Sukses

UU Kepemilikan Senjata Bikin Obama Tertekan

"Warga Amerika yang terbunuh semenjak serangan 9/11 jauh lebih sedikit dibanding akibat kekerasan bersenjata."

Liputan6.com, London - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengakui bahwa kegagalan untuk menggolkan undang-undang penggunaan senjata di Amerika adalah sumber sakit kepalanya, selama ia memimpin AS.

Dalam wawancara ekslusif dengan BBC Obama mengaku, 'tertekan' karena tidak berhasil meloloskan isu ini meskipun di depan mata sudah banyak bukti berupa "pembunuhan masal"

Presiden kulit hitam pertama Amerika kini hanya memiliki 18 bulan sisa waktu kekuasaannya untuk menyelesaikan masalah senjatanya. Namun usahanya tampak belum ada titik terang.

"Kalau kita hitung, warga Amerika yang terbunuh semenjak serangan 9/11 oleh terorisme jauh lebih sedikit dibanding dengan warga Amerika yang terbunuh oleh kekerasan senjata."

"Buat saya, tidak bisa memecahkan masalah kontrol senjata adalah sesuatu yang sangat menyakitkan,"

Obama sudah bertindak sedikit memaksa untuk meloloskan undang-undang pengontrolan senjata selama pemerintahannya. Sayangnya belum ada tanda-tanda perubahan.

Dalam twitter resmi Presiden Amerika Serikat, ia berkicau tanggal 21 Juni 2015 dari segi statistik penyalahgunaan senjata api di Amerika tertinggi dibanding negara-negara maju lainnya.

"Per populasi, kita saling membunuh dengan senjata, rata-rata 297 kali lebih dari Jepang, 49 kali lebih dari Prancis dan 33 kali lebih banyak dari Irael."

"Kekerasan masal yang dilakukan oleh senjata tidak terjadi di kebanyakan negara maju." kata Obama seperti dikutip dari Vox.

 

Berikut adalah daftar insiden akibat senjata api yang dirangkum oleh Guardian seperti dikutip Liputan6com.

3 April 2009, dua bulan setelah Obama dilantik, 13 orang tewas di sebuah pusat kebudayaan di Binghamton, New York. Pelakunya adalah Jiverly Wong, imigran Vietman yang kecewa karena kehilangan pekerjaannya di gedung tersebut. Ia tewas bunuh diri setelah memberondong tembakan.

10 Juni 2009, seorang yang mengaku white supermacy dan seorang yang menolak Holocaust menembak mati seorang penjaga di Musium Peringatan Holocaust Amerika.

5 November 2009, Nidal Malik Hasan membunuh 13 orang di Fort Hood militer AS kamp di Texas. Ia adalah prajurit Amerika yang pernah bertugas di Afghanistan. Ia dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya

12 Januari 2011, Jared Lee Loughner menembakkan senjatanya dan menewaskan 6 orang dalam acara seorang anggota kongres Amerika di Arizona

6 April 2012, Jake England, 19, dan Alvin Watts, 32, menembak  5 laki-laki kulit hitam di Tulsa, Oklahoma, 3 tewas.

20 Juli 2012 James Holmes menghujani tembakan di tayangan perdana The Dark Knight Rises dan menewaskan 12 orang.

5 Agustus 2012, enam orang anggota kuil Sikh tewas ditembak veteran Angkatan Darat AS Wade Michael Page. Page sendiri bunuh diri.

27 September 2012. Lima orang ditembak mati oleh  Andrew Engeldinger di sinoge di Minneapolis. Tiga orang lainnya luka-luka. Engeldinger yang mengamuk setelah kehilangan pekerjaannya, akhirnya membunuh dirinya sendiri.

11 Desember 2012, ulah pemuda 22 tahun Jacob Tyler Roberts menewaskan 2 orang dan dirinya sendiri dengan senapan dicuri di Clackamas Town Center, Oregon. Motifnya tidak diketahui.

12 Desember 2012, Adam Lanza menembak sekolah di Newton Elementary, membunuh 20 murid dan enam guru.

16 September 2013, Aaron Alexis membunuhi rekan sendirinya di dalam fasilitas Angkatan Laut AS di Washington.  Enam orang prajurit AL tewas sementara ia berhasil ditembak mati oleh polisi.

13 Februari 2015, tiga mahasiswa muslim ditembak di Chapel Hill, North Carolina

9 Juni 2015, pemuda kulit putih diketahui bernama Dylann Roof menembakki gereja kulit hitam di Charleston dan menewaskan 9 orang jemaat termasuk pendeta Clementa Pinckney.  Insiden ini menyulut kemarahan berbagai banyak pihak karena Roof  menyerang gereja bersejarah.

Hari ini, 24 Juli 2015, insiden penembakan terjadi di Lousiana Grand Theater, menewaskan  3 orang termasuk penembak yang diindikasi berkulit putih. Sebuah pistol ditemukan di lokasi.  (Rie/Ein)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini