Sukses

Asteroid Selebar 1 Km Bisa Picu Zaman Es Kedua di Bumi

Akibat hantaman asteroid, debu luar angkasa akan terlepas ke atmosfer dan mengakibatkan penurunan suhu Bumi.

Liputan6.com, Jakarta Bumi rentan terhadap benturan batu angkasa -- yang pernah memusnahkan sejumlah spesies, termasuk dinosaurus 65 juta tahun lalu.

Baru-baru ini, para ilmuwan mengatakan, jika asteroid selebar 1 kilometer lolos dari pembakaran atmosfer dan membentur Bumi, akibatnya tak main-main. Menurut studi, itu bisa memicu zaman es kedua.

Dampak dari benturan akan menguarkan debu luar angkasa ke atmosfer, yang bisa menyebabkan temperatur rata-rata Bumi anjlok hingga 8 derajat Celsius.

Ilmuwan memperingatkan, "dampak global serius" ini bisa berlangsung beberapa tahun. Ini akan menjadikan Bumi tempat yang gelap, dingin, dan kering untuk ditinggali.

"Masa-masa itu tidak akan menyenangkan," ungkap Charles Bardeen dari National Center for Atmospheric Research, Desember 2015 lalu di American Geophysical Union (AGU).

Bardeen dan timnya percaya benturan itu akan menghasilkan kawah seluas 15 km, dan melemparkan sejumlah besar debu luar angkasa ke atmosfer, dikutip Daily Mail.

Asteroid 1 km yang akan menghantam bumi tak akan mengakibatkan bencana besar dan memusnahkan makhluk bumi. (whatdoesitmean.com)

Jika asteroid tidak jatuh di padang pasir, benturannya bisa mengakibatkan kebakaran besar. Ini menyebabkan abu luar angkasa terlepas ke udara.

Dalam skenario terburuk, abu tersebut bisa berada di atmosfer hingga 10 tahun.

Akibatnya, jumlah sinar matahari yang mengenai permukaan Bumi akan berkurang 20 persen selama beberapa tahun. Kemudian, suhu permukaan Bumi secara global akan turun 8 derajat Celsius. Akibatnya, planet manusia akan mengalami 'zaman es kecil-kecilan'.

Sementara, permukaan laut paling atas akan mendingin 0,5 derajat Celsius dibandingkan dengan suhu normalnya selama 15 tahun terakhir. 'Pendinginan global' ini juga akan mengakibatkan berkurangnya curah air hujan sebanyak 50 persen.

"Ini diakibatkan oleh hilangnya pemanasan dan berkurangnya temperatur, sehingga tak banyak perubahan suhu, tak ada pembatas udara," ungkap Bardeen.

Sementara, dengan Bumi diselimuti dengan komponen luar angkasa itu, proses perusakan ozon oleh reaksi kimia bisa dipercepat.

Hasilnya, ozon di atmosfer berkurang hingga 55 persen. Ini mengakibatkan indeks sinar UV di permukaan Bumi meningkat dalam beberapa tahun.

Namun, tak akan ada kepunahan makhluk hidup dengan kejadian ini. Itu hanya akan terjadi jika ukuran asteroid 10 kali lebih besar.

Jangan buru-buru khawatir...

Pada September, Paul Chodas, manajer Near-Earth Object NASA di Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, mengatakan, "Tak ada bukti nyata asteroid atau benda luar angkasa lainnya berdampak buruk pada kelangsungan hidup makhluk Bumi. Faktanya, tak ada satu pun objek diketahui berdampak menabrak planet Bumi hingga abad mendatang."

NASA melacak ada 12.92 objek yang berada di dekat Bumi dan mengorbit mendekati tata surya. Diestimasi, 1.607 di antaranya merupakan asteroid yang membawa potensi bahaya.

Minggu lalu, NASA mengumumkan adanya asteroid selebar 30 meter, terlihat terbang melintasi Bumi dua tahun lalu, kembali pada 5 Maret, dan tahun ini akan sangat dekat.

Batu luar angkasa seukuran paus itu bisa meluncur ke bumi dari jarak 17.000 km, yang berarti 21 kali lebih dekat dari Bumi dibandingkan Bulan.

Namun, NASA menjelaskan, estimasi ini kemungkinan besar meleset, dan asteroid juga bisa melewati Bumi dari kejauhan 14 juta km.

Dalam kedua skenario, badan antariksa itu menyatakan, asteroid yang disebut 2013 TX68, tak membawa bencana untuk umat manusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini