Sukses

'Impor' Kabut Asap RI Batalkan Penerbangan di Thailand-Filipina

Di Thailand, kabut asap bahkan disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam 10 tahun.

Liputan6.com, Bangkok - Kabut asap lebih pekat 'impor' dari kebakaran hutan Indonesia dilaporkan menyebabkan polusi terburuk di Thailand selatan selama satu dekade.

"Bahkan sampai membatalkan penerbangan di daerah yang populer dengan turis," kata para pejabat yang dikutip dari Manila Bulletin, Jumat (23/10/2015).

Kamis 21 Oktober malam, seorang pejabat yang tak disebutkan identitasnya di Bandara Samui mengatakan bahwa semua penerbangan telah dibatalkan sejak pukul 10.00 karena kabut asap.

Sebelumnya, pejabat transportasi mengatakan 2 penerbangan dari Bangkok ke pulau wisata juga tak jadi mengudara, sementara penerbangan dari Singapura dialihkan ke Phuket. Adapun penerbangan ke Bandara Hat Yai Songkhla juga dialihkan mulai Rabu 20 Oktober malam waktu setempat.

Awal bulan ini, beberapa pesawat dengan rute pantai yang banyak dikunjungi wisatawan yakni Phuket dan Koh Samui tak bisa menuju lokasi karena kabut asap Thailand yang pekat.

Thailand Selatan menawarkan banyak pantai tropis dan merupakan tujuan wisata yang sangat populer.

Dilansir dari PhilStar, Otoritas Penerbangan Sipil Filipina (CAAP) mengatakan 2 maskapai membatalkan penerbangan dari dan ke Cotabato sejak 17 Oktober, karena kabut asap 'impor' dari Indonesia yang menyelimuti Kota Mindanao.

Philippine Airlines (PAL) dan Cebu Pacific mengumumkan pembatalan dari Manila ke Cotabato ke Manila, karena sulit bagi pilot untuk mendarat dan lepas landas dengan visibilitas rendah akibat kabut asap, debu, dan partikel kecil.

"Penerbangan komersial dari dan ke Cotabato telah dibatalkan untuk keselamatan semua orang," kata spesialis cuaca Cotabato Roy Jumawan dari Layanan Administrasi Atmosfer Geofisika dan Astronomi Filipina (PAGASA).

Jumawan juga menjelaskan bahwa kabut asap Filipina di Selatan Mindanao dipicu oleh kebakaran hutan di Indonesia.

CAAP-Cotabato mengatakan lalu lintas penerbangan dapat dilanjutkan di Bandara Cotabato di sebelah Barangay Awang, Sultan Kudarat, Maguindanao setelah langit bersih dari kabut asap.

Selain Cotabato, CAAP dan Kantor Transportasi Udara di Davao, Zamboanga, Cagayan de Oro dan General Santos City juga terpaksa menunda penerbangan keluar dan masuk akibat kabut asap.

Dia menambahkan bahwa kabut itu dibawa ke negara itu oleh aliran udara yang datang dari selatan Kalimantan, sebagian dari Sumatera dan Kalimantan. Kabut itu tertiup ke negara tersebut dan negara-negara tetangga seperti Brunei dan Malaysia akibat angin muson barat daya.

Menurut Jumawan, Topan Lando juga berkontribusi terhadap masuknya kabut asap di Filipina selatan.

Sementara itu, staf Cebu Pacific-Cotabato mengatakan maskapai ini belum mengeluarkan tiket sampai penerbangan dari Cotabato melanjutkan.

Spesialis cuaca mengatakan kabut mungkin memudar setelah angin muson barat daya datang mambawa hujan lebat di sebagian besar wilayah.

Meskipun diselimuti kabut asap, kualitas udara di bagian lain dari Region 12 masih berada pada tingkat yang aman.

Petugas informasi dari Biro Pengelolaan Lingkungan (EMB) di Region 12, Maysheen Collong, mengatakan hasil pemantauan mereka bahwa polutan di wilayah tersebut masih di bawah tingkat standar.

"Polutan udara di atmosfer kami sejauh ini masih berada di bawah standar, dan seharusnya tidak menjadi alasan untuk khawatir," kata Collong.

Namun Collong tidak mengonfirmasi bahwa kabut pantauannya benar-benar akibat kebakaran hutan di Indonesia.

"Pola angin yang berlaku di wilayah tersebut bukan berasal dari Indonesia, sehingga masih menjadi tanda tanya besar. Saat ini kami sedang mempelajari semua...," ucap Collong.

Selama hampir dua bulan, kebakaran yang disebabkan oleh pembakaran lahan pertanian berdampak luas di Asia Tenggara. Menyebabkan peningkatan penyakit pernapasan, banyak sekolah ditutup dan membuat beberapa ajang internasional dibatalkan selain mengganggu sejumlah penerbangan.

Thailand biasanya tak terkena dampak terburuk dari kebakaran di Indonesia, yang setiap tahunnya dialami Malaysia dan Singapura.

Akan tetapi dalam beberapa pekan terakhir, embusan angin membawa kabut asap lebih jauh ke utara hingga ke Thailand dan mengancam industri pariwisata penting negara itu.

Pejabat Thailand mengatakan, kualitas udara di 7 provinsi selatan Thailand bahkan tercatat dalam kategori tidak sehat. Yang tertinggi di provinsi barat daya Songkhla, hingga membuat penerbangan ditunda atau dialihkan.

"Ini dianggap sebagai krisis. Itu adalah yang terburuk dalam 10 tahun. Faktor utama adalah angin. Angin berembus kuat, tapi saat mencapai Thailand kekuatannya melemah sehingga kabut asap berada di sini lebih lama," ucap Kepala Kantor Lingkungan Hidup Halem Jemarican di Songkhla.

Pembagian Masker

Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengatakan sejauh ini telah mendistribusikan 55.700 masker di bagian selatan negeri itu. Lebih dari 40 ribu masker dibagikan di jalan-jalan.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Pengendalian Pencemaran negara mengatakan telah meminta Indonesia untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi pembakaran guna mengurangi kabut asap.

Indonesia awal bulan ini telah setuju menerima bantuan internasional, setelah gagal selama berminggu-minggu untuk memadamkan kebakaran. Pekan lalu puluhan pesawat dengan ribuan personel berjibaku memadamkan kebakaran lahan.

Kabut asap terjadi akibat pembakaran lahan gambut tropis Indonesia secara ilegal yang  menghasilkan zat karbon. Memang membuat area lekas kering dan bersih dalam waktu singkat, sehingga dengan cepat digunakan untuk menanam lagi -- khususnya untuk perkebunan kelapa sawit. Tapi dampaknya sangat merugikan.

Para ahli memperingatkan polusi diperburuk oleh fenomena cuaca El Nino. (Tnt/Rie)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini