Sukses

Ternyata, Ada 'Candu' Dalam Keju

Ada alasan mengapa makanan dengan campuran keju digemari.

Liputan6.com, Jakarta - Dulu, keju identik dengan 'makanan orang barat'. Kini, olahan susu ini bisa ditemukan dimana-mana. Dari kue kering, sampai nasi goreng dan dijadikan topping minuman dingin.

Sedikit diketahui, ada alasan khusus mengapa kita suka hidangan pasta dengan parutan keju. Bahkan, menurut ilmuwan, keju sama membuat ketagihan seperti sabu. Zat bernama casein lah yang menjadi 'biang kerok'nya.

Minuman dingin dengan parutan keju di atasnya. (foto: bandung.panduanwisata.id)

Zat ini ditemukan di produk susu, dan bisa memicu reseptor di otak yang disebut opioid. Reseptor yang bereaksi saat seseorang mengonsumsi obat terlarang.

Studi yang digagas oleh Universitas Michigan, menganggap makanan merupakan 'sabu-nya dunia makanan'. Kini, kegemaran masyarakat terhadap pizza pun menjadi masuk akal, mengingat makanan siap saji ini selalu dilengkapi topping keju.

"Lemak seperti menjadi prediktif dari pola makan problematis bagi semua orang. Walau belum tentu mereka mengalami gejala 'kecanduan makanan'." ungkap Erica Schulte, salah satu pengarang studi pada Daily Mail.

Dr Neal Barnard dari Physicians Committee for Responsible Medicine mengatakan bahwa casein 'memecah dalam pencernaan untuk merilis pembawa zat candu yang disebut casomorphins'.

Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa casomorphins kemudian dikunci oleh reseptor opioid di otak, yang berkaitan dengan kontrol rasa sakit, penerimaan, dan kecanduan.

"Casomorphins bermain dengan penerima dopamine dan memicu elemen candu." ungkap ahli diet Cameron Wells.

Prosciutto, apple, and gruyere grilled cheese. (Via: portlandfln.com)

Walaupun susu mengandung kadar casein yang kecil, memproduksi satu kg keju membutuhkan 10 kg susu, sehingga zat yang terkandung pada keju lebih tinggi.

Menurut Extension Program Universitas Illinois, casein membentuk 80 persen protein susu sapi.

Rata-rata orang di Inggris mengonsunsi sejumlah 35 pounds keju per tahun, menunjukkan betapa 'nagih'nya keju seperti yang di-klaim riset. Ini menjadi masalah karena beredarnya keju yang diproses besar-besaran, atau 'keju plastik'. Ditambah lagi, makanan prosesan yang dilengkapi dengan tambahan lemak dan karbohidrat halus, memicu 'kecanduan makanan'.

Kalau kamu, lebih suka makan keju dengan cara apa?

"Ini menunjukkan, beberapa orang secara umum sensitif terhadap zat 'hadiah' dari berbagai makanan olahan," tutur Erica Schulte, mahasiswa doktor psikologi dan pengarang utama studi.

"Jika kandungan dalam beberapa makanan diasosiasikan dengan kecanduan makanan untuk beberapa orang, ini berdampak pada garis pedoman nutrisi, juga inisiatif kebijakan publik dalam memasarkan makanan kepada anak-anak."

Nicole Avena, asisten dosen ilmu farmasi dan sistem terapi di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, New York, dan pengarang studi, menjelaskan kepentingan penemuan itu,

"Ini langkah pertama dalam mengidentifikasi makanan tertentu, dan zat makanan yang bisa memicu respons candu," ungkapnya.

"Ini bisa membantu mengubah cara kita mendekati penangatan obesitas. Tidak sesederhana 'mengurangi' makanan tertentu, namun juga mengadopsi metode yang digunakan untuk membatasi merokok, minum alkohol, dan konsumsi obat-obatan terlarang." (Ikr/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini