Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengalaman Bangkit 3 Pecandu Seks

Bagi orang yang kecanduan seks, langkah-langkah terapi merupakan tantangan yang berat. Lalu apa alasan mereka setuju melakukannya?

Liputan6.com, Melbourne - Ketika kita mendengar kisah tentang seseorang yang ketagihan seks yang sedang dalam pemulihan, apa yang terlintas dalam pikiran kita?

Terbayang para pria berjaket sedang melakukan seks dengan gadis-gadis muda seperti dalam tayangan Girls Gone Wild? Atau segerombolan penari telanjang yang lebih mencintai pekerjaannya daripada menjaga kesehatan? Atau terbayang seorang selebriti yang dipergoki dalam skandal selingkuh dan kemudian bersumpah untuk “mencari bantuan”?

Dikutip dari News.com.au pada Selasa (3/5/2016), seperti diakui pecandu seks dan cinta bernama Zoe (nama samaran), “pertemuan-pertemuan pemulihan merupakan salah satu lingkungan yang sangat kurang seksual, walau memang tidak sampai seperti berada dalam gereja. Semua orang di sana karena akibat-akibat dan kecanduan mereka, dan mereka ada di sana untuk suatu solusi.” 

“Sebagaimana halnya dalam setiap pemulihan, ada saja orang yang berulah,” kata Libby (nama samaran), seorang mantan model.

“Ketika pertama kalinya memulai penanganan, aku masih sakit sekali sehingga menikmati hadir dalam pertemuan-pertemuan yang memungkinkan aku mencari perhatian dari para pria. Aku mengenakan push-up bra, hak tinggi…aku bahkan membawa penggetar (vibrator) dalam tas. Ketika itu aku tidak punya batasan tentang apa yang sepantasnya. Sebagian besar pemulihanku dikarenakan mendengarkan kaum pria dan mengertinya dari sisi sebaliknya.”

“Ketika kita melihat penyesalan seseorang dan ketulusan untuk berubah, kita melihat mereka sebagai manusia, bukan sebagai alat untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik.”

Tom (nama samaran) memulai perawatan 2 tahun lalu ketika pernikahannya runtuh dan ia terseret menggunakan narkoba dan PSK. Ia berpendapat bahwa “kecanduan” ini sudah mulai sejak jauh sebelumnya.

“Aku mengingat semasa kanak-kanak, ketika orangtuaku menarik diri secara emosional, sehingga setiap kali aku mengalami kecemasan dan ketakutan, aku melawannya melalui beberapa jenis kebandelan,” katanya. “Akhirnya aku menemukan seks dan masturbasi menjadi cara pelampiasan utama.”

“Di sekolah, aku menyembunyikan beberapa majalah dan terobsesi untuk bisa melihatnya. Peningkatan adrenalin sewaktu membeli dan menyembunyikan pornografi menjadi aspek kuat kecanduan tersebut karena ada kemungkinan ketahuan dan dipermalukan.”

Ketika dewasa, Tom lanjut menggunakan seks dan percabulan sebagai cara mengusir kecemasan dan depresi.

“Walaupun aku memiliki kehidupan seks aktif dengan istriku, aku menggunakan pelacur-pelacur dan obat disfungsi ereksi sebagai sejenis ‘pengalaman puncak’. Aku tidur dengan orang yang membuatku tertarik, tidak peduli apapun.”

“Ketika aku sudah memasuki keadaan antisipasi tentang ganjarannya, terhentilah bagian pemikiran dalam diriku yang memikirkan tentang akibat. Urutannya sama dengan dengan urutan pada pecandu narkoba atau seperti seorang alkoholik yang punya dua sajian bir dan minum terus hingga 3 hari. Ketika orang memperkenalkan zat atau pemicu kenikmatan, hal itu mematikan kendali kita.”

Bagi orang yang kecanduan seks, langkah-langkah terapi merupakan tantangan yang berat. Lalu apa alasan mereka setuju melakukan terapi? (Sumber Huffington Post)

Ketagihan Cinta?

Ketagihan seks dan cinta mengambil rupa dalam beragam pola perilaku kompulsif. Pada beberapa orang, mungkin melalui seks dan pornografi. Pada orang lain mungkin sebagai anoreksia emosional atau ketergantungan kepada hubungan saling bergantung, dan juga obsesi ataupaun khayalan romantis.

“Beda dibandingkan dengan naksir-naksiran ataupun berada dalam hubungan yang didasari cinta,” kata Zoe, seorang konsultan manajemen berusia 30-an. “Obsesi bersama seseorang itulah yang bersifat menghancurkan seluruh sisi hidup saya. Hal itu mempengaruhi persahabatan, kesehatan, dan pekerjaan saya.”

Libby menghadiri perawatan karena ia menyadari dirinya terobsesi pada hubungan-hubungan yang rapuh dasarnya dalam kenyataan. “Aku mendapatkan secercah perhatian dari seseorang dan kemudian memupuk kecanduan itu dengan mendengarkan musik romantis sambil memproyeksikan suatu hubungan yang keseluruhannya hanya khayalan,” katanya.

“Aku mengukur nilai diriku pada caranya orang tak dikenal melihatku. Jika mereka menyukaiku, aku merasa enak. Jika tidak, aku kelabakan. Tapi perhatian yang positif tidak membantu karena aku menginginkan lebih lagi.”

Berada Dalam Dasar Jurang

Bagi Zoe, Tom, dan Libby, mereka baru minta tolong setelah kepedihan perilaku mereka telah cukup kuat terasa.

Bagi Zoe, kepedihan itu adalah ketika ia terlibat dalam perilaku yang semakin berisiko. “Setelah menempatkan diri dalam situasi-situasi yang semakin berbahaya, pernah diperkosa, melakukan seks tanpa pelindung hingga hamil, melakukan seks tanpa pelindung dengan orang yang setahuku memilik penyakit menular seksual. Dan bukan hanya perilaku berisiko saja, dalam suatu hubungan aku pernah membelanjakan hingga 20 ribu dolar Australia (Rp 200 juta) hanya karena pasanganku menginginkannya.”

Dalam kasus Tom, menikah memungkinkannya menutupi perilakunya yang sebenarnya.

“Aku tidak menyadari bahwa pernikahan telah menopangku selama 15 tahun dan menjagaku tetap fungsional. Aku meninggalkan pernikahanku hingga terhempas. Itulah saatnya aku benar-benar terjerumus dalam neraka,” katanya.

Bagi Libby, ia minta tolong ketika menyadari bahwa obsesi romantisnya telah menghancurkan martabatnya.

“Semakin seseorang menolak aku, semakin aku menggebu-gebu. Tapi tidur dengan mereka malah mengoyak rasa percaya diriku. Setiap kali aku keluar dari setiap hubungan, aku berada dalam keadaan lebih porak poranda dan pahit. Sungguh menjadi penyadaran buatku, bahwa dalam hubungan yang sehat, kita tidak perlu mengejar-ngejar orang supaya menyukai kita.”

Benar-benar Ketagihan atau Sekedar Dalih?

“Ya, dua-duanya. Tergantung kepada situasi,” kata Adam Szmerling, seorang psikoterapis psikoanalitik yang khusus tertarik menangani pecandu seks.

“Saya pernah melihat kejadian di mana orang menyebutnya “ketagihan” untuk berdalih pada pasangan terkait penyelewengan dan menyamarkan dalamnya kepedihan mereka. Tapi saya juga pernah melihat situasi yang sangat nyata, dan orangnya merasa tergerak melakukan sesuatu yang mereka sadari dapat membuatnya merasa lebih buruk.”

“Tentu saja, pada beberapa orang, memang ada tanda-tanda ketagihan. Orang itu menarik diri, atau mereka menjadi liar dan kemudian mencoba mengendalikannya dengan masa berpantang. Namun demikian, penggunaan kekuatan niat ataupun peredaman malah membuatnya semakin kuat.”

Salah satu bentuk paling lazim penanganan kecaduan seks didasarkan kepada prinsip-prinsip 12 langkah yang dikenal dalam Alcoholics Anonymous. Dengan demikian, Sex and Love Addicts Anonymous (SLAA) menangani orang yang menggunakan seks dan hubungan dalam cara kompulsif, serupa dengan seorang alkoholik memperlakukan miras.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jalan Menuju Pemulihan

Jalan Pemulihan

Dalam pemulihan, setiap orang mengembangkan seperangkat perilaku pemicu “paling pokok” yang mereka tidak akan lakukan.

“Serupa seperti seorang alkoholik memutuskan untuk tidak nongkrong-nongkrong di pub,” kata Zoe. “Kita mengenali pola-pola untuk mengerti kecanduannya seperti apa. Hal pokok buatku adalah ‘tidak ada cinta semalam’ karena pada cinta malam yang terakhir, aku malah jadi menikahinya. Dan aku hampir saja melakukannya yang kedua kali.”

“Aku juga tidak akan berkencan dengan orang yang tidak tersedia untuk suatu hubungan, misalnya seseorang yang sudah menikah atau berada di negara bagian lain.”

Bagi Libby, hal ini berarti tidak lagi membesar-besarkan khayalan. “Salah satu perilaku yang perlu kuhentikan adalah terus-menerus memeriksa siapa yang sedang memperhatikanku. Aku juga harus berhenti memainkan musik sambil memikirkan mereka. Ketika mulai obsesi, aku harus menghubungi orang-orang lain dalam pemulihan dan berbicara tentang apa yang sedang ada dalam pikiran.

Keluar dari pengucilan

Salah satu bagian dari penanganan ketagihan adalah hadir dalam pertemuan-pertemuan dan membagikan pengalaman dengan mereka yang sebelumnya sudah pernah berada dalam keadaan yang sama.

“Ketika pertama kalinya mulai menghadiri pertemuan, orang-orang di sana terdengar seperti sangat sakit,” kata Tom. “Tapi sekarang aku tahu, aku mengerti bahwa orang benar-benar rentan.”

“Perlu beberapa saat hingga aku akhirnya berbagi. Karena tindakanku melibatkan pornografi, aku merasa sangat malu, dan malu justru memperkuat kecanduan itu. Pemulihan telah menyebabkan pergeseran nyata tentang rasa malu yang kutanggung, dan itu berarti aku bisa menyembuhkan kerentanan yang mendasarinya.”

“Penting untuk memiliki dukungan sejawat dari sesama pecandu,” kata Zoe. “Rekan-rekan membantu memperkirakan isu yang muncul dan menciptakan strategi tentang perilaku yang kita inginkan.”

Sebetulnya ada pertemuan yang khusus untuk kaum wanita, tapi Zoe mengatakan bahwa mendengarkan pandangan kaum pria merupakan hal yang tak ternilai.

“Salah satu aspek penyembuhan dalam pertemuan-pertemuan itu adalah melihat kaum pria juga sebagai manusia, bukan sebagai obyek pemuasan semata.”

Apakah Perawatan itu Sepadan?

“Pemulihan membuat seseorang melihat isu yang lebih dalam yang ternyata tidak nyaman,” kata Zoe. “Tapi hasilnya melebihi apapun yang aku bisa bayangkan. Bisa dimisalkan seperti memanggil ahli bangunan untuk membetulkan pintu, tapi ketika kita pulang ke rumah, ia telah melakukan renovasi keseluruhan rumah dengan indahnya. Kesehatan mentalku, rasa percaya diri, karier, kesehatan, keluarga…semuanya jauh meningkat.”

“Kecanduan apapun merenggut kehidupan,” kata Tom. “Semua perilakuku berkutat pada menjauhi keintiman. Pemulihan berarti aku dipersiapkan untuk mengambil risiko, baik dengan memaparkan diriku maupun dengan melihat kerentanan emosional orang lain. Tapi itulah yang paling menyembuhkan, yaitu untuk menyadari bahwa boleh-boleh saja berperasaan demikian dan menjadi manusia itu memang repot.”

“Dalam pandanganku, aku bisa memiliki hubungan aktif dengan pekerja-pekerja seks dan pornografi atau aku bisa memiliki lainnya. Dalam pemulihan, hal-hal terbaik dalam kehidupan bermunculan.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.