Sukses

Belasan Warga Australia Diduga Gabung dengan ISIS

Angka itu dirilis oleh Pusat Anti Terorisme di West Point dari dokumen lawas yang didapat 1 bulan lalu.

Liputan6.com, New York - Tim analis dari Angkatan Darat AS berhasil menginvenstigasi dokumen ISIS yang sebulan lalu mereka dapatkan. Hasilnya cukup mengejutkan, antara lain adalah 13 warga Australia diduga bergabung bersama kelompok teroris itu.

Angka itu dirilis oleh Pusat Anti Terorisme di West Point. Sebelumnya, tim tersebut merilis 11 warga Australia bergabung bersama ISIS.

Ribuan daftar nama anggota ISIS pertama kali dirilis oleh oposisi Suriah pada Januari 2016 lalu. Kemudian, pada Maret, surat kabar Jerman, Suddeutsche Zeitung membocorkan lebih banyak lagi data.

 

Surat kabar itu menuliskan daftar detil termasuk nama, tempat tanggal lahir, golongan darah, dan kemampuan kepatuhan serta keinginan untuk melakukan bom bunuh diri, seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (19/4/2016).

Studi yang dilakukan oleh West Point menemukan ada lebih dari 4.188 'pejuang' yang memiliki kemampuan unik. Selain itu ada 13 pemegang Permanen Residen dari Australia dan 13 warga negara Negeri Kanguru itu.

Bulan lalu, Guardian melaporkan 2 warga Australia, salah satunya berusia 25 tahun dengan nama alias Abu Mounzir al-Lubnani adalah seorang pilot terlatih.

Sementara satunya adalah Abu Ubaida al-Lubnani berusia 36 tahun seorang bomber bunuh diri.

Polisi kini tengah menyelidiki apakah al-Lubnani adalah Amer Haddara yang pernah mengaku bergabung dengan organisasi teroris di Melbourne pada 2005 dan pernah menghabiskan waktu di penjara selama 4 tahun.

Analisis West Point juga menemukan bahwa 10 persen dari para tentara itu memiliki pengalaman bertempur sebelumnya. Kebanyakan dari mereka pernah berperang di Suriah, Libya dan Afghanistan. Angkatan Darat AS itu juga mendapatkan hanya 12 persen yang sanggup jadi bomber bunuh diri.

Dokumen itu juga memperlihatkan, kebanyakan mereka yang bergabung dengan ISIS memiliki pendidikan cukup tinggi, lulus universitas. Namun, mereka hanya bekerja di sektor informal. Hal itu membuat West Point menyimpulkan mereka termotivasi gabung ISIS karena frustrasi gagal tidak bisa masuk ke pasar lapangan pekerjaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini