Sukses

5 Mahasiswa RI Ditampung di KBRI Tokyo Usai Gempa Jepang

Sejumlah mahasiswa memutuskan untuk pulang sementara ke Indonesia usai gempa mengguncang beberapa area di Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Lima Warga Negara Indonesia (WNI) korban gempa Jepang di Kumamoto dievakuasi pada Rabu siang waktu setempat. Mereka tiba di Tokyo pukul 23.35.

Kelima mahasiswa itu disambut langsung oleh Duta Besar RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra beserta staf di lobi KBRI Tokyo. Mereka dalam keadaan sehat, walaupun kelelahan akibat situasi di daerah gempa dan perjalanan jauh Kumamoto-Tokyo terlihat di wajah mereka.

"Kami telah menyiapkan tempat penampungan sementara bagi kawan-kawan yang dievakuasi ke Tokyo ini. Lokasinya berdekatan dengan KBRI Tokyo guna memudahkan penanganan," ujar Dubes Yusron kepada para mahasiswa yang baru tiba seperti disampaikan KBRI Tokyo melalui pernyataan tertulis yang diterima Kamis (21/4/2016).

Kelima warga atau mahasiswa Indonesia yang memilih evakuasi ke Tokyo adalah Dita Primaoktasa, Fatin Adriati, Muhammad Fikri Ramadhana, Bondan Suwandi, dan Harry Susanto.

Dalam pertemuan dengan Duta Besar beserta staf KBRI Tokyo di atas, mereka menyampaikan apresiasi atas kesigapan berbagai pihak dalam menangani warga RI dalam keadaan darurat.

Sebelum melakukan evakuasi, KBRI Tokyo melakukan diskusi bersama dengan PPI Kumamoto, PPI Fukuoka, PPI Hiroshima, komunitas Masjid Kumamoto dan Hiroshima. Akhirnya disepakati bahwa tujuan evakuasi akan meliputi Hiroshima, Fukuoka, dan Tokyo.

Di luar tujuan di atas, ada pula sejumlah mahasiswa memutuskan untuk pulang sementara ke Indonesia.

Opsi evakuasi di atas diambil setelah mempertimbangkan situasi Kumamoto yang masih berisiko diguncang gempa susulan. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya trauma yang lebih dalam. Diharapkan akan membantu menenangkan mental dan pikiran.

Adanya rencana pemerintah Jepang untuk menutup shelter-shelter pengungsian di Kumamoto, tentu menjadi pemicu penting bagi ditempuhnya opsi evakuasi itu.

Selain warga atau mahasiswa Indonesia yang telah dievakuasi dengan tujuan-tujuan di atas, ada pula sejumlah mahasiswa atau pun warga Indonesia memilih bertahan di Kumamoto. Sebagian mereka bermaksud untuk bersama-sama dengan tim membantu para warga lainnya sembari memantau perkembangan situasi.

Tentang penutupan sheter-shelter pengungsian, info terakhir menyebutkan bahwa Pemerintah Jepang urung melakukan proses tersebut. Hal ini terutama karena pemerintah Jepang masih belum mengizinkan warga (WNI maupun WN Jepang) pulang ke tempat tinggal masing-masing, sebelum adanya assessment terhadap layak tidaknya bangunan mereka untuk dihuni kembali pascagempa.

Gempa berkekuatan 7,3 SR melanda Prefektur Kumamoto yang terletak di Pulau Kyushu, Jepang, pada Sabtu 16 April 2016. Peristiwa tersebut menyebabkan 41 orang meninggal dunia dan lebih dari 250 terluka.

Berdasarkan keterangan pers Kementerian Luar Negeri, tidak ditemukan WNI yang menjadi korban jiwa.

Gempa juga mengguncang kota Beppu, Prefektur Oita, -- 130 kilometer dari Kumamoto, pada Minggu 17 April.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini