Sukses

Lembah Bada, Situs Misterius di Indonesia yang Memukau Dunia

Arca-arca besar dipahat mirip wajah manusia di Lembah Bada. Konon, itu adalah manusia jahat yang dikutuk jadi batu.

Liputan6.com, Poso - Lembah Bada atau dikenal dengan Lembah Napu, merupakan situs megalitik yang terletak di Taman Nasional Lore Lindu, Poso, Sulawesi Tengah.

Dari ratusan Megalit --batu besar yang menjadi tanda utama keberadaan tradisi megalitik-- pahatan tersebut, 30 di antaranya menggambarkan bentuk manusia.

Megalit di Lembah Bada ditemukan pertama kali pada 1908. Walaupun penemuan tersebut sudah berlangsung lebih dari 100 tahun, namun hanya sedikit hal yang diketahui tentang obyek itu, salah satunya tentang kapan patung batu itu dibuat.

Beberapa orang berspekulasi bahwa batu-batu tersebut dipahat sekitar 5.000 tahun lalu, sedangkan lainnya menduga megalit itu dibuat sekitar 1.000 tahun silam.

Sementara itu, beberapa orang lainnya menduga bahwa batu tersebut masih berhubungan dengan budaya megalitik di Laos, Kamboja, dan beberapa wilayah di Indonesia pada 2.000 tahun lalu.

Dikutip dari Ancient Origins, Senin (6/6/2016), hingga saat ini tak diketahui siapa yang membuat megalit Lembah Bada. Meskipun terdapat dugaan bahwa batu itu dibuat oleh budaya yang membuat megalit di tempat lain di Asia Tenggara, namun megalit di Lembah Bada tergolong unik.

Hal tersebut memunculkan dugaan bahwa peninggalan itu dibuat oleh kebudayaan berbeda. Namun hingga saat ini tak ada orang tahu kebudayaan mana yang membuatnya.

Teka-Teki Tujuan Pembuatan Megalit

Tujuan dibuatnya megalit tersebut juga belum diketahui pasti. Masyarakat lokal percaya bahwa batu itu dulunya digunakan untuk melakukan pemujaan terhadap leluhur.

Tak hanya itu, para penduduk juga mempunyai kisah tentang asal-usul terbentuknya megalit tersebut. Sebuah cerita mengatakan bahwa terdapat megalit bernama Tokala'ea yang dulunya merupakan pemerkosa, akhirnya dikutuk menjadi batu.

Megalit Tokala'ea (Oliver van Straaten)

Sementara itu, terdapat cerita tentang megalit lain bernama Tadulako. Masyarakat mengatakan bahwa dulunya Tadulako dikenal sebagai penjaga desa, namun setelah mencuri beras ia dikutuk menjadi batu.

Cerita lain mengaitkan megalitik dengan pengorbanan manusia. Beberapa orang juga percaya bahwa batu tersebut dimaksudkan untuk menangkal roh jahat, sementara yang lain mengklaim bahwa benda tersebut memiliki kekuatan supranatural dan mempu menghilang atau berpindah tempat.

Karakteristik Megalit

Terlepas dari tujuan asli mereka, batu yang digunakan untuk mengukir patung tersebut tak ditemukan di tempat lain di dekat daerah tersebut.

Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa orang-orang pembuat patung tersebut memiliki semacam organisasi sosial yang memungkinkan mereka untuk melakukan proyek semacam itu.

Beberapa orang berdiri di depan sebuah patung megalitik pada 1930-an (Tropenmuseum)

Pahatan pada megalit tersebut juga dideskripsikan minimalis. Tokoh tersebut biasanya digambarkan memiliki kepala besar dengan tubuh tanpa lekukan serta tanpa kaki. Pada bagian wajah, biasanya digambarkan dengan mata bulat dengan garis tunggal yang merepresentasikan alis, pipi, dan dagu.

Sebagian besar patung tampak berdiri sendiri, namun ada beberapa yang ditempatkan secara berkelompok.

Kalamba Membingungkan

Selain dikenal akan patung-patungnya, Lembah Bada juga dikenal akan Kalambanya, yakni tangki melingkar yang dipahat dari sebuah batu besar.

Kalamba dapat ditemukan di beberapa tempat di Lembah Bada dan memiliki bentuk serta ukuran bervariasi. Beberapa memiliki satu lubang di tengahnya, sementara lainnya memiliki dua lubang.

Salah satu Kalamba di Lembah Bada (Aesthetic Grounds)

Menurut kepercayaan lokal, Kalamba digunakan sebagai bak berendam untuk para petinggi atau raja. Sementara yang lainnya menduga bahwa benda tersebut dulunya digunakan sebagai peti mati atau tangki air.

Tutup terbuat dari batu sering ditemukan di dekat Kalamba, dan muncul dugaan bahwa benda tersebut digunakan untuk menutupi Kalamba sehingga tak mungkin digunakan sebagai bak berendam.

Dibalik berbagai macam spekulasi, hingga kini belum diketahui secara pasti detail tentang siapa, kapan, dan tujuan dibuatnya megalit tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini