Sukses

Korban Selamat Mina: Orang Memanjat Satu Sama Lain untuk Bernafas

Jenazah tertumpuk satu sama lain. Anda tidak bisa menghitung berapa banyak jenazah. Mereka tertumpuk tinggi.

Liputan6.com, Mina - Dua gelombang raksasa jemaah haji bertabrakan di persimpangan saat menuju tempat lempar jumrah di Jalan King Khalid, Mina, Kamis 24 September waktu setempat. Lebih dari 700 orang tewas terinjak-injak dalam bencana terburuk pada ibadah haji di kurun waktu seperempat abad.

"Orang-orang memanjat satu sama lain hanya untuk bernapas," kata Abdullah Lotfy, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (25/9/2015). "Aku seperti gelombang, tadinya maju lalu tiba-tiba terdorong ke belakang."

Lotfy adalah salah satu jemaah yang berhasil selamat dari tragedi paling mematikan di ibadah haji kali ini.

"Aku melihat seseorang menabrak orang di kursi roda dan beberapa lainnya menabrak mereka. Para jemaah saling panjat untuk bisa bernapas," tambah pria berusia 44 tahun dari Mesir ini.

Korban selamat lainnya mengaku berupaya keras untuk kembali ke tendanya di antara lautan manusia saat insiden itu terjadi.

"Aku melihat para jemaah berjatuhan dan terinjak. Aku mendengar wanita dan orang tua teriak, meminta tolong," kata Abdurrahman.

"Aku berusaha sangat keras untuk keluar, pakaianku entah ke mana karena robek, tapi aku tak peduli, yang penting berhasil keluar," lanjut Abdurrahman lagi.

Pintu masuk ke kemah jemaah pun dijaga ketat aparat. "Aku ditahan aparat keamanan yang mencegah jemaah untuk masuk, hal ini justru memperparah kondisi," cerita Abdurrahman.

Abdurrahman akhirnya berhasil masuk ke wilayah kemah setelah aparat lengah dan menolak kembali ke jalur para jemaah. Dia mengatakan, aparat terlambat datang untuk mengamankan situasi.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, Mayjen Mansour Al-Turki, dalam konferensi pers Kamis 24 September kemarin mengatakan insiden terjadi akibat terhalangnya gerak jalan jamaah yang menuju jalan 204 di persimpangan dengan jalan 223. Ditambah membludaknya jumlah jamaah yang menyebabkan saling dorong dan jatuhnya para jemaah haji.

Korban tewas mencapai 717 orang, 3 di antaranya dikonfirmasi dari Indonesia. Korban luka mencapai 863 orang. Foto-foto dan video amatir menunjukkan jenazah yang tertumpuk di jalanan, menunggu dibawa ke rumah sakit.

Jemaah dari Irak, Radhi Hassan, mengaku hampir tewas dalam insiden itu jika saja dia tidak berkeras keluar dari kerumunan manusia.

"Aku kira aku akan mati. Aku mendorong orang-orang dan berhasil keluar," cerita Hassan yang berusia 56 tahun.

Dia mengatakan, pagi hari dipilih oleh kebanyakan jemaah haji dari seluruh dunia untuk ke Mina demi mencegah cuaca panas pada siang hari.

Sejauh ini 160 orang anggota kelompok dalam rombongan Hassan masih hilang.

"Dua orang tua jatuh dan kemudian terjadi kekacauan. Ribuan orang mencoba mendorong dan terjatuh ke tanah seperti domino. Para jemaah menginjak jemaah lainnya, dan banyak orang kehabisan nafas," lanjut Hassan.

Insiden ini adalah yang paling mematikan dari tragedi serupa di tahun 1990, yang menewaskan 1.426 orang dalam peristiwa di terowongan antara Mekah dan Mina.

Salah seorang saksi mata mengatakan, banyak jenazah masih tergeletak di tanah lebih dari 10 jam.

Jemaah haji dari Sudan, Mohammed Awad dan ayahnya terpisah ketika orang-orang mulai saling dorong. Awad mengatakan ia mencoba untuk keluar dari himpitan tubuh selama sekitar 30 menit, dan akhirnya memanjat gerbang bersama dengan jemaah lainnya. Butuh satu jam untuk mencari ayahnya yang tertindih sekitar 10 orang dan untungnya masih hidup.

"Anda tidak bisa menghitung berapa banyak jenazah. Mereka tertumpuk tinggi," kata Awad.

Tragedi ini terjadi saat umat Islam di seluruh dunia menandai dimulainya Iduladha, di mana ternak disembelih dan dagingnya dibagikan kepada orang miskin. Seharusnya, suasana riang gembira dihadapi oleh umat Muslim, namun di Mina semua suram akibat insiden ini.

Salah satu yang terguncang adalah Ismail Hamba, dari Nigeria, ia mengatakan sedang dalam perjalanan untuk melemparkan batu ketika ia tiba-tiba merasa pusing dan jatuh.

"Dengan bantuan Tuhan, seorang pemuda menyelamatkan aku," katanya di sebuah klinik kecil di lokasi kecelakaan, seraya menambahkan bahwa dia tidak tahu bagaimana caranya bisa terselamatkan.

"Itu mengerikan. Benar-benar mengerikan," kata Hamba. (Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini