Sukses

Para Ilmuwan Ini Rentan Mabuk Alkohol

Suatu audit oleh inspektorat di lembaga ilmu pengetahuan AS menyingkapkan sisi gelap kehidupan para ilmuwan yang bertugas di Kutub Selatan.

Liputan6.com, Kutub Selatan Siapa sangka kalau para ilmuwan juga kerap berkelahi dan mabuk-mabukan dalam tugasnya? Tapi itulah yang terjadi di Kutub Selatan.

Suatu audit kesehatan dan keselamatan dilakukan oleh Inspektorat Jendral bagian dari National Science Foundation (NSF), Amerika Serikat. Temuan audit terhadap para ilmuwan di Program Kutub Selatan (US Antartic Program, USAP) itu cukup membuat geleng-geleng kepala.

Dilaporkan dalam wired.com, 5 Oktober 2015,  sejumlah temuan antara lain adalah adanya “perilaku tidak terduga yang mengarah kepada perkelahian, kalimat tidak senonoh, dan kehadiran pegawai selagi masih tidak siuman”.

Program ilmiah itu memang melarang konsumsi alkohol di wilayah kerja dan selama masih dalam jam kerja, tapi seorang manajer SDM yang diwawancarai mengatakan 75% tindakan penegakan disiplin berkaitan dengan penggunaan alkohol.

Para auditor menuliskan bahwa mereka mengamati sejumlah pelanggaran di kawasan kerja, termasuk ketika satu orang peneliti membuat sendiri birnya. Ini jelas melanggar aturan yang ada.

Laporan itu menyebutkan bahwa para ilmuwan, yang dikenal juga dengan julukan “para pelanggar”, seringkali menerima akibat yang lebih sedikit daripada para pekerja kontrak dalam program itu.

Hal ini pernah dikeluhkan oleh Philip Broughton yang bekerja di stasiun Kutub Selatan pada 2003.

"'Para pelanggar' seakan boleh membunuh. Hanya sedikit akibat yang diterima terkait apa yang mereka lakukan di sana," ujarnya.

Penambahan Alat Pemeriksaan Pernafasan

Kantor Inspektur Jendral (Office of the Inspector General, OIG), mengusulkan agar pihak yang berwenang menambah jumlah alat pemeriksa pernafasan (breathalyzer) untuk peristiwa-peristiwa yang terkait dengan alkohol. 

"Karena penyalahgunaan alkohol memang ada di USAP, keselamatan di tempat kerja dapat ditingkatkan jika uji nafas dilakukan terhadap semua peserta USAP yang membahayakan diri sendiri ataupun pihak lain dikarenakan pengaruh alkohol," tulis pernyataan itu.

Adapun usulan yang diajukan adalah, “Kami mengusulkan agar NSF mempelajari secara hukum persyaratan breathalyzer bagi semua peserta USAP dan menetapkan serta menegakkan persyaratan sejauh hal itu sah menurut hukum.”

Peter West, jurubicara NSF, mengatakan bahwa pihak yang berwenang sedang mencari cara memberantas masalah terkait alkohol, tapi hal-hal itu tidak separah seperti yang dipaparkan dalam laporan tersebut.

Audit pada tahun lalu tersebut mencakup sejumlah hal, misalnya disiplin, pelatihan oleh anggota US Marshals untuk menjaga ketertiban di Kutub Selatan, dan bahkan pencarian cara penanggulangan obat-obatan yang kadaluarsa di McMurdo, salah satu stasiun penelitian terbesar di Kutub Selatan.

Stasiun itu sebetulnya memiliki sebuah toko kecil serba ada yang menjual bir kalengan. Di sana bahkan ada tiga buah bar.

Ilustrasi minuman bir buatan sendiri di stasiun penelitian Inggris di Kutub Selatan (Daily Mail)

Merujuk kepada The Telegraph, ada sejumlah negara lain yang memiliki pangkalan penelitian di Kutub Selatan, yaitu Inggris, Prancis, dan Rusia. Masing-masing memiliki kebijakan tersendiri mengenai konsumsi alkohol.

Lembaga British Antarctic Survey memiliki empat stasiun penelitian sepanjang tahun dan satu stasiun musim panas. Lembaga itu memiliki kebijakan yang terinci mengenai alkohol dan obat-obatan.

Menurut lembaga itu, “alkohol dapat berguna untuk mengalihkan diri dari tekanan pekerjaan ketika dipakai secara sedang-sedang saja”, tapi aturan itu secara keras melarang pegawai bekerja ketika sedang di bawah pengaruh alkohol.

Penyajian alkohol diijinkan dalam sejumlah acara tertentu, misalnya selagi kunjungan tamu penting, masa pensiun pegawai, perayaan musim dingin, ataupun Natal.” (Alx/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.