Sukses

Ini yang Terjadi Jika Laba-laba Diberi Narkoba

Apa jadinya kalau laba-laba berada di bawah pengaruh zat-zat adiktif? Saksikan dalam video berikut ini.

Liputan6.com, London - Laba-laba membuat sarangnya dengan sangat rumit dan teliti, tak hanya sekadar tempat tinggal tapi juga alat untuk bertahan hidup. Tapi tak demikian dengan kala hewan itu berada di bawah pengaruh narkoba.

Dikutip My Science Academy, Rabu (20/1/2016), sarang laba-laba biasanya dibangun tahap demi tahap. Perlu waktu antara 20 hingga 30 menit bagi spesies arachnid itu untuk merampungkan jaringnya.

Seorang ahli zoologi bernama H.M. Peters kemudian menggagas pembuatan video singkat terkait pembangunan laba-laba Orb pada 1948. Sebagai bagian dari penelitian Universitas Tubingen di Jerman.

Rencana awalnya hanya sekedar membuat film pembuatan sarang yang biasanya berlangsung antara pukul 02.00 hingga 05.00 subuh. Tapi Peter kemudian berupaya untuk merekayasa jam biologis si laba-laba saat membuat jaring, dengan bantuan farmakolog bernama Peter Witt.

Mereka kemudian mengolesi beberapa jenis obat penganggu pikiran, semisal LSD, amfetamin, mariyuana, dan sejumlah zat lain. Pencahayaan dan suhu di laboratorium juga diatur supaya hasilnya terkendali.

Hasilnya bisa dibilang menarik. Sarang laba-laba yang biasanya rumit dan efektif, menjadi amburadul dan mengerikan.

Menurut catatan dari Drugs and Society dari Inggris, pemintalan harian mereka biasanya amat teliti dan merupakan proses yang kompleks dengan mekanisme yang belum dimengerti sepenuhnya. Namun setelah diberikan zat kimia itu tak dapat dimanfaatkan sang laba-laba untuk masih mangsa.

Di bawah pengaruh amfetamin, sarangnya memiliki jarak tak beraturan meski secara bentuk geometris dasar yang sama.

Dengan LSD dosis tinggi, pembuatan sarang benar-benar amburadul. Dosis yang agak ringan membuat sarangnya tak terlalu parah -- meski tak bisa berfungsi baik sebagaimana mestinya. Si hewan sepertinya tak bisa berbuat apa-apa di bawah pengaruh LSD.

Dosis rendah LSD menghasilkan jejaring yang hampir normal, tapi dengan garis-garis dan bagian-bagian berulang.

Berikut video singkat dari Faruk Ljubović terkait penelitian unik tersebut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.