Sukses

Luar Biasa, Sekali Kawin Makhluk Ini Hasilkan 'Jutaan' Keturunan

Sejumlah makhluk hidup punya kemampuan produksi yang luar biasa. Menghasilkan jutaan keturunan sekali kawin.

Liputan6.com, London - Kelinci terkenal 'tukang kawin'. Mereka yang punya banyak keturunan sering diibaratkan 'beranak pinak seperti kelinci'.  Sejak masa lalu, hewan tersebut dianggap simbol kesuburan, dikagumi atas kemampuannya memproduksi anak.

Faktanya, kelinci aktif secara seksual sejak berusia 3-4 bulan. Betina bahkan bisa hamil lagi tak lama setelah melahirkan.

Sekali melahirkan, kelinci bisa menghasilkan hingga 7 bayi. Dan proses kelahiran tersebut bisa terjadi berulang kali.


Di Eropa, kelinci hanya berkembang biak pada musim semi dan panas, kondisi tersebut membatasi jumlah anak yang bisa mereka hasilkan.

Namun, di Australia dan Selandia Baru, mereka dapat berkembang biak sepanjang tahun di beberapa wilayah.

Tak mengherankan, di beberapa negara, kelinci dianggap wabah.

Hewan sejenis kelinci dan rusa kutub Alaska justru diuntungkan dengan udara yang memanas.


Itu juga terjadi pada tikus di Australia. Berlimpahnya makanan dan kondisi lingkungan yang mendukung, induk hewan pengerat itu bisa melahirkan rata-rata 6 anak setiap pekan.

Puncaknya, kepadatan tikus di Negeri Kanguru bisa mencapai 2.700 ekor per hektar di kawasan penghasil gandum.

Jika angka tersebut kurang ekstrem bagi Anda, bayangkan soal 'pertunjukan seks terbesar di Bumi' yang satu ini. Pelakunya adalah koral.

Setiap musim semi, Great Barrier Reef menjadi lokasi pemijahan massal.

 

(Kiri) Great Barrier Reef dahulu, (kanan)  Great Barrier Reef sekarang. (Queensland Tourism/Reuters)



Alih-alih kawin secara fisik, koral menyinkronisasi pelepasan sperma dan telur mereka untuk meningkatkan peluang pembuahan di kawasan penuh karang.

"Menurut saya, tak ada satu pun yang pernah benar-benar menghitung seberapa banyak telur yang diproduksi per individu koral," kata Dr Mary Hagedorn dari Smithsonian Conservation Biology Institute, yang memimpin penelitian di klinik perintis kesuburan koral di Hawaii, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (5/3/2016).

"Kebanyakan orang mendeskripsikan, ada banyak sekali telur yang diproduksi selama masa perkembangbiakan. Itu bisa berarti ada jutaan telur yang dihasilkan oleh satu individu koral."

Jutaan telur terdengar berlebihan bahkan tak masuk akal. Meski demikian, waktu bagi karang untuk berkembang biak sangat terbatas.

"Pola reproduksi terumbu karang adalah yang paling terbatas dalam Kingdom Animalia," kata Hagedorn.

"Untuk kebanyakan koral, mereka hanya bisa memproduksi gamet jantan dan betina selama 2 hari per tahun."

Tak hanya itu, sebagian besar mati muda. "Meskipun karang menghasilkan sejumlah besar keturunan, hanya 1 atau 2 dari mereka yang bisa bertahan hingga dewasa."

Coral bleaching atau perubahan warna pada jaringan koral menjadi putih adalah ancaman nyata bagi terumbu karang.

300 Juta Telur

Sementara itu di lautan, hidup ocean sunfish atau -- dalam Bahasa Latin disebut Mola-mola -- yang diakui Guinness World Records sebagai makhluk bertulang belakang paling subur di dunia.

Ikan berwarna abu-abu itu bisa mencapai panjang 3 meter dan berat 2 ton. Makhluk itu kerap disebut sebagai 'kepala yang berenang' sebab, penampakannya seperti kepala ikan dengan ekor tanpa tubuh.

Mereka sering ditemukan berjemur di bawah sinar matahari di dekat permukaan laut.

Soal telur, Mola-mola adalah juaranya. Para betina bisa melepaskan setidaknya 300 juta telur di dalam air pada suatu waktu. Di perairan Jepang, mereka berkembang biak antara Agustus hingga Oktober.

Seorang nelayan dari kampung Lere Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah berhasil menangkap Ikan Raksasa Jenis Mola - Mola


"Mola-mola yang besar, dewasa, memiliki kehidupan soliter di laut terbuka. Menemukan pasangan adalah tantangan bagi mereka," kata Dr David Sims dari Marine Biological Association di Plymouth, Inggris.

"Jadi, memproduksi banyak telur dalam peristiwa pemijahan dapat meningkatkan kemungkinan pembuahan oleh sejumlah pejantan."

Seperti halnya karang, hanya sedikit telur yang bisa berkembang dewasa. Seandainya yang terjadi adalah sebaliknya, niscaya lautan akan penuh Mola-mola, tak menyisakan tempat bagi makhluk lain.

"Kami berpendapat, mereka bereproduksi demikian luar biasa, sebab, kemungkinan pembuahan juga kelangsungan hidup larva yang dihasilkan amat rendah," kata Sims.

Namun, reproduksi yang paling mencengangkan adalah pada serangga.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kutu yang Sanggup Mengubur Bumi

Kutu yang Sanggup 'Mengubur' Bumi

Cabbage aphids (Brevicoryne brassicae) atau kutu kubis adalah hama yang sangat produktif.

Pada musim semi, betina menghasilkan 5-10 salinan genetiknya setiap hari. Mirip boneka Rusia Matryoshka.

Hal tersebut berlangsung hingga musim panas, ketika anak-anak betina mereka mendapatkan sayap untuk mengembangkan keluarga.

Cabbage aphids (Brevicoryne brassicae) atau kutu kubis (Wikipedia)


"Secara individual kutu daun relatif biasa-biasa saja dalam hal ini, hanya menghasilkan 50 atau lebih keturunan. Banyak serangga menghasilkan sangat banyak," kata Dr Richard Harrington, kepala Rothamsted Insect Survey.
 
Satu makhluk tersebut bisa menghasilkan keturunan-keturunan yang bisa mengubur Bumi dalam lapisan kutu sedalam 149 km, dalam waktu setahun.

Untuk itu tak sampai terjadi. Angka kematian mereka tinggi karena menjadi mangsa burung-burung.

Dalam dunia serangga ada sejumlah individu yang memang hanya bertugas untuk reproduksi. Misalnya ratu dalam koloni semut, yang punya pekerja untuk mengerjakan hal lain.

Di pusat koloni dorylus atau driver ant di Afrika, seorang ratu bisa memproduksi 3-4 juta keturunan per bulan.

Namun, harus dicatat, tak semua koloni memiliki satu ratu. Misalnya semut Argentina atau Argentine ant memiliki ribuan ratu, itu berarti populasi mereka luar biasa banyaknya.

Megakoloni semut Argentina (park.geocities.jp)



Megakoloni terbesar membentang 6.000 km di sepanjang  pantai Mediterania. Seperti halnya tikus, mereka juga dianggap hama.

Sebaliknya, kelinci asli Spanyol justru dalam kondisi terancam karena penyakit, hilangnya habitat, dan tekanan akibat aktivitas perburuan oleh manusia.

Mungkin, kita harus mengubah pepatah 'beranak pinak seperti kelinci' menjadi 'berkembang biak bak semut'.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini