Sukses

Di Sela G20, Obama dan Putin Sepakat Dalam Tangani Suriah

Kedua pemimpin negara itu satu kata menunjuk PBB sebagai mediator antara rezim Suriah dan oposisi.

Liputan6.com, Ankara Sebuah kesepakatan bersejarah dalam hubungan AS dan Rusia terjadi di G20. Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk mencari jalan keluar permasalahan di Suriah. Pertemuan kedua kepala negara itu terjadi secara informal pada Minggu 15 November 2015.

Gedung Putih membenarkan keduanya telah sepakat bahwa mediasi antara oposisi Suriah dan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad akan dilakukan oleh PBB setelah keduanya bersepakat mengadakan genjatan senjata.

Sebelumnya, Obama mengatakan dalam pidato pembukaannya bahwa Amerika Serikat akan lebih mengitensifikasikan usahanya untuk menghancurkan ISIS dan mendukung transisi pemerintah Suriah mulus. Obama juga menggunakan pengaruhnya kepada pemimpin dunia untuk mempercepat proses perdamaian itu.

Dalam pembukaan G20 para kepala negara itu mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang 129 korban tewas teror bom yang terjadi pada 13 November di Paris. Doa juga diberikan kepada 102 orang tewas di Ankara pada Oktober lalu ketika dua bom meledak di luar stasiun.

Tuan rumah G20, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa terorisme adalah ancaman global. Ia juga menegaskan bahwa terorisme ada hubungannya dengan ekonomi secara global.

Laurent Fubius Menteri Luar Negeri Prancis datang sebagai utusan Presiden Francois Hollande. Ia mengatakan bahwa serangan Paris telah mengejutkan negaranya.

Fubius mengatakan bahwa para ekstrimis itu telah membuat kekacauan di Prancis dengan memecah belah umat Muslim. Ia menegaskan bahwa teror itu ditujukan untuk untuk nilai-nilai dan pandangan hidup Prancis.

"Tidak semua umat beragama itu teroris, mereka menyerang nilai kehidupan kami. Mereka tidak terima aksi kami, tidak terima bahwa kami seperti ini," kata Fabius seperti dilansir The Guardian, Senin (16/11/2015).

"Mereka tidak terima cara kami berdansa," tuturnya lagi menegaskan bahwa teroris menyerang kelab malam.

Sementara itu, kepala negara dari  Uni Eropa menolak klaim partai sayap kanan bahwa penerimaaan besar-besaran pencari suaka dari Suriah membuat serangan terjadi di Paris.

Presiden Uni Eropa, Jean-Claude Junker mengatakan bahwa pencari suaka meninggalkan Suriah karena mereka mencoba kabur dari para ekstrimis, bukan untuk menyusup.

"Mereka yang menyusun, para pelaku, penyerang adalah orang-orang yang sama yang oleh para pencari suaka hindari," kata Junker.

"Dan kami tidak perlu lagi meralat kebijakan kami atas para pencari suaka," imbuh Junker. (Rie/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.