Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan Pemakai Alat 'Virtual Reality' Untuk Seks

Seorang penulis menceritakan pengalamannya menggunakan perlengkapan virtual reality (VR) pornografi. Seperti apa, ya?

Liputan6.com, New York - Bayangkan kisah ini. Kita sedang terbaring tanpa busana di ruang periksa dokter, lalu ada seorang juru rawat berdiri di atas kita sedang mencoba memasukkan sumbat liang dubur. Mulanya agak sulit tapi kemudian berhasil juga. Lalu sang perawat cantik itu pun melekatkan diri.

Dikutip dari New York Magazine pada Kamis (28/4/2016), penulis Brian Moylan tidak sedang berada di ruang periksa dokter. Tidak ada juru rawat seksi yang berdiri di hadapannya. Pria yang berbaring di meja periksa memiliki perut yang rata dan berbulu dengan batang kelamin yang besar, tidak seperti yang dimiliki sang penulis.

Ia sebenarnya sedang duduk di sofa sambil memegang sebuah kotak kardus yang berisikan gawainya. Ia sedang menonton pornografi Virtual Realty sehingga akhirnya malah kebingungan.

Penulis itu kemudian mengaku bahwa ia adalah seorang pria homoseksual, sehingga merasa janggal ketika melakukan seks dengan seorang wanita juru rawat. Lebih janggal lagi karena ia sebenarnya sedang duduk di sofa.

Ketika virtual reality (VR) merebak di masyarakat, dapat diduga bahwa VR cabul akan segera menyusul. Perangkat Oculus Rift telah tersedia dan perusahaan-perusahaan teknologi dan permainan video melakukan investasi gila-gilaan untuk VR. Sebentar lagi, VR akan menjadi lazim.

Menurutnya, jika ingin mengetahui VR yang sebenarnya, orang perlu menonton pornografi. Hingga kini, teknologi VHS, DVD, dan streaming membuktikan bahwa industri hiburan dewasa selalu lebih maju menggunakan teknologi baru dibandingkan dengan bidang lainnya.

Langkah-langkah Memasang VR

Langkah pertama adalah memiliki perlengkapan yang diperlukan. Oculus sekarang ini dihargai $599 (Rp 7,9 juta) dan mungkin menjadi pilihan para penggemar VR cabul yang memiliki cukup uang. Tapi ada juga Google Cardboard seharga $17 (Rp 224 ribu). Cara pemakaiannya adalah dengan menyelipkan gawai kita ke dalam kotak kardus tersebut.

Nah, setelah terpasang, mulailah tayangannya. Sudah ada beberapa studio hiburan dewasa yang menyediakan film VR khusus dewasa. Naughty America menyediakan 50 judul untuk para pria yang ‘lurus’. Di situs perusahaan, ada pilihan untuk membaca ringkasan cerita.

Ternyata menonton VR cabul tidaklah semudah tontonan biasa karena melibatkan proses yang lebih banyak, misalnya mengunduh, mencari aplikasinya, sinkronisasi gawai, dan memilih mode tayangan yang tergantung pada  masing-masing gawai dan cara tayangan filmya. Bisa-bisa habis 20 menit hanya untuk persiapan.

Walau terdengar merepotkan, pengalaman dengan VR cabul ternyata cukup menyenangkan. Mari mulai dari hal yang tidak terlalu ‘menyerempet’ kepada seks. Antarmuka (interface) bagi pengguna ternyata bekerja dengan mulus dan tanpa hambatan. Tayangannya sendiri dirancang supaya menjadi pengalaman yang membebaskan tangan kita supaya…begitulah.

Gagasan di belakang rekaman tayangan point-of-view (POV) adalah agar pemirsa dapat dengan mudah membayangkan dirinya ada dalam ‘kejadian’ yang sedang tayang. Tapi, hasilnya tidak selalu begitu.

Ketika menyaksikan video porno dengan cara tradisional, ada jarak antara pemirsa dengan layar tayangan. Pemirsa tidak bisa merasa ada dalam tayangan karena sadar sedang menonton.

Pengalaman itu bertolak belakang dengan VR cabul. Dengan earphone terpasang dan tayangan di hadapan mata, pemirsa seakan tersedot ke dalam pengalamannya. Ketika melihat ke atas, pemirsa melihat langit-langit ruangan. Ketika melihat ke kiri, ada juru rawat cantik di sana. Bahkan kamera rekamannya pun mempelajari apa yang paling senang dilihat oleh pemirsa.

Tidak ada jurukamera yang memaksakan pengalaman POV bagi pemirsa, melainkan kendali oleh pengguna itu sendiri. 

Cara Lain Menikmati VR Cabul

Tentu saja, rekaman tayangan POV mesum seperti dipaparkan di atas bukanlah satu-satunya cara mendapatkan pengalaman VR. Perusahaan camming—situs yang memungkinkan pengguna untuk tayang menggunakan webcam guna mencari uang—juga berlomba-lomba menggunakan teknologi baru ini.

Tiap 2 bulan, perusahaan CamSoda menawarkan sesi 3D dengan cakupan pandangan hingga 360 derajat. Dalam suatu contoh tayangan, ada satu ruang yang berisi 8 wanita. Satu orang sedang melakukan Hula-Hoop tanpa busana atasan, yang lainnya mengerumuni kamera, seorang lagi sedang melenguh-lenguh sambil memainkan sebuah alat dildo.

Namun, camming adalah pornografi yang paling membosankan, terutama karena wanita yang sedang tayang itu disaksikan beramai-ramai secara daring. Permintaan para penonton pun aneh-aneh dan mungkin bukan seperti kita ingin saksikan.

Walaupun begitu, Daron Lundeen, presiden CamSoda, menjelaskan bahwa wanita-wanita kamera yang paling sukses adalah mereka yang memberikan lebih dari sekedar seks. Para wanita itu memberikan rasa keintiman dan keterhubungan. “Saya bisa meraih lebih banyak dengan keterhubungan manusia daripada sekedar video definisi tinggi,” kata Lundeen.

Bagi Lundeen, masa depan VR sesungguhnya bukanlah khayalan liar pornografi tradisional, tapi “pengalaman pacaran” yang intim seperti layaknya wanita pendamping (escort).

Begitulah jaman on-demand sekarang ini. Tinggal menekan tombol, kita dihantar kepada suatu pesta bersama dengan bintang-bintang terpanas tayangan dewasa. Atau mau di atas, di bawah, atau sekaligus di atas dan bawah? Bisa. Lagi-lagi tinggal menekan tombol.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini