Sukses

'Pasukan Pengendus', Tikus Pelacak Ranjau Darat

Dengan berat tubuh yang ringan dan penciuman tajam menjadikan tikus raksasa Afrika sebagai kandidat tepat dalam upaya melacak ranjau darat.

Liputan6.com, Jakarta - Peninggalan semasa perang satu dekade lalu sebagian besar masih tersembunyi di dalam Bumi, menewaskan atau mengakibatkan kecacatan tubuh ribuan orang setiap tahunnya.

Pada tahun 2013, ranjau darat dan peledak yang terkubur lainnya telah memakan 3.308 korban di seluruh dunia-- dari 4.325 pada tahun 2012, menurut laporan Landmine Monitor 2014.

Namun sebuah organisasi non-profit Belgia, bernama APOPO yang ditemukan pada tahun 1997, membentuk pasukan 'pengendus' TNT atau bahan peledak.

Dengan berat tubuh ringan dan penciuman yang tajam, tikus raksasa asal Afrika ini kandidat tepat dalam upaya melacak ranjau darat dengan cara mengendus.

Selain memiliki indera penciuman yang hebat, hewan pengerat ini cukup ringan untuk berjalan di atas ranjau darat tanpa memicu ledakan. Mereka dapat menemukan ranjau dengan hidung mereka dalam waktu 20 menit dalam ruang lingkup 200 meter per segi.

Dikutip dari National Geographic, sejak organisasi didirikan, tikus-tikus ini telah berhasil menemukan 13.200 ranjau darat di Tanzania, Mozambique, Angola, dan belum lama ini telah dikerahkan di Kambodia.

Namun melatih hewan-hewan ini bukan perkara yang mudah-- agar terbiasa dengan manusia mereka harus dirawat sejak lahir. Dan karena tikus tidak memahami perintah verbal, pelatih mengajari mereka dengan bunyi 'click' , mengisyaratkan mereka mendapat hadiah makanan.

Langkah terakhir dalam pelatihan selama 9 bulan adalah membiasakan tikus terikat tali di kisi-kisi lapangan yang sedang diperiksa.
Ketika seekor tikus menemukan ranjau, mereka akan berhenti dan menggaruk-garuk tanah. Pelatih kemudian akan memberikan isyarat bahwa mereka berhal mendapatkan makanan. 

Namun sisi buruk dari 'pengendus bahan peledak' ini adalah mereka memiliki penglihatan buruk dan hanya memiliki jangka hidup sekitar 8 tahun, karena itu, mereka harus menjalani pelatihan dengan ketat.

Menurut Manager pelatih Abdullah Ramadhan, hampir 50 persen komunitas di Kambodia mengungkapkan bahwa ranjau darat telah melumpuhkan kehidupan mereka, membatasi penggunaan lahan tanah yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan dan pertanian.

"Untuk  bisa bergerak dengan bebas tanpa rasa takut, melegakan bagi semua orang yang kutemui," ungkapnya. (Rcy)

Simak video aksi hewan pengerat ini dalam melakukan pelacakan ranjau darat berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.