Sukses

Latihan 'Anti-Tenggelam' Anak Tuai Kontroversi

Sekolah di Melbourne ini mempersiapkan anak-anak muridnya menghadapi kemungkinan mereka tenggelam. Namun, mengapa banyak yang protes?

Liputan6.com, Melbourne - Kids Aquatic Survival School di Dingley Village memiliki kolam renang sebagai fasilitas utamanya, dan anak-anak balita sebagai muridnya. Namun, tak ada yang boleh mengenakan pelampung atau kacamata renang. Anak-anak murid di sekolah ini justru mengenakan pakaian musim dingin, lengkap dengan sepatunya.

Mengapa? Karena sekolah ini merupakan pusat khusus pelatihan anti-tenggelam.

Satu-satunya di Melbourne, sekolah itu menawarkan pelatihan dalam pelajaran 10 menit bagi anak-anak usia enam bulan hingga lima tahun.

Sekolah ini bukan sekedar belajar berenang. Bahkan murid-murid tidak diajarkan berbagai gaya renang seperti gaya bebas atau kupu-kupu, melainkan hanya perlu belajar berbaring mengapung di air, setelah diceburkan oleh para instruktur.

Setelah berhasil mengapung, mereka berenang dalam jangka waktu pendek untuk kembali ke pinggir kolam.

Anak-anak usia semuda enam tahun diajarkan metode khusus untuk mencegah diri mereka tenggelam. (foto: News Limited)

Dikutip News.com.au, ada pihak yang menganggap kegiatan pengajaran ini berbahaya. Aussie Aquatics, otoritas pelatihan renang nasional menyatakan,"tak seharusnya ada bentuk paksaan dalam pelajaran renang."

Ketua pelaksana, Ross Gage, menjelaskan bahwa anak-anak seharusnya tak mengikuti aktifitas yang membuat stres, yang nantinya justru membuat mereka takut berenang.

Namun, instruktur di sekolah itu, Anastasia Monakhov, mengungkapkan bahwa metode latihan ini merupakan persiapan skenario terburuk. Dipercaya, sangat mungkin seorang penjaga kolam meleng dan ada anak yang jatuh ke air.

"Ini pelatihan yang intensif, dan itulah yang membuahkan hasil," ungkap Monakhov.

Anak-anak murid didorong jauh dari zona nyaman mereka, sesuatu yang dianggap terlalu keras bagi orangtua maupun para murid.

"Ini bukan tentang senang-senang, kami ingin mempersiapkan mereka untuk skenario terburuk," sambung Monakhov. "Ini awal yang mengerikan bagi anak-anak, namun sebagian besar dari mereka cepat menyadari bahwa tak ada alasan untuk takut."

Pun begitu, sekolah memiliki rencana jaga-jaga yang cukup baik. Ahli CPR selalu dekat.

Tracy Bhogavalli, seorang ibu dari Melbourne membawa putranya, Jay ke Kids Aquatic Survival School ketika usianya masih 13 bulan. "Ia sudah bisa mengapung sebelum bisa berjalan," ungkap Bhogavalli.

Sedangkan orangtua lainnya, Tiffany Murray, mengatakan ia 'hampir pingsan' menyaksikan putrinya yang berusia dua tahun, Georgia, mengikuti pelatihan. Namun, ia percaya nantinya pelajaran itu akan berguna.

Karena pelatihan yang dianggap 'ekstrem', pelatihan menuai kontroversi. (foto: News Limited)

Sekolah ini didasari oleh sistem dari AS yang disebut Infant Swimming Resource. Beberapa orang turut mengkritisi metode pelatihannya yang dianggap 'ekstrem'.

Sedangkan sekolah renang setempat lainnya ragu untuk mengomentari secara terang-terangan. Namun, dosen Melbourne Graduate School of Education, Erica Frydenberg, mengatakan bahwa orangtua dan guru sebaiknya 'memonitor dampak buruk'.

Frydenberg, yang merupakan spesialis stres pada anak dan penanganannya, mengatakan bahwa penting untuk ada penguatan.

"Trauma, seperti rasa stres yang ekstrem, bisa memiliki dampak buruk, namun menurut saya, mereka membangun kekuatan dan mengajarkan cara mengatasi diri di bawah situasi buruk," tutur Fryndenberg.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.