Sukses

Korban Tewas Gempa Ekuador Capai 246 Jiwa

Diduga korban akan terus bertambah seiring dengan berjalannya pencarian korban yang dilakukan di daerah barat-laut pesisir pantai.

Liputan6.com, Ekuador - Pencarian korban masih terus dilanjutkan oleh tim penyelamat pasca-lindu berkekuatan 7.8 skala Richter yang menghantam Ekuador pada Sabtu 16 April 2016. Setidaknya ada 246 korban tewas dan 2,500 korban luka-luka yang diakibatkan oleh guncangan dahsyat itu.

Dikutip dari BBC.com, Senin (18/4/2016), dilaporkan bahwa ada lebih dari 10 ribu pasukan dan 3.500 polisi dikerahkan untuk melakukan evakuasi korban bencana yang merupakan petaka terbesar dalam satu dekade.

Diduga jumlah korban tewas akan terus bertambah seiring dengan berjalannya pencarian yang dilakukan di daerah barat-laut pesisir pantai yang merupakan lokasi terdekat dengan pusat gempa bumi.

Saat mengunjungi Italia, Presiden Ekuador, Rafael Correa, mengatakan mencari korban selamat adalah prioritas utama saat ini.

"Semuanya bisa dibangun kembali, tapi nyawa tidak bisa dikembalikan, dan itu sangat menyakitkan," katanya.

Saat berkunjung ke salah satu kota yang terkena dampak guncangan terhebat, Manta,  Wakil Presiden Jorge Glas bertemu dengan penduduk yang memohon padanya untuk menyelamatkan korban yang masih terperangkap di dalam reruntuhan.

"Kami tidak bisa masuk menggunakan alat berat karena berisiko akan melukai mereka yang terjebak," kata Glas pada warga tersebut.

Usaha untuk menyeberangkan para pasukan menggunakan helikopter dan bus terhalang oleh adanya tanah longsor yang diakibatkan oleh lindu. Di beberapa lokasi warga nekat menggali reruntuhan dengan tangan kosong untuk menolong korban selamat.

Suplai makanan dan kebutuhan lainnya mulai disediakan, serta bantuan internasional pun mulai berdatangan, yang pertama kali datang dari Venezuela dan Meksiko.

Kolumbia bahkan bersedia mengirimkan tim penyelamat beserta anjing pelacak, dan angkatan laut mereka akan mengantarkan persediaan air bersih ke daerah yang terkena dampak.

Walikota Pedernales, Gabriel Alcivar, yang berada tak jauh dari pusat gempa, mengatakan bahwa seluruh kota 'datar' dengan tanah, dan tak ada yang bisa mereka lakukan, ditambah dengan mulai bergeraknya para penjarah.

"Kami mencoba segala cara, namun hampir tak ada yang bisa dilakukan," katanya.

Laporan kerusakan masih terus bertambah, dengan adanya jembatan runtuh di bagian selatan Guayaquil sejauh 300 km, dan laporan dari seorang wanita di Manta yang mengatakan bahwa keluarganya masih terperangkap di dalam rumah setelah lantai tiga bangunan tersebut runtuh.

Seorang warga bernama Cristian Ibarra Santillan sedang berada di ibukota Quito ketika gempa terjadi. Laki-laki itu menjelaskan bahwa selama dua bulan belakangan memang sudah sering terjadi guncangan-guncangan kecil selam 20 atau 30 detik, namun kali itu guncangan yang dirasakannya berbeda dari yang biasanya.

"Awalnya aku berlindung di bawah meja dengan anjingku, namun guncangannya semakin kuat dan sepertinya akan lama, lalu aku menggendong anjingku lari keluar rumah," jelasnya

Lindu yang terjadi pada Sabtu 16 April 2016, merupakan gempa terbesar setelah gempa pada tahun 1979. Dilaporkan terhitung lebih dari 130 gempa susulan terjadi.

Badan Penelitian Geologi AS mengatakan bahwa pusat gempa terjadi di kedalaman 19.2 km, sekitar 27 km dari Muisne, di daerah yang tidak rapat penduduk.

David Rotheri, seorang guru besar Geosains di Universitas Terbuka, mengatakan bahwa gempa yang melanda Ekuador enam kali lebih kuat dibandingkan gempa yang melanda daerah selatan Jepang pada Sabtu 17 April 2016.

Lindu juga berdampak di Kolombia, yang mengakibatkan pasien di sebuah klinik di kota Cali harus dievakuasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini