Sukses

22-2-1958: Mesir dan Suriah Bersatu

Kedua negara itu melebur dengan membentuk negara bernama Republik Arab Bersatu.

Liputan6.com, Jakarta - Dahulu kala, Mesir dan Suriah pernah bersatu. Kala itu, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan Presiden Suriah Shukri al-Quwatli mendatangani Pakta Persatuan yang membentuk Republik Arab Bersatu. Mesir dan Suriah menjadi satu negara dengan pemerintahan secara bersama.

Kesepakatan ini diputuskan, tepat 58 tahun silam, atau pada 22 Februari 1958, atas landasan Pan-Arabisme, gerakan penyatuan dan sebagai bentuk nasionalisme dan solidaritas bangsa Arab melawan kolonialisme Barat.

Negara Pan-Arab atau Republik Arab Bersatu ini digagas Gamal Abdel Nasser yang menjadi pahlawan Arab setelah kemenangan politiknya dalam Krisis Suez tahun 1956.

Pasca-Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945), kawasan Arab terpecah-pecah menjadi sejumlah kekuatan yang mendapat pengaruh dari Negara Barat. Untuk itu, demi mendapatkan dukungan penuh dari warga Arab lokal, pemimpin Mesir dan Suriah memutuskan untuk menyatukan kekuatan.

Pemerintah Mesir dan Suriah saat itu melihat perlunya bersatu dan menghilang segala batas wilayah antara kedua negara demi memajukan perekonomian bersama. Demikian seperti dimuat Encyclopedia.com

Suriah yang baru saja menjadi negara Demokrat pada 1954 juga menginginkan konsep perubahan yang benar-benar baru. Hingga akhirnya, atas ide dan gagasan tokoh pendahulu, Michel ‘Aflaq dan Akram Hourani dari Partai Bath, pemerintah Suriah memilih untuk bersatu dengan Mesir.

Penyatuan ini diharapkan bisa membentuk pemerintahan dengan landasan nasionalisme, sosialisme, dan sekularisme untuk melawan kekuatan komunis di Timur Tengah.

Gamal Abdel Nasser terpilih sebagai pemimpin Republik Arab Bersatu. Pemerintah Suriah yakin Nasser bisa membawa persatuan negara tersebut menjadi lebih baik, mengingat Nasser kala itu dikenal sebagai pemimpin kuat setelah berhasil menghadang invasi Israel pada tahun 1956.

Namun setelah beberapa tahun berjalan, Republik Arab Bersatu hancur. Suriah memisahkan diri karena merasa hanya menjadi "kendaraan" bagi kekuasaan pemerintahan Mesir. Pihak Suriah merasa Mesir berlaku tak adil terkait berbagai kebijakan. Dan pada akhirnya, Republik Arab Bersatu kini telah tiada. Suriah dan Mesir kini tengah dirundung krisis politik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini