Sukses

Ribuan Lansia Hilang, Jepang Hadapi Krisis Orang dengan Dementia

Angka hilangnya lansia dengan dementia atau gangguan kognitif pada ingatan meningkat pesat di Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Angka hilangnya orang lanjut usia (lansia) dengan dementia di Jepang mencapai rekor tertinggi.

Laporan itu menggambarkan Negeri Sakura tengah berjuang bagaimana memberikan layanan kesehatan bagi penyakit yang merenggut memori di otak.

Polisi Nasional Jepang mengumumkan 12.808 orang dengan dementia (ODD) hilang di Jepang selama 2015. Angka ini meningkat sebanyak 1.452 dari tahun lalu.

Kebanyakan ODD hilang setelah berkeliaran tak tahu arah dan kemudian ditemukan sehari setelahnya atau bahkan beberapa minggu kemudian, seperti Liputan6.com lansir dari The Guardian, Jumat (17/6/2016).

Namun, sebanyak 479 ODD ditemukan dalam keadaan meninggal dan 150 hingga saat ini dinyatakan hilang, demikian laporan Kyodo News.

Penduduk lanjut usia --lebih dari 65 tahun-- kini menguasai seperempat populasi Jepang yang berjumlah 128 juta. Dengan demikian, Negeri Matahari Terbit berada di garda depan mengatasi masalah kelompok super-aging, termasuk stigma yang diderita orang dengan penyakit Alzheimer.

Gangguan tersebut mempengaruhi 4,6 juta orang di Jepang, dengan jumlah diperkirakan meningkat menjadi 7 juta - atau satu dari lima orang yang berusia 65 atau lebih terkena Alzheimer Dementia pada tahun 2025.

Di bawah 'rencana oranye' yang diumumkan tahun lalu, pemerintah Jepang menghabiskan 22,5 miliar yen tahun ini untuk melatih lebih banyak tenaga spesialis terlatih, meningkatkan kemampuan diagnosis awal, dan memfokuskan perawatan berbasis komunitas untuk mengurangi tekanan anggota keluarga yang merawat ODD.

Dalam sebuah survei terakhir, 40 persen keluarga dengan ODD mengatakan mereka tak lagi mampu menyediakan perawatan di rumah.

Sementara 70 persen mengatakan tanggung jawab merawat ODD menjadi beban.

Estimasi 100.000 orang meninggalkan pekerjaan mereka tiap tahun untuk mengurusi lansia termasuk mereka yang terkena dementia. Angka itu yang membuat Perdana Menteri Shizo Abe bersumpah menjadikannya hilang sama sekali pada 2025, ketika mereka yang termasuk baby boomer Jepang akan berusia 75 tahun.

Krisis dementia yang makin menjulang di Jepang telah melahirkan berbagai barang dan jasa baru yang mengklaim untuk meningkatkan fungsi kognitif, dari program kebugaran untuk lansia di atas 60 tahun dan teka-teki silang 'khusus' serta suplemen yang diklaim meningkatkan memori.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini