Sukses

Lihat, Ini 8 Dampak 'Dosa Manusia' Terkait Pemanasan Global

Dunia perlu tahu akibat dari pemanasan global lebih dalam dan siapa yang menjadi korban.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena pemanasan global terus memberikan dampak negatif terhadap Bumi ini dan segala bentuk kehidupan yang ada di dalamnya, baik flora maupun fauna.

Di satu sisi, manusia tersenyum puas menikmati kemajuan teknologi pada era globalisasi. Di sisi lain, ribuan hewan dan manusia di dunia bagian lain larut dalam kesengsaraan karena harus menanggung dampak dari pembuangan limbah industri tersebut.

Manusia telah berulang kali diingatkan tentang bahaya pemanasan global serta akibat fatalnya yang kerap kali dialami dan dirasakan oleh hewan-hewan tak bersalah.

Berbagai macam upaya telah dikerahkan, namun tidak semua hati bisa tergerak hanya dengan imbauan saja.

Jika kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan betapa seriusnya kondisi ini, maka anda perlu perhatikan beberapa dampak terparah pemanasan global di bawah ini.


1. Rasa Sesak Permanen

Betapa mirisnya hidup kura-kura ini. Suatu hari tubuhnya terjebak dalam sebuah karet plastik yang merupakan salah satu sampah dari limbah hasil industri yang dikendalikan oleh manusia.

Tanpa disadari, karet yang terikat mengitari tubuhnya itu menjadi aksesoris permanen. Karet plastik tersebut telah menghambat proses pertumbuhan sang kura-kura dan merusak tempurungnya yang seharusnya berperan sebagai perisai melindungi bagian dalam tubuhnya yang rapuh.

Dampak pemanasan global terhadap binatang laut seperti kura-kura yang tersiksa karena sisa karet plastik sisa limbah pabrik. (sumber: CNBC)

Melansir dari Daily Mail, kura-kura laut atau yang biasa disebut penyu ternyata memang sangat rentan menjadi korban limbah plastik, terutama di wilayah perairan Samudra Pasifik.

Suatu kali tim penyelamat Greenpeace menemukan satu kura-kura yang sudah mati di pesisir pantai Hawai. Saat diteliti, mereka menemukan lebih dari 1.000 bahan atau objek yang terbuat dari plastik bersarang dalam perut kura-kura malang tersebut.

2. Kelaparan Berkepanjangan

Nasib beruang kutub di bawah ini tidak berbeda jauh dengan sang kura-kura yang tubuhnya terlilit  karet plastik secara permanen.

Ukuran tubuhnya menciut secara drastis, membuktikan sulitnya untuk beruang kutub mencari makanan di era yang kian 'memanas' ini.

Beruang kutub kesulitan mencari makanan karena pemanasan global merubah segalanya. (sumber: Huffington Post)

Melansir dari CBS News, pemanasan global sendiri bukan penyebab langsung dari kematian beruang kutub yang angkanya kian meningkat dewasa ini.

Akan tetapi, fenomena tersebut memicu pelelehan pada jutaan bongkahan es yang tersebar luas di kutub.

Wilayah tersebut merupakan habitat para beruang kutub ini dan menjadi sumber utama untuk mereka mencari makanan.

Ketika habitat mereka diruntuhkan maka tidak hanya mereka kehilangan tempat tinggal, tetapi juga sumber makanan.

Oleh karena itu, pemanasan global secara tidak langsung melahirkan sejumlah dampak yang terbukti merusak struktur hidup beberapa mahluk hidup di dunia ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lautan Racun dan Jebakan Maut

3. Lautan Racun

Bayangkan Anda di atas kapal, mengarungi laut atau sungai yang airnya berwarna hijau pekat memualkan.

Sayangnya, hal tersebut bukan hanya sebatas bayangan saja. Di China, lautan beracun dengan warna bermacam ragam sudah lama menjadi hal yang marak dibicarakan masyarakat luas.

Polusi udara dan juga limbah dari pabrik di sejumlah kota tidak hanya memicu pemanasan terhadap suhu di Bumi, namun juga membuat beberapa lokasi di wilayahnya sebagai tempat yang berbahaya untuk semua mahluk hidup.

Laut berubah menjadi warna hijau sebagai dampak dari pemanasan global akibat limbah produk hasil pabrik di sejumlah kota besar di China.(sumber: China Daily)

Seperti dimuat di New York Times, Uni Eropa mengevaluasi bahwa hanya 1% dari 560 juta penduduk sebuah kota di negara China yang telah berhasil menghirup udara yang bisa dikategorikan aman untuk kesehatan paru-paru mereka.

Kesengsaraan kerap kali diperlihatkan di beberapa kota industri di China ini: jutaan keluarga yang jarang bisa melihat matahari, pepohonan dan segala jenis tanaman yang gersang nampak tak terawat, dan juga lautan berwarna-warni yang mana sudah membunuh keberlangsungan banyak mahluk hidup di dalam laut. 

4. Jebakan Maut

Seekor singa laut dengan kawat tajam mengelilingi lehernya ditemukan terdampar di Fanny Bay, Vancouver, Kanada.

Kawat yang mencekiknya itu membuat beberapa bagian di lehernya terluka hingga berdarah di kulit bagian dalamnya. Tim penyelamat hewan kota tersebut bergegas menolongnya keluar dari kesengsaraan itu.

Singa laut yang diberi nama Kiyo ini telah membuat sadar warga setempat akan bahayanya sampah dan limbah pabrik yang tergenang di laut bebas.

Singa laut tercekik kawat yang sebelumnya menjadi sebuah jebakan di tengah laut akibat buangan limbah pabrik. (sumber: Canada Weekly)


Seperti dilansir dari Huffington Post, Departemen Perikanan dan Kelautan Kanada telah meyiapkan tim untuk mencari singa laut lainnya yang mengalami kasus serupa di laut sekitar.

Upaya tersebut merupakan langkah baik untuk menolong hewan ini, namun kegiatan serupa juga sebetulnya diperlukan di lautan yang mengelilingi negara lain untuk menyelamatkan jutaan mahluk hidup lainnya yang menjadi korban dari pemanasan global.

3 dari 4 halaman

Koala yang Kesepian dan Penyakit Mematikan

5. Koala yang Kesepian

Koala yang gemar menghabiskan waktu untuk tidur ini sejenak terbangun ketika melihat kobaran api melalap sarangnya hingga tak ada yang tersiksa.

Tidak hanya habitatnya, keluarganya pun ikut musnah oleh api yang sangat panas itu.

Kebakaran hutan di Australia dewasa ini semakin sering terjadi. Saat musim kemarau tiba, sedikit percikan api saja bisa menimbulkan kebakaran berhektar-hektar luasnya.

Kebakaran hutan di Australia menghacurkan habitat koala dan mengancam keberlangsungan hidup hewan ini. (sumber: BBC)

Seperti dilansir dari BBC, Pemanasan global yang kian merata di seluruh bagian bumi telah memicu penaikan suhu udara hingga rasa panas menjadi luar biasa saat musim kemarau.

Pemanasan global yang diakibatkan oleh polusi dari pabrik yang mana merusak dan lama-lama mengusir keberadaan lapisan atmosfer di permukaan Bumi ini, telah membuat sinar matahari jauh lebih terik dari biasanya karena mampu menerobos langsung ke bumi tanpa ada perisai apapun yang menghalanginya.

Kebakaran hutan di Australia menghacurkan habitat koala dan mengancam keberlangsungan hidup hewan ini. (sumber: BBC)

Inilah yang terjadi beberapa kota besar di negara Australia. Seperti kota Adelaide yang kerap kali mengalami kebakaran hutan fatal hingga jutaan hektar dibumihanguskan bersama dengan ratusan hewan lainnya yang hidup di wilayah tersebut.

Koala yang berhasil diselamatkan nampak lemas ketika tangan dan kakinya direndamkan dalam air berisikan obat untuk menghilangkan nyeri karena terkena panas api.


6. Biang Penyakit Mematikan

Penyakit yang ada di sekitar kita seperti, virus ebola, flu burung, kolera, tuberculosis (TBC) merupakan dampak tidak langsung dari perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh pihak Wildlife Conservation Society, seperti dilansir dari Scientific American. Contohnya cholera, bakteri penyakit ini berkembang biak dan lebih bisa bertahan hidup di air yang suhunya hangat atau panas.

Pemanasan global memicu adanya sejumlah penyakit termasuk virus ebola. (sumber: Doctors Without Borders)

Dengan pemanasan global yang kerap kali membuat suhu air menjadi sama-sama tinggi, semakin mudah untuk virus kolera menyebar dan menyebabkan kematian dalam waktu seminggu akibat diare akut yang tak kunjung tuntas.

Contoh lainnya adalah virus ebola. Virus ini masih baru di kalangan masyarakat dunia dan obat untuk menyembuhkan mereka yang terjangkit penyakit ini belum ditemukan.

Virus ini dipercaya timbul karena kekeringan di benua Afrika. Pemanasan global telah memicu kekeringan tersebut dan secara tidak langsung menciptakan virus mematikan tersebut.

4 dari 4 halaman

Bencana Alam Buatan Manusia

7. Bencana Alam Buatan Manusia

Akhir-akhir ini berita terkait bencana alam semakin banyak kita dengar dan lihat. Letusan gunung berapi di Chile dan gempa bumi yang menggetarkan sebagian besar Nepal yang terjadi beberapa waktu lalu telah merengut nyawa banyak orang.

Pada umumnya, manusia akan memaklumi kejadian seperti itu karena dianggap bencana alam yang tak terhindarkan.

Bencana alam kerap kali dipicu oleh tindakan manusia yang merusak bumi. (sumber: Daily Mail)

Namun, beberapa ilmuwan telah menyimpulkan bahwa pemanasan global telah memicu sejumlah kejadian yang dianggap manusia sebagai bencana alam.

Menurut mereka, patahan gelombang seismik yang berada di kerak bumi sangat sensitif akan perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.

Pemanasan global yang membuat volume air di muka bumi ini meningkat, telah mengubah keseimbangan bumi karena beban akan terasa lebih berat; dan hal tersebut tentunya akan memberikan dampak pada patahan-patahan bumi.

Ilustrasi gempa. (Liputan6.com)

“Perubahan iklim perannya sangat besar dalam memicu kesensitifan patahan bumi. Hal itu dengan sangat mudahnya memicu terjadinya gempa bumi,” kata Profesor Bill McGuire dari University College London kepada Newsweek.


8. Pertumpahan Darah

Sejumlah peperangan yang terjadi di beberapa negara mempunyai akar masalah di pemanasan global. Seperti yang terjadi di Darfur, Sudan.

Para peneliti di bidang keamanan nasional mengatakan bahwa pemanasan global telah memicu perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan, sehingga jumlah bahan dasar makanan dan lainnya sangat terbatas.

Pemanasan global secara tidak langsung memicu pertumpahan darah seperti yang terjadi di Sudan. (sumber: Japan Times)

Seperti dimuat dalam Seattle Post Intelligencer, ketika makanan berkurang jumlahnya akan terjadi kelaparan dan harga yang tersedia pun jadi naik. Kenaikan harga memicu kemarahan warga sehingga aktivitas kriminal meningkat dan peperangan pun terjadi.

Negara-negara yang menderita kekurangan air karena kekeringan yang diakibatkan secara tidak langsung oleh pemanasan global, sangat rentan terhadap masalah perekonomian, ketidakstabilan politik, kepanikan masyarakat dan dampak berskala nasional lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini