Sukses

Ikut Program Pengobatan 'Mukjizat', Balita Autisme Meninggal

Penangangan autisme di tempat itu melibatkan latihan fisik yang keras, termasuk memaksa anak-anak untuk berjalan 10 hingga 20 km tiap hari.

Liputan6.com, Guangzhou - Kondisi autisme masih belum terungkap sepenuhnya, sehingga banyak pihak yang melakukan ‘penyembuhan’ secara coba-coba.

Gawatnya, cara ‘penyembuhan’ yang sembarangan dapat menghilangkan nyawa.

Baru-baru ini, seorang bocah lelaki berusia 3 tahun dengan autisme meninggal dunia setelah menjalani cara ‘perawatan’ di sebuah fasilitas swasta di Guangzhou, Tiongkok.

Dikutip dari Shanghaiist.com pada Jumat (6/5/2016), Zhang Wei, ibu sang anak menerima kabar melalui telepon bahwa anaknya meninggal di sebuah rumah sakit Guangzhou pada 26 April 2016 lalu. 

Ia bergegas menuju ke Guangzhou pada hari berikutnya dan mendapati jasad sang balita di ruang jenazah. Dalam laporan cukup panjang yang diunggahnya ke media sosial WeChat, Zhang mengaku ia hampir tidak mengenali anaknya yang tampak lebih gelap dan lebih kurus dengan goresan-goresan di sekujur tubuhnya.

Belakangan, terkuaklah apa telah terjadi pada anaknya yang bernama Jiajia. Sejumlah laporan setempat mengatakan bahwa pada hari meninggalnya, Jiajia telah berjalan 10 km dengan mengenakan pakaian tebal setelah sarapan.

Dan, setelah makan dan tidur siang, ia berjalan kaki, menempuh jarak 9 km pada siang hari.

Ternyata, pelatihan bergaya militer ini menjadi cara utama perawatan di Tiandao Zhengqi, suatu fasilitas swasta yang dioperasikan olehj Xia Dejun. Mereka berpendapat bahwa autisme berkaitan langsung dengan anak-anak yang manja dan malas.

Untuk membantu anak-anak “pulih” dari autisme, penanganan di tempat itu melibatkan latihan fisik yang keras, termasuk memaksa anak-anak untuk berjalan 10 hingga 20 km setiap hari.

Penangangan autisme di tempat itu melibatkan latihan fisik yang keras, termasuk memaksa anak-anak untuk berjalan 10 hingga 20 km tiap hari. (Sumber Shanghaiist.com)

Ada beberapa gambar yang merebak di dunia maya dan memperlihatkan seorang pegawai tempat itu memimpin anak-anak berpakaian tebal melakukan kegiatan jalan jauh.

Tubuh anak-anak dan pengasuh terhubung dengan semacam sabuk atau tali.

Xia menjelaskan bahwa latihan seperti ini menenangkan anak-anak di antara sesi-sesi terapi. Di fasilitas itu, makanan pun dijaga ketat. Makanan yang diproses dilarang, hanya boleh sayur-sayuran mentah, buah, dan sedikit nasi.

Keluarga Jiajia berasal dari Dandong, di provinsi Liaoning yang terletak di timur laut. Balita itu hanya bisa bicara sedikit saja dan ia kerap menjadi frustrasi ketika mencoba berkomunikasi sehingga membenturkan kepalanya atau menggigit lidahnya.

Setelah anak itu mendapat diagnosa autisme di suatu rumah sakit Beijing, Zhang mulai mencari-cari kemungkinan penyembuhan.

Ia kemudian mendengar tentang Xia dan membaca salah satu bukunya yang mengaku bahwa sejumlah anak pulih sepenuhnya dari autisme setelah menjalani perawatan.

Karena mengharapkan mukjizat yang sama untuk anaknya, ia memesan program perawatan 3 bulan senilai 31.200 RMB (Rp 64 juta) di fasilitas Xia di Guangzhou sejak Maret lalu.

Xia mengabari kemajuan perawatan melalui group WeChat, tapi melarang para orangtua untuk langsung menghubungi anak-anak mereka.

Pada saat Jiajia meninggal, Xia mengirim pesan agar para orangtua datang menjemput anak-anak mereka. Zhang bertekad menggugat tempat itu dan pemerintah setempat pun telah memulai penyidikan. Menurut Global Times, lembaga itu tidak terdaftar di Biro Urusan Sipil Guangzhou. Lembaga rehabilitasi swasta tidak diwajibkan tunduk pada peraturan industrial.

Bukan Satu-satunya

Sayangnya, fasilitas-fasilitas yang menawarkan penyembuhan mukjizat bukanlah hal baru di Tiongkok. Di beberapa kota bermunculan pusat penanggulangan ketagihan permainan video pada remaja dengan pelatihan yang keras.

Lalu ada juga “penyembuhan” perilaku homoseks dengan cara “terapi konversi kaum gay”, misalnya dengan terapi kejutan-kejutan listrik yang berbahaya. Sebagian lagi mencoba “mengusir” homoseksualitas dari para pasiennya.

Praktisi pengobatan tradisional Tiongkok menawarkan obat manjur segala penyakit untuk mereka yang gemetaran. Pada Januari lalu, seorang warga desa mencoba menggunakan kobra yang mematikan untuk menyembuhkan penyakit langka pada putrinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini