Sukses

Serangan Udara Bombardir 3 Rumah Sakit di Aleppo, 15 Orang Tewas

Tak jelas siapa yang melakukan serangan itu, namun pemerintah Suriah kini tengah berusaha mengambil alih Aleppo dari pemberontak dan ISIS.

Liputan6.com, Aleppo - Serangan udara di tengah konflik Suriah kembali menghancurkan rumah sakit di Aleppo. Setidaknya 15 orang dilaporkan tewas dan puluhan terluka.

Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), 3 fasilitas kesehatan hancur dalam 3 jam. Bahkan, satu rumah sakit merupakan tempat yang menyediakan spesialis anak-anak yang kini semakin langka di Suriah. Paramedis terpaksa mengeluarkan bayi-bayi dari inkubator.

Serangan udara juga menyerang rumah sakit Bayan di timur Distrik Shaar. Hal itu dikemukakan oleh aktivis dan grup monitor seperti dilansir dari BBC, Kamis (9/6/2016).

 

Tak jelas siapa yang melakukan serangan udara itu, namun pemerintah Suriah kini tengah berusaha mengambil alih Aleppo yang sebelumnya dikuasai ISIS dan pasukan pemberontak.

Dalam pernyataannya, Direktur Regional PBB untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Peter Salama mengatakan, 3 fasilitas yang diserang adalah Rumah sakit al-Hakim, al-Bayan, dan klinik Abdulhadi Fares. Ketiganya berada di bagian timur kota itu.

"Rumah sakit al-Hakim adalah salah satu fasilitas yang menyediakan layanan khusus anak-anak," kata Salama. "Ini adalah serangan kedua terhadap rumah sakit."

Ia juga menjelaskan tim medis dilaporkan tewas dan terluka.

"Ratusan fasilitas medis yang menyediakan layanan kesehatan untuk ribuan orang yang butuh bantuan dan dalam kondisi kritis akibat perang telah hancur atau rusak. Dalam 2 minggu terakhir, 6 fasilitas kesehatan di seluruh negeri ini menjadi target penyerangan," ujar Salama.

Menurut direktur staf Rumah Sakit al-Hakim, suster-suster membawa belasan bayi ke ruangan bawah tanah fasilitas medis tersebut.

Hanya sedikit rumah sakit yang masih berjalan di tengah kota yang dikuasai pasukan pemberontak. Mereka terpaksa melayani lebih dari 350.000 waga.

Aleppo dahulu adalah wilayah komersil dan industri yang dimiliki oleh Suriah. Kota itu 'memisahkan' diri pada 2012 saat konflik bersaudara dimulai. Pemerintah menguasai wilayah barat dan pasukan pemberontak di timur.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Suriah dibantu Rusia melakukan serangan udara merebut daerah kekuasaan pasukan pemberontak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.