Sukses

Kisah Toko Roti yang Beri Kesempatan Kedua bagi Eks Napi Wanita

Industri pangan memberikan kesempatan jembatan menuju dunia kerja, antara lain karena ketersediaan pekerjaan layanan pangan.

Liputan6.com, New York - Bonnie Rice dibebaskan dari penjara tahun lalu. Setelah menjalani masa hukuman selama 5 tahun karena masalah narkoba, ia tidak mau kembali kepada orang-orang yang dulu menjerumuskan hidupnya.

“Saya tidak tahu harus ke mana. Mengerikan,” katanya dengan suara bergetar.

Ia berhasil mendapatkan tempat tinggal di sebuah rumah setengah jadi. Namun, meskipun ia mengirim begitu banyak surat lamaran setelah bebas, tak satu pun yang mengontaknya.  

“Orang memandang rendah dirimu,” katanya.

Dikutip dari laman NPR pada Kamis (21/4/2016), ia akhirnya menemukan usaha roti Together We Bake di Kota Alexandria, negara bagian Virginia. Bisnis itu membuat granola, kue-kue, dan emping sayur kale untuk toko kecil dan pasar swalayan di sekitarnya.

Bisnis itu juga mengadakan program pelatihan dan pendampingan bagi kaum wanita yang membutuhkan kesempatan kedua.

Kebanyakan dari mereka pernah mendekam di penjara atau sedang dalam masa percobaan setelah didakwa suatu tindakan pidana.

Nikki Yates, seorang peserta program, dan Hana Teklu, salah satu lulusan program dan sekarang menjadi asisten program, bersama mengaduk granola. (Sumber Morgan McCloy/NPR)

“Para wanita ini menghadapi berbagai rintangan,” kata salah satu pendiri organisasi itu, Stephanie Wright, kepada NPR ketika bercakap-cakap di dapur kecil suatu gereja di Kota Alexandria.

Di dapur yang rapi dan bersih ada enam wanita sedang mengerjakan adonan kue. Di dalam ruang masak yang tenang itu seakan menjadi tempat perteduhan yang telah lama dicari oleh para wanita tersebut

Rice sudah mengikuti program selama delapan minggu. Ia sedang berusaha meraih sertifikat Serv Safe yang akan mempermudahnya mencari pekerjaan dalam bidang kuliner setelah program singkat ini berakhir nanti.

Together We Bake juga memberikan pelatihan ketahanan dan kelas pemberdayaan untuk membantu para peserta menghadapi tantangan. Sesi-sesinya dibawakan oleh Wright yang memiliki latar belakang dalam kerja sosial. Kadang-kadang mereka dibimbing oleh wanita yang sudah lulus dari program tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Bersama

Wright mengatakan pelatihan yang emosional adalah kuncinya. “Kaum wanita ini seringkali memerlukan bantuan dengan keterampilan halus (soft skills),” kata Wright kepada NPR. Bisa dibilang mereka harus membuang beberapa kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku yang dapat membawa mereka maju.

Karena semua dukungan itu, Rice mengaku bahwa untuk pertama kalinya dalam hidup ia merasa rasa percaya diri makin bertambah.

“Seperti sebuah tim, seperti saudara perempuan,” kata Rice.

“Para wanita di Together We Bake ini menunjukkan saya apa itu kasih dan hormat, dan kita adalah 'seseorang'.”

Wright mendirikan komunitas ini 2012 bersama dengan temannya, Tricia Sabatini, yang pernah menjalankan bisnis roti yang sukses. “Kami menyadari bahwa tidak banyak layanan bagi kaum wanita yang membutuhkan,” kata Wright. Jadi mereka memadukan keahlian dan muncul dengan gagasan untuk menggunakan pembuatan roti sebagai cara pemberdayaan.

Jenyka Gassnola, seorang pemagang, and Hanna Teklu, seorang lulusan program yang sekarang menjadi asisten program, sedang menghaluskan granola sebelum masuk dalam panggangan. (Sumber Morgan McCloy/NPR)

Sejauh ini, Wright mengatakan programnya menjanjikan. Sebanyak 89% kaum wanita peserta program berhasil lulus ujian Serv Safe. Angka residivis di kalangan wanita yang ikut program itu hanya 8 persen.

Ada keterkaitan yang ruwet antara pekerjaan dan residivis, kata Sam Schaeffer, CEO pada Center for Employment Opportunities, suatu badan nirlaba yang menyediakan layanan pekerjaan bagi pria dan wanita yang pernah didakwa pidana.

Schaeffer mengatakan bahwa model yang diterapkan di Together We Bake sepertinya memiliki “ciri-ciri penting suatu program pelatihan kerja yang bisa berhasil.” 

Industri pangan memberikan kesempatan jembatan menuju dunia kerja, antara lain karena ada banyak pekerjaan layanan pangan dan juga karena keterampilannya dapat dipelajari lumayan cepat. “Karier kuliner berada di peringkat atas dalam daftar permintaan pekerjaan bagi banyak orang yang mencari kerja setelah hukuman penjara," kata Schaeffer.

Daya tariknya besar karena orang “bekerja dengan tangannya dan karena bekerja dalam tim di tempat yang dapat membangun kesetiakawanan,” ucapnya.

Colida Johnson, lulusan program yang sekarang menjadi asisten program, memasukan granola dalam oven. (Sumber Morgan McCloy/NPR)

Schaeffer mengatakan ia melihat peningkatan jumlah pemberi kerja yang membuka diri mengambil orang-orang dengan latar belakang pidana. Di satu sisi, hal ini mencerminkan pengetatan pasar tenaga kerja karena semakin sedikitnya pekerja yang tersedia. Di lain pihak, sekitar 20 juta warga Amerika memiliki dakwaan kejahatan dan sekitar 65 juta orang memiliki catatan pidana. Kebanyakan di antara mereka sedang mencari kerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.