Sukses

Serangan Israel ke Masjid Al-Aqsa Dikecam

Insiden di kompleks Masjidil Aqsa hari Minggu lalu, yang mencederai puluhan warga Palestina, mendapat kecaman keras dari berbagai belahan dunia.

Liputan6.com, Jerussalem: Insiden di kompleks Masjidil Aqsa, Ahad (25/10), yang mencederai puluhan warga Palestina mendapat kecaman keras dari berbagai belahan dunia. Masjid Al-Aqsa adalah masjid bersejarah bagi Umat Islam karena menjadi tempat Isra Mi'raj Nabi Muhammad S.A.W.

Minggu sore, bentrokan pecah di Yerusalem Timur. Kala itu ratusan pemuda Palestina berunjuk rasa, menyusul kabar Masjidil Aqsa akan diserbu kelompok Yahudi garis keras. Ratusan polisi Israel menghadang dengan melontarkan granat kejut dan semprotan air. Pemuda Palestina membalas dengan lemparan batu dan siraman minyak. Bentrokan meluas ke luar Masjid Al-Aqsa. Sebanyak 33 orang cedera dan 18 warga Palestina ditangkap, termasuk seorang penasihat Presiden Palestina. 

Protes bermunculan. Bukan cuma berbentuk unjuk rasa. Organisasi Negara Konferensi Islam, OKI, akan menggelar rapat luar biasa membahas insiden ini, 1 November mendatang di Arab Saudi. Di Jakarta, DPP Golkar juga menyuarakan kecaman.

Sekadar mengingatkan, Yerusalem Timur dicaplok Israel tahun 1967 dari Yordania dan dijadikan sebagai ibukota di luar Tel Aviv. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Yerusalem sebagai kota internasional, karena sebagian besar penduduknya beragama Islam. Sejak itu, ketegangan selalu muncul dengan warga muslim yang ingin beribadah di masjid suci umat Islam itu.

Tentara Israel hanya membolehkan warga Palestina di bawah usia 15 tahun atau di atas lima puluh tahun memasuki Masjid Al-Aqsa. Ketegangan meruncing setelah Dewan Arkeologi Israel melanjutkan penggalian di sekitar Masjid Al-Aqsa. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berkali-kali menegaskan tak akan berbagi kota Yerusalem dengan Palestina. Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang mestinya jadi penengah, juga pernah menegaskan hal yang sama: Yerusalem tetap milik Israel. Inilah yang membuat sejumlah kalangan pesimistis perdamaian segera terwujud di kawasan itu.(ISW/YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.