Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Apa Sebenarnya yang Memicu Orgasme? Ini Kajian Ilmiahnya

Penelitian ilmiah baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa pencapaian orgasme sebenarnya bergantung kepada anatomi seseorang.

Liputan6.com, Rochester - Selama ini, orang sering berpikir bahwa orgasme atau puncak kepuasan hubungan intim adalah sesuatu yang bisa dikendalikan.

Bukan hanya itu, banyak orang yang berpendapat bahwa ‘kemampuan’ orang untuk mencapai orgasme bergantung kepada pengalaman seksual dan pola pikir.

Hal ini sering menjadi alasan untuk menjelaskan mengapa pada umumnya pria lebih mudah mencapai ‘puncak’ itu daripada wanita.

Benarkah demikian?

Dikutip dari Daily Express pada Kamis (7/4/2016), penelitian ilmiah baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa pencapaian orgasme sebenarnya bergantung kepada anatomi seseorang.

Penelitian yang dilakukan bersama oleh Mayo Clinic di AS dan Indian University School of Medicine menduga, pencapaian orgasme bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan.

Bagi wanita, pencapaian orgasme cukup kompleks. Dalam penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Clinical Anatomy ini, terungkap bahwa pencapaian ini lebih bersifat fisik bagi kaum hawa.

Maksudnya, klimaks hubungan intim bagi wanita lebih mungkin terjadi ketika klitoris wanita mendekat ke dinding-dinding saluran kelaminnya. Dengan demikian, ada posisi-posisi tertentu selagi melakukan hubungan seksual yang mempermudah wanita untuk mencapai orgasme.

Dr. Jason Siegel mengatakan kepada Daily Mail Online, “Jika seorang wanita mencoba mencapai orgasme saluran kelamin, ada kecenderungan itu akan berhasil jika bagian depan dinding vaginanya lebih terangsang."

Di lain pihak, para peneliti mengungkapkan bahwa orgasme pada kaum pria berkaitan erat dengan sistem syarafnya. Mereka menjelaskan bahwa pada hakekatnya ada 2 faktor yang berdampak kepada kemampuan seorang pria untuk bisa orgasme.

Pertama, faktor yang bersifat fisik, yaitu rangsangan langsung pada batang kelamin pria. Kedua, faktor psikologis yang dapat dipengaruhi oleh depresi dan masalah mental lainnya.

Dr. Jason Siegel, penulis penelitian itu, mengatakan, “Yang paling sering gagal di antara 2 faktor itu biasanya adalah yang jenisnya psikologis.”

Temuan ini diumumkan setelah adanya suatu penelitian yang melaporakan bahwa hampir 100% kaum pria pernah mengalami ‘orgasme di kala tidur’ yang ternyata dikendalikan oleh pikiran. \

Dalam bahasa awam, 'orgasme di kala tidur' dikenal dengan 'mimpi basah'.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini