Sukses

Patuhi 7 Aturan Ketat Ini Selama di Korut

Para jurnalis asing yang berkunjung ke Korut menjadi saksi betapa negara itu memiliki banyak aturan ketat.

Liputan6.com, Pyongyang - Kongres pertama Partai Pekerja Korea Utara (Korut) menyingkap satu per satu aturan di negeri pimpinan Kim Jong-un itu.

Sekitar 130 jurnalis asing yang meliput agenda tersebut pun diberi arahan terkait apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan serta kemana mereka boleh pergi dan sebaliknya.

Jika tak mematuhi aturan, akibatnya bisa berbahaya.

Seperti yang dialami wartawan Inggris dari BBC, Rupert Wingfield-Hayes. Ia  diusir dari Pyongyang atas tudingan kurang sopan saat melaporkan berita soal Korut.

Wartawan itu pun lantas ditahan di bandara dan diinvestigasi pejabat setempat selama 8 jam, sebelum akhirnya dibebaskan usai menandatangani pernyataan.

"Dia tidak akan pernah diizinkan kembali ke negara itu," kata pihak berwenang.

Selamat di Korut, para jurnalis pun diberi petunjuk tentang 'bagaimana' memberitakan apapun yang terkait dengan Amerika Serikat merujuk pada pernyataan pemimpin tertinggi.

Seperti dilansir Independent, Senin (9/5/2016) berikut 7 panduan yang harus diikuti selama berada di negeri yang menutup diri dari dunia luar tersebut :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dear Leader...

1. Sebutan untuk negara

Selama ini negeri pimpinan Kim Jong-un itu lazim disebut Korea Utara, maka sebenarnya sebutan yang dipakai di negara itu adalah Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).

Jangan pernah sekali-sekali memanggil Korut dengan sebutan 'The Hermit Kingdom'. Karena terminologi itu dinilai sangat menyakitkan.

2. Panggilan para pemimpin

Seperti yang diketahui semua orang, Korea Utara memang memiliki sebuah pemerintahan. Namun faktanya yang berkuasa di negeri itu hanya 3 orang di mana 2 di antaranya telah meninggal dunia.

Suasna Jalan raya di depan gedung pertemuan (Reuters/BBC).

Pertama adalah Kim Il-sung. Pendiri Korut yang meninggal dunia pada 1994 ini memiliki dengan panggilan 'Presiden Abadi', atau 'Jenderal Besar'.

Kedua adalah Kim Jong-il. Ayah dari Kim Jong-un ini dipanggil dengan sebutan 'Ketua' atau 'Dear Leader'.

Sementara itu, yang ketiga adalah Kim Jong-un. Pemuda itu mengambil alih kekuasaan sejak ayahnya meninggal dunia pada tahun 2011 lalu. Ia dijuluki sebagai 'Pemimpin Tertinggi' atau 'Dear Respected'.

Seorang jurnalis yang alpa menyematkan panggilan tersebut sempat mendapat teguran petugas.

"Tolong, ingat the 'leader'. Selalu ingat the 'leader.'" ujar sang petugas.

3. Pin 'keramat'

Masyarakat Korut selalu mengenakan pin di dada sebelah kiri mereka. Pin tersebut bergambar wajah Kim Il-sung atau Kim Jong-il atau bahkan wajah keduanya.

Kim Jong-un Eksekusi Jenderal Angkatan Darat Atas Tuduhan Korupsi. Kim dan Jenderal Yong-gil (AFP)

Pin ini tidak bisa dibeli oleh orang asing. Pin yang paling umum dipakai adalah pin bergambar bendera merah dengan wajah Kim Il-sung dan Kim Jong-il.

Namun aturan di Korut adalah dilarang keras menyebut benda kecil tersebut sebagai pin, melainkan lencana. Penggunaan pin disebut melarikan substansi benda itu sendiri.

3 dari 3 halaman

Salam Tempel

4. 'Amerika musuh besar'

Sekali saja menyebut Amerika Serikat maka jurnalis akan diceramahi panjang. Tidak ada istilah 'hubungan dengan AS', melainkan yang tepat adalah 'kebijakan AS yang bermusuhan'.

Setiap kesulitan yang didapat oleh Korut dianggap merupakan kesalahan AS dan sekutunya, Korea Selatan.

5. Mata-mata

Petugas yang mendampingi jurnalis disebut 'pengingat' (minder). Namun, banyak pihak menduga, mereka adalah mata-mata.

Mereka bertugas mengingatkan pengunjung atas berbagai aturan. Saat ditanya, para pengawal itu kerap memberikan jawaban seragam, "Itu merupakan pertanyaan yang sulit."

Tentara Korea Selatan melakukan penjagaan di pos pemeriksaan Grand Unification Bridge, Korsel, Jumat (21/8/2015). Pemimpin Korut, Kim Jong-u, telah memperingatkan militernya untuk siap perang dengan Korsel. (Reuters/Kom Hong-Ji)

Berada di negeri yang tertutup dari dunia luar dengan berbagai aturan yang cukup ketat tentu menimbulkan banyak pertanyaan di benak jurnalis yang meliput kongres pertama Partai Pekerja Korea Utara.

Sejumlah jurnalis pun mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan menggelitik seperti, "Kenapa saya tidak diizinkan keluar dari hotel seorang diri?" lalu petugas akan menjawab, "Ketidaksukaan terhadap AS begitu tinggi dan saya mungkin tidak bisa melindungi Anda."

Lalu ketika pertanyaan lain muncul terkait dengan sistem kurs mata uang Korut, sang petugas hanya menjawab singkat, "Saya akan kembali besok."

Pertanyaan yang mengandung unsur kritik kepada para pemimpin tidak akan digubris.

6. Rokok dan Pakaian

Meski sering menyebut diri mereka sebagai negara mandiri dan negara yang mampu menghasilkan barang-barang berkualitas, ternyata sejumlah petugas Korut memiliki selera yang cukup mengejutkan.

Para jurnalis disarankan untuk membawa rokok sebagai hadiah bagi petugas. Namun sejumlah jurnalis melakukan 'kesalahan' dengan membawakan petugas rokok buatan China.

"Ini adalah rokok China!" ujar petugas tersebut sambil menampik pemberian para wartawan itu. "Saya hanya terima  rokok Marlboro buatan AS atau Meksiko," kata sang petugas sambil mengeluarkan rokok Sobranie, lintingan tembakau mewah asal London.

Pada pagi hari, seorang petugas muncul mengenakan setelah yang rapi. Ketika ditanya, setelannya buatan mana, sang petugas langsung membuka bagian kanan jaket untuk menunjukkan tulisan Made in China dengan 'Polo' --buatan AS-- sebagai mereknya.

7. Bukan Sekadar Pemandu

"Pekerjaan seorang petugas adalah untuk menyembunyikan hal-hal yang memalukan dari masyarakat Korut dari mata dunia luar," ujar Ahn Chan II, seorang pembelot Korut.

Kim Jong-un tersenyum usai menyaksikan latihan militer prajuritnya, Korea Utara, Jumat (25/3). (Reuters/KCNA)

Menurutnya, ada begitu banyak hal tentang Korut yang ingin disembunyikan. Itulah sebabnya petugas ini bersikap seolah-olah sebagai 'pemandu' dan memastikan bahwa orang-orang asing hanya memotret apa yang diinginkan oleh Korut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini