Sukses

Hiii... Sarang Rayap Berusia 2.200 Tahun

Rayap bisa disebut sebagai teknisi yang canggih karena mampu membangun gundukan lebih dari 10 meter dan lebar 15 meter sebagai fondasi.

Liputan6.com, Bangui - Rayap bisa disebut sebagai teknisi yang canggih karena mampu membangun gundukan lebih dari 10 meter dan lebar 15 meter sebagai fondasi. Gundukan ini dapat mengatur panas dan kondisi udara di dalam dan digunakan sebagai tempat berkembang biaknya serangga kecil.

Namun temuan baru mengungkapkan struktur gundukan ini begitu luar biasa. Usia rumah serangga kecil itu disebut sebagai perkiraan minimum.

"Usia struktur ini perlu diartikan sebagai perkiraan minimum. Sebagian sarang justru jauh lebih tua dibandingkan dari perkiraan sebelumnya." kata para peneliti dalam jurnal itu.

Di hutan Mimobo, Afrika Tengah, para ilmuwan menemukan gundukan rayap berusia lebih dari 2.200 tahun dan disebut sebagai sarang rayap tertua yang pernah tercatat -- walaupun sebelumnya ada yang sudah menjadi fosil.

Gundukan lain yang ditemukan berusia paling tidak 750 tahun, dan dipastikan 'bangunan' kuno itu bukanlah anomali.

Temuan ini menunjukkan rayap menggunakan struktur yang sama selama berabad-abad.

Sejumlah pihak sempat mengklaim ada sarang rayap berusia 4.000 tahun di Afrika Selatan, dan serangga pembuat struktur ini disebut sebagai pencipta struktur geologi yang disebut di negara itu sebagai Heuweltjies.

Namun, bukti terbaru menunjukkan kondisi ini diakibatkan erosi tanah.

Tempat Rayap Berkumpul

Gundukan seperti ini dibangun oleh spesies rayap Macrotermes falciger, di kawasan hutan Mimobo di Lububashi di Upper Katanga, Republik Demokratik Kongo. Serangga itu menggunakan gundukan sekitar 800 sampai 500 tahun lalu, khususnya pada masa musim panas di kawasan itu.

"Ukuran besar sekali gundukan itu menunjukkan usia struktur ini melebihi satu ratu rayap, yang biasanya jarang melebihi 20 tahun," tulis para ilmuwan di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology seperti dikutip dari BBC, Senin (30/11/2015).

Para peneliti yang dipimpin oleh Hans Erens dari Universitas Ghent di Belgia dan Universitas Lubumbashi di Republik Demokratik Kongo mengukur usia rayap dengan menggunakan teknik yang disebut Karbon 14.

Mereka meneliti rasio radioaktif isotop Karbon 14 di tanah yang digunakan rayap untuk membuat gundukan. Rasio isotop menunjukkan usia struktur.

Para peneliti juga mengambil sampel aksis vertikal di tiap gundukan. Dari tempat gundukan yang diteliti, dua di antaranya ternyata aktif dengan rayap berkumpul di bagian atas struktur.

Masih Aktif

Dari beberapa gundukan tersebut, 2 di antaranya diketahui sudah tak digunakan lagi oleh rayap.

Hasil penelitian dari sampel struktur setinggi 3,5 meter dan sebesar lebih dari 6 meter, diketahui 'rumah' yang besar tak aktif lagi. Usia tanah yang digunakan untuk membangun struktur tercatat semakin ke bawah semakin tua, antara 2.335 sampai 2.119 tahun lalu.

Gundukan yang lebih kecil menunjukkan profil serupa dengan fondasi berusia 796 sampai 684 tahun.

Sarang rayap yang masih aktif tampak lebih modern, sementara yang lebih besar dibangun dengan usia tanah berusia antara 766 sampai 675 tahun.

Kondisi ini memastikan bahwa rayap tetap membangun sarang yang sama selama berabad-abad. Gundukan yang berusia 2.200 tahun diperkirakan telah ditinggalkan rayap selama puluhan tahun.

Tetapi studi terakhir menunjukkan sarang rayap itu masih aktif sampai antara 800-500 tahun lalu, selama musim panas di kawasan itu.

(Tnt/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.