akan mengadakan pertemuan dengan para petinggi UE untuk membahas Brexit pada Senin 27 Juni mendatang. Ia menegaskan, UE harus memiliki tujuan untuk mempertahankan hubungan masa depan yang dekat dengan Inggris.

Pemimpin Jeman itu mengaku, sangat menyesali keputusan mayoritas rakyat Inggris yang memutuskan hengkang dari organisasi beranggotakan 28 negara itu. Meski demikian, ia meminta agar para pemimpin UE tetap tenang dan sabar menyikapi Brexit.

Kekecewaan juga tak dapat ditutupi Presiden Prancis Francois Hollande atas keputusan Brexit rakyat Inggris. Namun pada akhirnya ia menghormati pilihan rakyat Inggris, ia pun mengatakan negosiasi Brexit harus dilakukan dengan cepat.

Presiden Hollande mengatakan, keluarnya Inggris dari UE tidak bisa diartikan sebagai 'persoalan biasa' bagi UE. Ia juga mengatakan Brexit 'sangat menantang' bagi seluruh negara di Benua Eropa.

Sementara itu, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menegaskan, Brexit akan memukul pasar keuangan global, namun imbasnya akan 'terbatas' bagi negaranya.

Menurut Siluanov, negara-negara di dunia harus bersiap untuk 'skenario negatif' di ekonomi global. Bank sentral Rusia mengatakan pihaknya memantau pasar global, namun memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi kekacauan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.