Sukses

Kisah Janna Jihad, Wartawan Termuda di Zona Konflik Palestina

Janna Jihad memulai aksinya sebagai reporter cilik sejak dia berusia delapan tahun.

Liputan6.com, West Bank - Berbekal sebuah kamera video genggam, gadis kecil itu berlari-lari kecil menerobos kerumunan warga yang mencoba menyelamatkan diri, menjauh dari kekacauan.

Bertindak bak seorang reporter profesional, Janna Jihad, merekam dan melaporkan kekacauan yang sedang berlangsung di kampung halamannya, Tepi Barat, Palestina.

Dikutip dari News.com.au, Selasa (31/5/2016), dari salah satu rekaman diketahui, gadis 10 tahun itu terlihat tengah meliput langsung dari lokasi konflik -- memperlihatkan kondisi menyeramkan sengketa wilayah antara orang-orang Israel melawan warga Palestina di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Janna kemudian mengunggah hasil rekamannya itu ke dalam semua akun media sosialnya seperti, Facebook, Instagram, Twitter, Snapchat, dan Youtube.

Rekaman yang diambil oleh gadis yang berasal dari wilayah Nabi Saleh itu, menangkap pertempuran yang terjadi setiap hari antara penduduk lokal Palestina, yang mencoba memukul mundur pemukim Israel yang terus mencaplok wilayah mereka.

Awalnya, Janna merekam kejadian demi kejadian dengan menggunakan ponsel genggamannya. Dia memulai 'pekerjaannya' sebagai reporter sejak ia berusia delapan tahun.

Janna Jihad memulai aksinya sebagai reprter sejak dia berusia delapan tahun (Janna Jihad Facebook).

Gadis itu mengatakan, konflik telah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia berusia tiga tahun.

Saat umurnya bertambah dan dia mulai mengerti apa yang sedang menimpa kampung halamannya itu, Janna -- yang memiliki nama asli Janna Tamimi -- menyadari tidak seorang pun mendokumentasikan konflik tersebut.

"Ketika kami melakukan protes, aku menyadari tidak banyak reporter yang meliput. Jadi aku berinisiatif untuk merekamnya dan menyampaikan pesan kami kepada orang banyak," kata Janna kepada Reuters pada tahun 2014.

Dia juga mengatakan, demonstrasi itu dilakukan untuk menyampaikan pada dunia, agar mendukung warga Palestina dalam usaha mewujudkan kemerdekaan dan mendapatkan hak mereka.

Janna Jihad memulai aksinya sebagai reprter sejak dia berusia delapan tahun (Janna Jihad Facebook).

"Aku hidup dan tumbuh dalam lingkungan ini, jadi aku harus merekam dan melaporkan setiap kejadian, seperti layaknya seorang reporter berita dan menyebarkannya kepada dunia," kata reporter bocah itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wartawan termuda di Palestina

Janna mengatakan, ketika besar nanti dia ingin bekerja sebagai reporter 'sungguhan'.

Konflik di Palestina masih terus berlanjut. Begitu juga dengan 'pekerjaan' si reporter kecil, Janna.

Janna Jihad memulai aksinya sebagai reprter sejak dia berusia delapan tahun (Janna Jihad Facebook).

Dia melihat hal tersebut sebagai pekerjaannya dan sesuatu yang memang ditakdirkan untuk dia lakukan.

Namun, tidak semua kalangan melihat aksi si reporter kecil sebagai hal yang positif.

Beberapa kalangan menyebut, Janna merupakan senjata propaganda yang digunakan oleh Palestina untuk mendorong agendanya.

Pihak Israel menuding, sang ayah Bassem al-Tamimi, adalah seorang pembuat masalah. Namun, Bassem menyebut, apa yang dilakukannya sebagai perlawanan.

Sementara itu, kakak perempuan Janna, Ahed, menjadi buah bibir berita internasional saat dia berusia 11 tahun, karena memukul seorang prajurit bersenjata Israel.

Janna dan kakaknya, Ahed, mendapatkan penghargaan dari Perdana Menteri Turki (Janna Jihad Facebook)

Ahed kemudian diterbangkan ke Turki untuk mendapatkan penghargaan atas keberaniannya oleh PM negara tersebut.

Sementara, saudara laki-laki Janna, Mohammed, tampil dalam artikel panjang New York Times pada 2015 setelah ia berseteru dengan tentara Israel. Rekaman kejadian itu menunjukkan, seluruh keluarga Tamimi terlibat. Ahed bahkan mengigit tangan tentara. 

Pada tahun 2012, Bassem, dihukum oleh pengadilan militer Israel, akibat bentrok dengan pihak negeri zionis.

"Aku menderita akibat pendudukan ini. Saudariku tewas, istriku terluka dan ditahan," kata Bassem. "Aku sudah ditahan lebih dari 10 kali, rumahku diancam akan diratakan dengan tanah, anak-anakku terluka, dan kerabatku tewas."  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.