Liputan6.com, Barcelona - Serangkaian foto menunjukkan Desa Belchite yang hancur. Desa tersebut diruntuhkan 80 tahun lalu, di tengah perang saudara Spanyol, dan tak tersentuh hingga kini. Desa Belchite dibiarkan seperti adanya untuk mengenang 3.000 korban yang mati dalam perang.
Dikutip Daily Mail, Kamis (19/11/2015), pada masa ini, ada dua desa bernama Belchite berseberangan di bagian Selatan Spanyol. Salah satu merupakan rumah bagi 1.600 orang, dan lainnya merupakan kota hantu, yang hancur sampai rata dengan tanah dalam perang tahun 1939. Desa ini dibiarkan sebagai pengingat betapa kejamnya masa itu.
Advertisement
Hanya perlu dua minggu untuk menghancurkan Belchite, saat perang saudara berdarah pecah di musim panas 1937. Desa tak berpenghuni itu dijadikan penanda perang setelah 80 tahun.
Setidaknya 3.000 korban jatuh ketika Republikan dari kota meluncurkan serangan, sebagai usaha menghentikan gerakan Nasionalis Jenderal Franco yang meringsek ke Selatan pada musim panas 1937. Walau dalam pertarungan ini mereka menang, mereka kalah dalam perang.
Perang saudara Spanyol berlangsung dari 1936 sampai 1939, di antara Republikan yang loyal pada demokratik, Republik Spanyol Kedua berhaluan kiri, dan Nasionalis, grup yang dipimpin Jenderal Fransisco Franco.
Nasionalis memenangkan perang yang memakan setengah juta jiwa, dan Franco memimpin Spanyol untuk 36 tahun berikutnya, dari April 1939 sampai kematiannya di November 1975.
Namun, sebelum kemenangannya pada 1937, gerakan Nasionalis menyelenggarakan kampanye untuk menaklukkan provinsi bagian Utara, gerakan yang dengan giat dilawan oleh Republikan.
Sebagai bagian perlawanan, Republikan meluncurkan serangkaian serangan di sepanjang area garis depan Nasionalis di Aragon, di mana setiap desa dan kota diketahui memiliki pertahanan lemah, Belchite merupakan salah satu dari kota.
Tak lama, Belchite diduduki oleh republikan selama serangan balik Nasionalis, mengantarkan pada pertarungan berdarah selama dua minggu, yang menghancurkan seluruh kota dan mengubahnya menjadi puing-puing, memakan 3.000 korban.
Setelah perang saudara usai, orang-orang masih tinggal di kota, namun Jenderal Franco mengirim surat ke mantan anggota Republikan.
Ia memesan dibangunnya desa baru di seberang, sementara kota Belchite yang asli dibiarkan dan dijadikan monumen untuk 'Serangan Pasukan Nasionalis yang Tak Terkalahkan.'
Franco ingin membuktikan, bahwa walaupun desa ada di bawah kekuasaan Republika untuk waktu yang lama, desa masih jatuh ke superioritas; ideologi Nasionalis. Hari ini, turis bisa mengunjungi kota yang tidak berubah sejak 80 tahun lalu. (Ikr/Rie)*
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.