Sukses

Ribuan Pengunjuk Rasa Anti-Bersih 'Merahkan' Malaysia

Mengenakan kaos merah, para demonstran mendukung Perdana Menteri Najib dan berjalan di beberapa lokasi di Kuala Lumpur.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Ribuan orang pengunjuk rasa yang mayoritas etnis Melayu turun ke jalan untuk mendukung pemerintah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak yang dituding mundur atas skandal korupsi US$ 700 juta.

Demo yang berlangsung pada Rabu (16/9/2015), seperti dikutip dari VOA News, juga dihadiri anggota partai berkuasa Melayu Najib bertujuan menandingi protes pada akhir Agustus yang digelar puluhan ribu warga Malaysia untuk menuntut reformasi pemecatan dan politik sang PM.

Demo pada Agustus lalu digagas oleh kelompok yang menamai diri mereka Bersih. Atau dengan kata lain mereka yang saat ini beraksi adalah 'Anti-Bersih'.

Demo Anti-Bersih 'merahkan' Malaysia. (Reuters)

Mengenakan kaos merah, para demonstran meneriakkan "hidup orang Melayu" dan berjalan dari beberapa lokasi di Kuala Lumpur menuju sebuah lapangan dekat Parlemen.

Pendukung dari lebih dari 200 organisasi Melayu berbaris melalui kota, menyerukan persatuan di antara mayoritas penduduk Melayu Muslim.

Dilansir dari Reuters, banyak demonstran juga menggelar spanduk menyatakan dukungan untuk PM Najib Razak, yang berjuang melawan tuduhan korupsi dan penyelewengan dana negara 1MDB. (Baca: PM Najib Razak: Kami Tak Akan Biarkan Orang Hancurkan Malaysia)

Demonstrasi ras Melayu menjadikan bisnis berhenti di pusat kota Kuala Lumpur, toko dan bisnis, terutama di lingkungan yang didominasi etnis China ditutup dan beberapa jalan ditutup untuk lalu lintas.

"Pukul 15.30, 30 ribu demonstran berada di jalan-jalan, tetapi mereka diperkirakan akan bertambah banyak untuk berkumpul di lapangan terbuka dekat pusat kota pada puncak aksi," kata polisi.

 

Demo Anti-Bersih 'merahkan' Malaysia. (Reuters)

Melihat hal itu, pemerintah Malaysia memperingatkan penyelenggara untuk menghindari penghinaan rasial dan slogan-slogan yang bisa meningkatkan ketegangan.

Dalam pidatonya di negara bagian timur, Sabah, memperingati pembentukan federasi Malaysia pada tahun 1963, PM Najib pun memperingatkan bahaya polarisasi.

"Tidak benar jika unjuk rasa didominasi oleh satu ras, dengan tujuan mengungkapkan dari menggulingkan pemerintah," ucap Najib seperti diberitakan kantor berita milik pemerintah Bernama.

"Sebagaimana telah kita lihat, ini kemudian mengarah ke aksi unjuk rasa oleh ras lain. Ini lebih berbahaya dan berisiko memecah demokrasi, harmoni dan kesatuan kita," jelas dia.

Malaysia yang berpenduduk sekiat 30 juta, didominasi Melayu Muslim dengan etnis minoritas signifikan China dan India. (Tnt/Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.