Sukses

Halau Pengungsi dengan Gas Air Mata, Hungaria Diprotes Jerman

Perlakuan itu dianggap melanggar peraturan Uni Eropa.

Liputan6.com, Berlin - Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen mengkritik keras Polisi Hungaria yang memperlakukan para pencari suaka di perbatasan dengan 'tangan besi.' Menurut Jerman, penggunaan water canon dan gas air mata "bertentangan dengan aturan Eropa."

"Para pengungsi memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik," tegas Von der Leyen kepada CNN, Rabu 16 September malam. "Tindakan ini jelas tidak dapat diterima," tambahnya.

Polisi anti huru-hara menggunakan taktik fisik pada Rabu 16 September terhadap pengungsi yang berusaha memasuki Uni Eropa dari Serbia. Pemerintah sayap kanan Hungaria telah menyegel perbatasannya, memaksa pengungsi untuk tetap di Serbia atau mencari rute lain ke Eropa, melalui Kroasia.

Banyak pengungsi bergerak menuju Jerman dan Swedia karena kedua negara itu lebih bersiap dan terbuka terhadap mereka. Negeri Bavaria sendiri mempersiapkan penerimaan 1 juta pencari suaka.

"Tidak semua orang ini disambut baik," kata von der Leyen. "Tapi mereka adalah pengungsi perang dan perang sipil yang melarikan diri dari teror, dan mereka yang membutuhkan suaka politik -- itu adalah prinsip kami bahwa mereka harus mendapatkan tempat tinggal, dan ... untuk mendapatkan suaka di sini di Jerman," ujar Von der Leyen.

Meskipun demikian, Jerman pekan ini memperkenalkan kontrol perbatasan di Austria. Beberapa negara Eropa lainnya dengan cepat mengikuti aturan itu.

Von der Leyen membantah bahwa ini merupakan penutupan perbatasan.

"Jumlah pengungsi begitu besar. Dan itu merupakan tantangan tersulit secara nasional yang sekarang kita hadapi."

"Kita harus kembali ke perintah agar kita dapat mengelola tugas. Uni Eropa harus benar-benar mendistribusikan mereka ke negara bagian yang berbeda dan serius menempatkan mereka di tempat di mana mereka perlu."

Meskipun beberapa oposisi begitu vokal terhadap kebijakan Kanselir Angela Merkel -- terutama di konservatif Bavaria - menteri pertahanan mengatakan "mayoritas" dari penduduk Jerman adalah mendukung kebijakan ramah.

"Akan ada frustrasi atas hal-hal seperti ini. Tapi tujuannya sudah sesuai prinsip-prinsip kami."

Militer Jerman, kata Von der Leyen, telah memberikan 20 ribu tempat tidur untuk pengungsi di barak mereka, dan siap untuk menawarkan 45 ribu lagi.

Akibat krisis pencari suaka yang semakin meningkat, perhatian banyak teralihkan kepada isu ini daripada isu perang yang mengakibatkan krisis pengungsi itu sendiri. Hal yang paling signifikan dan paling terkini adalah Rusia sedang membangun sebuah pangkalan garda depan di Suriah untuk membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Von der Leyen mengatakan bahwa Rusia diterima dalam aliansi melawan teror. Seharusnya Negara Beruang Merah itu bergabung dengan "konsensus umum", kepada siapa harus mendukung, kepada siapa tidak. Namun, tampaknya tidak berlaku untuk al-Assad.

"Jika kita benar-benar ingin bertarung melawan ISIS, kita perlu kekuatan regional untuk benar-benar menempel tujuan kita (menghabisi ISIS). Bukan untuk 'bermain' untuk kepentingan sendiri," tutup von der Leyen. (Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini