Sukses

Kurang Tidur Sebabkan Tak Waras?

Ternyata, pengurangan jam tidur digunakan sebagai salah satu teknik interogasi yang dilakukan CIA.

Liputan6.com, New York - Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kurang tidur mempunyai dampak yang buruk. Hal tersebut dapat merusak pikiran serta tubuh, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Menurut laporan, pengurangan jam tidur juga telah digunakan sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menyiksa.

Senate Commitee pada 2014 melaporkan bahwa CIA menggunakan metode pengurangan jam tidur sebagai salah salah satu teknik interogasi lanjutan. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa orang yang tak cukup tidur, lebih memungkinkan untuk membuat pengakuan palsu.

Dalam laporan Senat, disebutkan para tahanan dibuat agar tidak tidur hingga 180 jam, atau setara dengan tujuh setengah hari. Mereka dikondisikan dalam keadaan berdiri, atau dalam posisi yang menyebabkan stres maupun ketegangan fisik. Bahkan ketika beberapa tahanan mulai mengalami halusinasi, hukuman tersebut tetap dilanjutkan.

Amnesty International melaporkan bahwa penggunaan teknik interogasi seperti itu tak hanya digunakan pada tahanan di Guantanamo, tapi juga di Gulag -- kamp penahanan di mana tawanannya diperintah untuk bekerja paksa yang berada di Soviet. Mereka menganggap teknik tersebut kejam dan tidak manusiawi,"

"Hal tersebut memang tidak terang-terangan seperti hukuman dengan cara mencabut jari seseorang, tapi bisa jadi lebih merusak dan menyakitkan," tulis psikolog dan peneliti mimpi, Dr. Kelley Bulkeley, dalam sebuah blog Psychology Today.

Kurang tidur yang esktrem mungkin menjadi hal yang dipelajari secara menyeluruh oleh militer. Hal ini disebabkan karena mereka yang sedang menjalankan tugas tidak tidur hampir 72 jam.

Militer Amerika Serikat saat ini sedang meneliti metode untuk membantu tentara agar dapat pergi dalam waktu lama tanpa istirahat tanpa mengganggu kesehatan fisik dan kognitif dari kurang tidur.

Jadi, apa yang terjadi ketika Anda tak tidur dalam waktu yang lama? Berikut ulasan yang dilansir oleh Huffington Post pada Kamis, 25 Februari 2016.

Ini Hal yang Terjadi pada Otak

Fungsi kognitif dasar mulai melambat ketika kita melewatkan tidur malam. Sebuah studi di tahun 2014 yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience, menemukan bahwa hanya dengan kurang tidur selama 24 jam, dapat menyebabkan gejala seperti skizofrenia. Termasuk perubahan persepsi waktu dan tubuh serta sensitivitas terhadap warna, cahaya, dan sinar.

"... Mereka akan berhalusinasi atau berpikir bahwa memahami hal-hal yang tidak benar-benar ada." ujar seorang ilmuwan saraf di Univeristy of Texas, Dr. David Schnyer, ke Huffington Post.

Regulasi emosi juga terganggu, menurut Schnyer. "Kurang tidur akan mencapai titik disregulasi emosional yang ekstrem, awalnya menangis namun dalam waktu singkat menjadi tertawa tak terkendali."

Seorang wartawan, Seth Maxon, menulis esai untuk The Atlantic tentang pengalamannya mencoba tak tidur selama 4 hari berturut-turut dalam tur sekolah ke Italia. Seth menjadi kacau, melantur, dan mengalami perilaku yang tak menentu dan pada akhirnya ia dibawa ke rumah sakit jiwa.

Yang Terjadi dalam Tubuh

Kurang tidur dalam waktu yang lama dapat meningkatkan resiko individu mengalami masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, dan diabetes.

Dampak kurang tidur akut juga mempengaruhi di hampir setiap sistem pada tubuh. Hal tersebut secara signifikan mengganggu fungsi penting dari sistem kekebalan, yang biasanya aktif saat kita beristirahat. 

Hal tersebut menyebabkan penumpukan racun di otak dan aliran darah karena tubuh tak mampu membersihkan diri yang dilakukan pada setiap malam. Ketika kurang tidur, hormon juga tak dapat berfungsi dengan normal.

Kurang tidur mempengaruhi aktivitas restoratif tubuh kita," ujar Schnyer.

Efek fisik lainnya termasuk gangguan pada tekanan darah dan denyut jantung, serta pencernaan dan metabolisme

Dalam kasus pengurangan jam tidur yang digunakan dalam interogasi, seseorang akan masuk ke dalam periode singkat microsleep, di mana pikiran akan 'tergelincir secara singkat'," ujar Schnyer. Namun hal tersebut tidak banyak membantu dan orang tersebut akan tetap tersiksa.

Pada tingkat yang lebih luas, contoh ekstrem dan tidak etis dari kurang tidur menjadi peringatan kita bahwa hal tersebut dapat merampas pikiran dan tubuh yang merupakan kebutuhan biologis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini