Sukses

Polisi Yordania Letuskan Senjata, 2 Petugas Keamanan AS Tewas

Pelaku diketahui polisi berpangkat kapten, namun motif penembakan belum jelas.

Liputan6.com, Amman - Seorang polisi Yordania tanpa sebab berlagak layaknya koboi. Ia menarik pelatuk senjatanya ke arah 2 kontraktor keamanan AS, pelatih Afrika Selatan, dan dua polisi Yordania lainnya pada Senin 9 November 2015. Kejadian itu berlangsung di fasilitas pelatihan militer King Abdulah Training Center, yang dibiayai Negeri Paman Sam di Amman, Yordania.

Presiden AS Barack Obama kaget atas serangan itu. Tiga peserta pelatihan dilaporkan terluka. Pelaku dilaporkan berhasil dilumpuhkan dan tewas di tempat.

Menurut seorang pelatih senior, pelaku berpangkat kapten dan bernama Anwar Abu Zeid. Belum ada kejelasan motif ia melakukan itu.

Yordania adalah salah satu sekutu AS dalam melawan ISIS di area Suriah dan Irak. Hal itu membuat negara tersebut rentan serangan teroris.

"Insiden ini tidak terlalu mengejutkan kami. Apalagi semenjak dalam beberapa tahun terakhir setelah ISIS menguasai Suriah dan Irak. Kendati segala tindakan antisipasi telah dilakukan, sangat tidak mungkin mengurangi risiko," kata salah seorang pejabat senior yang enggan disebutkan namanya karena sensitif kepada Reuters, Selasa (10/11/2015).

Kedutaan Besar AS di Amman mengatakan, kedua petugas keamanan itu adalah warga sipil yang dikontrak oleh pemerintah AS. Sementara, warga Afrika Selatan juga seorang kontraktor dan warga Yordania yang tewas adalah penerjemah. Dalam pernyataannya, kedubes menuliskan bahwa terlalu prematur untuk berspekulasi tentang motif insiden itu.

Menurut salah satu pejabat AS, dua warga AS itu bekerja untuk Departemen Narkoba dan Hukum untuk melatih petugas keamanan Palestina.

"Ada fakta bahwa seseorang, dengan pakaian militer menyerang fasilitas pelatihan di Yordania... Kita harus khawatir dan serius atas hal itu. Sekarang kami bekerja sama dengan pemerintah Yordania untuk mencari tahu apa sebabnya," ujar Presiden Obama di Gedung Putih, Washington.

Serangan itu terjadi di peringatan 10 tahun bom bunuh diri yang dilakukan Al Qaeda ke sebuah hotel mewah di Amman yang menewaskan 56 orang. Itu adalah serangan paling mematikan sepanjang sejarah di negeri tersebut.

Sementara itu, paman dari penyerang mengatakan ketidakpercayaannya atas perilaku keponakannya.

"Keponakanku telah mengabdi 11 tahun di kepolisian. Dia seorang muslim yang baik, tidak pernah tertarik dengan gerakan radikal apa pun," kata Abu Zeid, paman dari pelaku. (Rie/Ein)*

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini