Sukses

Rincian 'Horor' MH17: Rudal Hantam Sisi Kiri Kokpit, Lalu...

Laporan akhir tragedi MH17 disusun dalam 4 volume dan terdiri atas 600 halaman. Terbukti sengaja ditembak, namun tanpa tersangka.

Liputan6.com, Amsterdam - Badan Keselamatan Belanda atau Dutch Safety Board menyimpulkan, Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina timur dengan rudal Buk buatan Rusia -- yang diluncurkan dari darat ke udara -- pada 17 Juli 2014. Namun, sama sekali tak disebut siapa tersangkanya.

Laporan akhir tragedi tersebut disusun dalam 4 volume dan terdiri atas 600 halaman. Sejumlah lembaran menggambarkan gambaran menyedihkan tentang kapal terbang dan 298 orang di dalamnya.

Seperti dalam bagian '3.14 Survival aspects' pada halaman 169 -- yang mengungkap gambaran bagaimana penumpang dan awak pesawat menghadapi hantaman rudal berbeda satu sama lainnya.

Sang pilot, Wan Amran Wan Hussin dari Kuala Kangsar, Malaysia dan kopilot, Eugene Choo Jin Leong yang lahir di China tewas seketika saat kokpit meledak akibat hantaman tanpa peringatan.

Namun, pesawat terus terbang setidaknya sejauh 8,5 km, dalam waktu 1,5 menit, sebelum akhirnya hancur berkeping-keping dan jatuh menghujam Bumi.

"Tak dapat dikesampingkan bahwa mungkin ada penumpang atau awak dalam kondisi masih sadar selama beberapa waktu, 1 hingga 1,5 menit saat kecelakaan terjadi," demikian ujar penyelidik Belanda, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (15/10/2015).

"Dewan Keselamatan Belanda menduga, orang-orang dalam pesawat sama sekali tak bisa memahami situasi yang mereka hadapi saat itu."

 

Petunjuk kecelakaan MH17 (Twitter)



Tak ditemukan bukti upaya terakhir mereka dalam kondisi sadar, selama kecelakaan berlangsung -- seperti memotret dengan ponsel atau SMS ke orang-orang terkasih.

Namun, ditemukan bukti 'tindakan reflektif' seperti mencengkeram sandaran lengan. Jasad seorang penumpang juga ditemukan mengenakan masker oksigen yang sengaja diturunkan dari atap kabin.

Dalam istilah teknis, laporan menggambarkan mereka yang ada di dalam MH17 terpapar aliran udara ekstrem saat pesawat hancur.

Dingin yang ekstrem dan objek yang berterbangan di sekitar mereka menyebabkan cedera fatal yang berujung maut. Aliran udara (airflow) berkecepatan 900km/jam. Bandingkan dengan kecepatan angin Badai Katrina yang 282km/jam.

"Manusia sebenarnya masih bertahan menghadapi aliran udara seperti itu, namun akan menghadapi kesulitan bernafas dan bergerak. Terjebak dalam aliran itu," kata para penyelidik. 

Selanjutnya: Momentum Terakhir...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Momentum Terakhir

Ini percakapan terakhir antara MH17 dan menara radar pada pukul 12.53.29:

 “Hello Dnipro Malaysian one seven, flight level three three zero

“Malaysian one seven, Dnipro Radar hello, identified, advise … able to climb flight level three five zero?

“Malaysian one seven negative, we are maintain three three zero.

“Malaysian one seven roger.”

Di hari nahas itu, cuaca diramalkan diwarnai badai. Pada pukul 13.00 waktu setempat, setelah berkonsultasi dengan pengendali lalu lintas udara (ATC), MH memutuskan untuk menyimpang sejauh 6,5 mil laut, sekitar 12 kilometer dari jalur penerbangan, sebelum kembali lagi ke rute yang direncanakan 5 menit kemudian.

Apa yang dilakukan MH17 adalah praktik biasa dalam penerbangan. Untuk menghindari pusaran badai. Pesawat tersebut kemudian melintasi jalur di atas langit Ukraina timur.

 

Jatuhnya pesawat MH17 ini diduga lantaran serangan dari milisi pro-Rusia di Ukraina. Seluruh penumpang dan awak pesawat yang ada dalam pesawat itu dinyatakan tewas.

 

Ada sejumlah burung besi lain di sekitar MH17. Sementara, pilot dan kopilot duduk di kursi masing-masing, bersiap menghadapi peralihan zona udara dari Ukraina ke Rusia.

Setelah itu mereka akan menuju Laut Kaspia, melewati Iran timur laut, Afghanistan, Pakistan, New Delhi, menyeberangi Teluk Bengala, Thailand, dan akhirnya mendarat di Kuala Lumpur.

Namun, yang terjadi kemudian, menara kontrol Dnipro Radar di Ukraina tak bisa menghubungi MH17 pada pukul 13.19.56. Tak ada respons. Lima panggilan darurat dilakukan. Semua tak berbalas.

Kemudian, menara kontrol Rusia melakukan intervensi. Mereka mengontak Singapore Airlines Penerbangan 351 yang terbang di dekat MH17. Namun, pilot maskapai Singapura itu mengaku tak melihat apapun. Alarm kemudian dinyalakan.

"Komunikasi dengan awak pesawat tak memberikan indikasi adanya sesuatu yang tak wajar dalam penerbangan," demikian kesimpulan para penyelidik.

Namun ada suara 'aneh' yang terindikasi pada 20 milidetik terakhir dalam rekaman. Bunyi yang terekam pada pukul 13.20.03 berasal dari rudal yang diledakkan di dekat sisi kiri kokpit. (Ein/Tnt)

Baca juga: Senyum, Wajah Gembira...Penumpang MH17 Meregang Nyawa Tanpa Derita

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini