Sukses

Pemilu Singapura di Tengah Kabut Asap 'Impor' dari Indonesia

Seperti halnya Tahun Baru, Idulfitri, dan Natal, kabut asap bisa dipastikan datang. Menjadi 'ritual tahunan'.

Liputan6.com, Singapura - Seperti halnya Tahun Baru, Idulfitri, dan Natal, kabut asap bisa dipastikan datang. Menjadi 'ritual tahunan'. Meski, pemerintah Indonesia telah berupaya keras menghentikan kebakaran hutan.

Saat fenomena cuaca El Nino terjadi, kebakaran hutan dan lahan terjadi di Sumatra dan Kalimantan.  Pemicu asap tebal yang menghentikan operasional bandara di Pekanbaru, Batam, Kualanamu (Medan), Aceh, dan Jambi. Juga memaksa sekolah-sekolah ditutup, agar murid-murid tak terpapar asap.

Kabut asap juga berhembus melewati Selat Malaka, hingga sampai ke Negeri Jiran: Malaysia dan Singapura.

Jumat 11 September 2015, rakyat Singapura menggelar pemilihan parlemen -- yang menjadi ujian bagi partai berkuasa People's Action Party's (PAP), apakah masih mendominasi politik di negara kecil, bersih, namun kaya itu.

Pemilu dimulai di tengah kabut asap yang dikirim dari kebakaran hutan di Indonesia. Sejumlah orang terpantau mengenakan masker saat mendatangi tempat pemungutan suara (TPS).

Pemilih menggunakan masker di TPS di Singapura (Reuters)

 

Namun, kondisi cuaca pagi dan siang ini, lebih baik dari Kamis malam yang 'sangat tidak sehat'.

Turis-turis berfoto di Singapura, di tengah kabut asap (Reuters)


Peningkatan kualias udara dipengaruhi pergeseran arah angin ke tenggara. Namun, ada kemungkinan bahwa situasi kabut asap di Singapura dapat memburuk pada Jumat sore.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang memilih bersama istrinya Ho Ching mengaku percaya diri menghadapi pemilu.

"Kami telah melakukan yang terbaik," kata Lee seperti dikutip dari Yahoo Singapura, Jumat (11/9/2015). "Ini adalah titik balik yang penting bagi Singapura."

PAP, yang telah memerintah sejak kemerdekaan Singapura, memiliki landasan dukungan dan diyakini akan memenangkan sebagian besar kursi di parlemen. Namun, terobosan oposisi akan menantang dominasi mereka.

Terkait kondisi kabut asap, Badan Lingkungan Hidup atau National Environment Agency (NEA) memperingatkan agar mereka yang sehat membatasi aktivitas fisik di luar ruangan. Sementara, orang lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak diminta juga dianjurkan berada di dalam rumah.

Singapura di tengah kabut asap (Reuters)



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Petronas Terhalang Kabut


Sementara itu, kondisi kabut asap di Sarawak, Malaysia memburuk. Terutama di Samarahan, Kuching, dan Sri Aman.

Departemen Lingkungan Hidup, dalam pernyataannya, mengatakan, memburuknya kualitas udara di sebagian Sarawak disebabkan kabut asap yang muncul akibat kebakaran hutan dan rawa di Kalimantan.

"Berdasarkan pernyataan ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC), yang berbasis di Singapura, satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengidentifikasi peningkatan jumlah hot spot di Sumatra dan Kalimantan," demikian dimuat dalam artikel New Straits Times.

"Rabu kemarin ada total 140 titik panas yang teridentifikasi di Sumatra," ujar pihak departemen. "Sementara di Kalimantan ada 25 titik panas.

Asap juga berhembus hingga ke wilayah Semenanjung Malaysia. Menara Petronas di Kuala Lumpur sempat tak terlihat jelas, terselubung kabut.

Penampakan Petronas terselubung kabut asap (Reuters)

Sementara itu, upaya pemadaman kebakaran hutan dilakukan di Indonesia. Sebanyak 1.150 personel TNI dari Angkatan Darat (Kostrad), Angkatan Laut (Marinir), Angkatan Udara (Paskhas) dikerahkan untuk memadamkan api di Sumatra. (Ein/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.