Sukses

Inilah Desa 'Macho' di India

Tubuh kuat berotot merupakan persyaratan bagi pria yang mendiami desa.

Liputan6.com, Alosa Fatehpur Beri - Jepang punya "kafe macho" yang berisi pelayan dengan tubuh tegap berotot, sedangkan di India, pria-pria serupa bisa ditemukan di salah satu desa.

Desa Alosa-Fatehpur Beri bisa dibilang merupakan desa terkuat di India.

Selama bergenerasi, para kaum pria dari komunitas pinggir kota di batas Selatan Deli ini rutin dan tekun berolahraga. Dari usia remaja sampai paruh baya, mereka ramai-ramai menggembleng fisik selama dua jam setiap pagi dan sore hari.

Salah satu pusat kebugaran, Akhada --bahasa Hindi untuk area gulat, dipenuhi oleh para binaragawan yang ingin mendapatkan fisik kuat dan otot tubuh memukau. Di lokasi inilah para pria perkasa bergulat di lumpur, memanjat tali, dan melakukan push-up dan sit-up ratusan kali sembari menyeimbangkan batu bata di tangan mereka.

Mereka menggendong satu sama lain di bahu, bagian dari berolahraga cara India. Salah satu bahkan mengangkat sepeda motor seberat 350 kg.

"Mereka makan sehat dan teratur. Mereka berlatih setiap hari, itulah mengapa mereka sangat kuat," ungkap Vijay Tanwar, kepala pelatih di Akhada pada CNN.

Para pria perkasa dari Asola-Fatehpur Beri memberdayakan kekuatan fisiknya di New Delhi. Di ibukota, mereka dipilih menjadi bouncer (penjaga pintu) di berbagai klub dan bar.

Semakin banyak lokasi kehidupan malam di kota, semakin diperlukan penjaga yang kuat. Para pria perkasa dari desa ini memenuhi syarat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Otot Adalah Keuntungan

Otot merupakan keuntungan

Tanwar disebut-sebut sebagai pemulai tren.

Kilas balik ke 15 tahun lalu, ia gagal dalam bergabung tim gulat untuk Olimpik. Ingin mencari kesempatan dalam menggunakan otot dan tenaganya, ia bekerja sebagai bouncer.

"Saya bouncer pertama dari desa ini. Lalu, semua mengikuti. Kini, lebih dari 300 pria perkasa bekerja di berbagai bar dan klub di New Dehli."

Mereka mempelajari, dengan angkat beban, mereka bisa mencari nafkah sekaligus menjaga tubuh tetap sehat.

Para pria lebih menyukai kegiatan olahraga tradisional. (foto: CNN)

"Ada ungkapan kesehatan adalah kesehatan. Kami sehat, juga mendapat penghasilan cukup, bisa menyekolahkan anak-anak, dan cukup makan. Apa lagi yang Anda inginkan dalam hidup?" ungkapnya.

Namun, membentuk otot bukan hanya untuk kepentingan menjadi bouncer. Ini mengenai disiplin dalam pelatihan, yang penting dari pria dan merupakan tradisi desa.

"Ada beberapa gym modern di desa, namun pria disini lebih memilih cara olahraga yang tradisional," ungkap Tanwar. "Itu membuat tubuh fleksibel dan resiko cedera juga lebih kecil."

Para pria perkasa tidak merokok atau minum alkohol. Mayoritas dari mereka vegetarian dengan pola makan yang terdiri dari buah-buahan, kacang-kacangan, yogurt, dan susu. Mereka juga tidak mengkonsumsi suplemen pembesar otot.

3 dari 3 halaman

Generasi Baru Binaragawan

Generasi baru binaragawan

Didukung oleh kedua orangtuanya, Sonu Tanwar, 19, bangun pukul 5 pagi setiap hari. Ia lari pagi, dan menuju akhada.

Tanwar, yang merupakan representasi dari generasi binaragawan muda, menyatakan: "Saya ingin menjadi pegulat hebat dan membuat orangtua saya bangga. Saya bertanding di kategori 66 kilogram dan sudah menang kejuaraan beberapa kali.

Menanamkan kebiasaan berolahraga bagi kalangan pria muda sangatlah penting, ungkap Guru Lekhraj, penduduk asli berusia 75 tahun di desa.

"Anak-anak mudah terpengaruh kebiasaan buruk pada usia 17 sampai 27 tahun. Namun, jika kita mengajak mereka menggeluti kegiatan fisik dan gaya hidup sehat, kebiasaan buruk tidak akan mempengaruh. Inilah yang diajarkan oleh nenek moyang kami. Siapa yang akan mengajarkan mereka jika bukan orang tua?"

Lekhraj sering datang ke Akhada untuk mengobservasi kaum pria berolahraga. Ia merupakan figur yang dihormati diantara para pria perkasa, dan merupakan tetua binaraga di desa.

Berlatih fisik tidak hanya menjadikan fisik bugar, namun juga jadi jalan mencari nafkah. (foto: lapresse.ca)

Karena sudah lanjut usia, Lekhraj tidak bisa berpartisipasi dalam pelatihan lagi. Namun ia senang para kaum muda meneruskan warisan budaya ini.

"Siapa ibu yang tidak ingin anaknya menjadi kuat, sehat, cerdas dan tampan?" ungkapnya.

Dalam Asola-Fatehpur Beri, membangun fisik yang kuat juga berarti membangun warisan. (Ikr/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini