Sukses

Perusahaan Ini Terapkan Waktu Kerja 6 Jam Sehari

Tak hanya produktivitas terjaga, konflik antar staf berkurang karena mereka lebih bahagia dan cukup istirahat.

Liputan6.com, Stockholm - Meskipun hasil penelitian menunjukkan bekerja 50 jam dalam seminggu tidak baik bagi kesehatan, namun tetap saja banyak yang melakoni hal tersebut. Umumnya mereka mengira semakin banyak pekerjaan yang diselesaikan, dapat raup keuntungannya lebih.

Dilansir dari Science Alert, yang dikutip Jumat (2/10/2015), menurut penelitian yang diterbitkan bulan lalu terhadap 600 ribu orang mengungkapkan bahwa mereka yang bekerja selama 55 jam dalam 1 minggu berisiko terkena stroke dibanding mereka yang bekerja selama 35 hingga 40 jam dalam sepekan.

"Kurasa bekerja 8 jam dalam sehari tidak seefektif yang dikira. Fokus terhadap satu pekerjaan selama 8 jam merupakan tantangan yang berat. Untuk melalui hari kerja itu, orang cenderung menghibur diri dan beristirahat -- pada saat yang bersamaan juga terbebani dengan kehidupan di luar pekerjaan," ungkap CEO pengembang aplikasi di Stockholm Filimundus, Linus Feldt, kepada Adele Peters dari Fast Comapny.

Ilustrasi kantor.

Perusahaan Filimundus kemudian beralih ke waktu bekerja 6 jam sehari tahun lalu, dan Feldt mengatakan staf mereka sejak itu tidak ada yang mengeluh.

"Kami ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, belajar hal baru dan berolahraga. Aku pikir apakah ada solusi untuk semua itu," ungkapnya.

Kompensasi pengurangan waktu bekerja itu, Feldt meminta karyawannya menjauhi media sosial dan gangguan lainnya. Sehingga benar-benar fokus melaksanakan tugasnya.

"Menurutku, sekarang ini sangat mudah untuk fokus pada pekerjaan yang harus diselesaikan, dan Anda akan memiliki stamina serta energi lebih pada saat pulang kantor nanti," ungkapnya kepada Fast Company.

Menurut Feldt, ide dibalik pergerakan ini adalah, hari kerja menjadi ringkas, staf menjadi lebih termotivasi dan memiliki energi lebih untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat. Tak hanya produktivitas terjaga, konflik antar staf berkurang karena mereka lebih bahagia dan cukup istirahat.

Menurut penelitian dalam Lancet bulan lalu yang membandingkan 25 penelitian memantau kesehatan 600 ribu orang dari AS, Eropa dan Australia selama 8,5 tahun, ditemukan bahwa orang yang bekerja selama 55 jam seminggu beresiko terkena stroke sebesar 33 persen dibanding mereka yang bekerja selama 35-40 jam sepekan -- serta peningkatan sebesar 13 persen mengidap penyakit jantung koroner.

Sementara penelitian terpisah menyatakan bahwa bekerja selama 49 jam dalam sepekan berdampak pada kesehatan mental yang lemah, terutama pada wanita. (Rcy/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini